Part 7 : Qobiltu?

10.2K 525 9
                                    

Aku selalu ingetin buat vote dulu sebelum baca guys, itu salah satu cara menghargai author lohhh

WAJIB KOMENTAR 🔥

Bismillahirrahmanirrahim....



🍂 Happy Readings 🍂

"Ya ampun Pak, saya kaget loh denger bapak udah punya calon istri. Selamat ya, Pak." Ayna terus saja mengoceh dalam perjalanan menuju rumahnya, dan ucapan selamat ini sudah kedua kalinya. Arqan yang duduk di kursi kemudian hanya mendengarkan tanpa membalas perkataan Ayna, lelaki berwajah datar itu paling malas meladeni perempuan cerewet macam Ayna.

"Tapi saya juga jadi malu karena kemarin sempet godain Bapak." Gadis itu menunduk, tangannya juga tak diam meremat ujung pakaiannya.

"Maaf ya Pak kemarin udah lancang godain Bapak, saya kira Bapak masih single. Available lah buat jadi gandengan cadangan saya." Selanjutnya Ayna kembali mengangkat wajah, gadis itu mengulas senyum geli setelah mengatakan itu.

Satu alis Arqan terangkat satu, "Gandengan cadangan?" tanyanya.

"Iya hehe, saya udah punya pacar soalnya Pak. Jadi tadinya Bapak saya jadiin yang kedua tapi ternyata Bapak udah mau married, nggak jadi deh." Memang dasarnya Ayna tak tau malu, ia tak sungkan bicara blak-blakan kepada dosennya seperti itu.

"Dimaafin nggak nih, Pak? Saya kan udah godain Bapak, bikin Bapak stress sih pasti, berisik juga karena saya ngomel mulu dari tadi hehe." Ayna menyadari, sejak kepulangannya ia dari rumah orang tua Arqan ia tak sama sekali diam.

"Nanti kalau saya udah bilang qobiltu." Perkataan Arqan membuat Ayna terbengong.

"Maksudnya apa sih, Pak? Emang qobiltu apaan?" tanya Ayna yang gemas.

"Kamu mau kan saya maafin?" tanya Arqan tanpa mengalihkan pandangan.

"Mau lah."

"Kamu nggak perlu tau." Ucapan Arqan semakin membuat Ayna bengong, dasarnya memang Ayna itu sulit mengerti bahasa kiasan jadilah ia tak paham maksud dari Arqan.

"Kok saya bingung ya, Pak?" beo Ayna.

"Itu karena kamu yang kurang pintar!" Ayna mendengus mendengar nya.

"Bilang aja kalo Bapak mau ngatain saya bodoh," kesalnya.

"Itu kamu yang bilang sendiri bukan saya," ujar Arqan membela diri.

"Kok Bapak ngeselin sih?"

"Karena saya tampan." Hah? Ayna takjub dibuatnya, dosen yang baru ia kenal singkat dan ia tau super cuek itu kini memuji dirinya sendiri?

"Hahah Pak Arqan kesambet setan jamet, bisa-bisanya pede banget."

"Lihat saja nanti, kamu akan terpesona pada saya."

"Idih!" Ayna pura-pura bergidik jijik meski dalam hatinya bertanya-tanya.

Seusai sampai di rumahnya, Ayna langsung berlari menuju kamarnya meninggalkan tatapan bertanya dari Farah dan Fadlan.

"Ayna, dari mana saja kamu?" tanya Fadlan.

"Ayna ke kamar dulu Pa, Ayna capek." Sesampainya di kamar, Ayna segera meraih ponselnya. Terdengar nada sambung dari seseorang yang ia telepon.

"Halo , Sayang!" sapa seseorang di seberang sana.

"Sayang sayang males aku sama kamu!" Rafka terlihat menegakkan tubuhnya.

"Kok gitu?"

"Gara-gara kamu nggak bisa dihubungin aku pingsan di halte."

"Hah? Pingsan? Tapi kamu nggak apa-apa kan, Sayang?"

"Nggak!"

"Sayang maaf banget, janji deh nggak gitu lagi." Ayna mencebik kesal, gara-gara Rafka tak menjemputnya ia jadi pingsan di halte dan berujung ada di rumah orang tua Arqan.

"Gara-gara kamu nih, aku kan jadi malu sama orang tuanya pak Arqan"

"Maaf Sayang, gimana kalo nanti kita dinner sebagai tanda minta maaf aku ke kamu"

"Oke, aku terima. Lagian sekarang aku juga nggak punya uang buat makan di resto."

"Lah kenapa?" Rafka terkejut.

"Oh iya aku lupa cerita ke kamu, gara-gara kemarin malam aku pulang jam 1 papa sama mama marah besar dan ambil semua fasilitas aku."

"Yah, terus papa kamu nggak kasih uang?"

"Tetep kasih tapi cuma seperlunya, rese kan papa?"

"Yaudah jangan cemberut gitu nanti cantiknya ilang, kan masih ada aku sayang. Kamu mau apa aja aku bakal beliin kok."

•••

Angin malam berhembus pelan namun begitu menusuk pada kulit seorang gadis yang kini mengusap-usap lengannya. Cuaca akhir-akhir ini memang sedang tak tentu, kadang hujan kadang juga tidak. Dan syukurnya malam ini langit terlihat baik-baik saja seolah mendukung acara dinner Ayna malam ini.

"Anginnya cukup kenceng ternyata," gumam Ayna, si gadis yang mengusap-usap lengannya karena ia memakai dress selutut dengan bahu terbuka. "Tau gitu gue pake baju yang panjang," gumamnya lagi.

Saat ini Ayna tengah menunggu Rafka tiba menjemputnya, pasalnya 5 menit yang lalu gadis itu pergi diam-diam dari rumah dan kini berdiam diri di pertigaan jalan komplek dekat rumahnya.

Tin tin

Sebuah mobil sedan Honda Accord berwarna hitam mendekat ke arahnya, Ayna tersenyum saat melihat seseorang di dalam mobil itu.

"Sayang, kok lama sih?" Usai membuka pintu, Ayna merajuk karena Rafka terlambat dari jam yang sudah di sepakati.

"Maaf Sayang, tadi aku sempet cari-cari kunci mobil dulu eh ternyata mama yang simpen." Rafka mengulas senyum, satu tangannya yang bebas mengelus surai hitam Ayna dengan sayang. "Udah jangan cemberut gitu! Kita sekarang berangkat ya."

Rafka melajukan mobilnya, membelah jalanan di malam hari. Lelaki yang berstatus sebagai kekasih dari Ayna itu melirik sekilas perempuan di sampingnya, tak lama kemudian satu sudut bibirnya terangkat. Ayna sungguh cantik malam ini. Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di tempat yang dituju.

"Sampai." Rafka memberhentikan mobilnya. Lelaki itu keluar dari mobil, memutari body mobil lalu membukakan pintu untuk Ayna. "Silakan princess!" ucapnya seraya membungkukkan badan.

"Thanks." Ayna mengulas senyum, Rafka memang selalu bisa membuatnya tersipu seperti ini.

"Ayo!" Kemudian lelaki itu mengulurkan tangannya yang langsung disambut senang oleh Ayna. Kedua insan itu pun berjalan masuk ke dalam resto dengan tangan yang saling bertautan.

———————🍂🍂🍂———————

Siap buat next chapter?

Spam vote dan komen dulu dong

Follow akunku : @fiaa_an

Follow akun tiktok : @fiaafnh

Buat tau spoiler-spoiler ataupun konten menarik di sana 🔥

Dear My Husband (COMPLETE)Where stories live. Discover now