Part 25 : Hadiah wisuda Ayna

7.7K 537 3
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan tandai typo.




🍂 Happy Readings 🍂

Selesai sudah Ayna menyelesaikan kuliahnya, gadis yang kini memakai kebaya berwarna peach dengan rambut yang digelung rapi itu kini berjalan mendekat pada kelurganya. Dengan topi toga bertengger di kepala dan selendang yang bertuliskan Ayna Azkayra S.Si, juga tak lupa senyum yang mengulas membingkai wajah cantiknya.

"Gimana? Udah lega sekarang?" tanya sang mama sambil memegang bahunya.

Ayna meloloskan nafas lelah. "Iya dong, akhirnya 4 tahun menyulitkan sudah berlalu."

"Menyulitkan karena kamu malas belajar," celetuk Fadlan yang ada di sisi sang istri, merangkul wanita tercintanya itu dengan sayang.

Ayna memutar bola matanya malas, mendengar nada sindiran yang meski memang itu kenyataannya tetap saja membuatnya kesal. Terlebih papanya iu berujar di depan suaminya, juga beberapa tamu undangan yang lain.

"Berarti besok mama jadi kasih kamu hadiah." Bola mata Ayna sontak saja berbinar saat mendengar kata 'hadiah' yang diucapkan sang mama. "Wah, emang mama paling the best. Hadiahnya apa?" tanya Ayna antusias.

"Kejutan lah, nanti juga kamu tau besok."

Dan di sini lah Ayna berada sekarang, setelah kemarin ia berwisuda mamanya itu menjanjikan akan memberinya hadiah. Gadis yang kini masih memakai piyama berlengan pendek dan celana pendek itu duduk santai di sofa sambil menonton acara yang ada di TV.

"Ma, katanya mau kasih hadiah?" Ayna bertanya pada mamanya seraya tak mengalihkan tatapannya dari TV. Farah menoleh, lalu merogoh sesuatu dari saku celana kulotnya. Wanita paruh baya itu lantas beringsut, mendekat pada sang anak yang kini memperhatikannya. "Mana?" Satu tangan Ayna menengadah.

"Nih!" Farah menyimpan dua buah kertas di telapak tangan Ayna yang sontak saja menghadirkan kerutan heran dari Ayna. "Kertas?" tanyanya.

"Baca aja dulu!" kata Farah.

Ayna mengambil lalu membaca tulisan yang ada di kertas tersebut, dahinya mengerut heran saat dua buah kertas tersebut ternyata hanyalah tiket masuk ke bioskop.

"Cuma tiket nonton?" tanya Ayna.

"Ada satu lagi, sebentar." Farah lantas mengambil ponselnya di atas meja, mengetikkan sesuatu di sana sampai suara notifikasi dari ponsel milik Ayna terdengar.

"Lihat handphone kamu!" titah Farah.

"Mama kirimin aku uang ya?" tanya Ayna menyelidik yang dijawab oleh Farah dengan mengedikkan bahu.

Ayna membuka ponselnya, melihat pesan masuk yang dikirimkan mamanya. Sesaat ia masih terdiam sebelum tatapannya menghunus tajam pada Farah yang malah mengulas senyum manis.

"Kamu suka kan? Mama sama papa kasih kamu hadiah berangkat honeymoon ke Villa terbaik di kawasan pantai Anyer. Mama tau kamu dari dulu suka sama pantai, jadi kami inisiatif buat kasih kamu hadiah ini. Dengan harapan di sana kamu bisa lebih dekat lagi sama Arqan dan-" Farah tiba-tiba memangkas jarak, wajahnya lantas mendekat pada telinga Ayna. "Membuat cucu untuk Mama dan papa," bisiknya.

Mendengar kata 'cucu' yang disebutkan mamanya Ayna beringsut menjauh dengan kepala terus menggeleng, ia tak habis pikir kenapa mamanya selalu saja mendesaknya untuk segera memberikan cucu? Astaga, Ayna masih ingin bermain, ingin nongkrong bersama Dinda dan Alisa, ia tak bisa membayangkan jika menjadi seorang ibu di usianya yang masih muda.

"Arqan!" Ayna memutar kepala saat mamanya memanggil sosok lelaki dari belakangnya. "Ayna sudah setuju, kalian tinggal beres-beres aja," kata Farah yang langsung saja membuat bola mata Ayna membesar.

"Ma, kapan aku bilang setuju? Nggak! Besok aku mau pergi hangout sama Alisa dan Dinda," sergah Ayna.

"Ish, diam tanda setuju. Nggak baik nolak rezeki, Mama sama papa bela-belain rebutan buat dapetin tiket ke sana tau. Kamu tau sendiri villa di sana selalu ramai pengunjung."

"Kenapa harus berdua doang?" Ayna bertanya sambil berbisik.

"Kalian kan pengantin baru udah gitu perkenalan kalian juga singkat, mama sama papa pikir kalian butuh waktu berdua buat dekat."

•••

Ayna sudah bersiap memakai dress vintage ala Korea, rambutnya sengaja ia cepol tinggi. Tinggal satu langkah lagi, yaitu memoles sedikit wajahnya. Meski ia setengah hati menerima hadiah dari orang tuanya, ia tetap harus pergi karena paksaan keduanya yang tak main-main. Mereka bilang, jika Ayna tidak pergi maka namanya akan benar-benar dihapus dari keluarga Fadlan. Astaga, memikirkan semua itu membuat Ayna kesal setengah mati. Bisa-bisanya orang tuanya itu tega menghapus namanya dari kartu keluarga hanya karena ia tak ingin pergi honeymoon?

Meloloskan nafas kasar, jemarinya mulai meraih benda kecil berwarna keunguan lalu membuka tutup benda itu dan mengoleskannya pada bibir Ayna. Gadis itu mengulas senyum sambil sedikit merapikan liptint berwarna wine yang ia pakaikan barusan.

"Gue cantik banget sih," ucapnya saat melihat pantulan dirinya sendiri di cermin. Sudah bukan hal yang langka jika Ayna kerap memuji dirinya sendiri, apalagi jika sedang berdandan seperti saat ini.

Saat tangannya akan menyimpan kembali liptint-nya, tak sengaja Ayna menyenggol badan meja riasnya membuat liptint yang tadi ia pegang jatuh menggelinding ke arah pintu.

"Aishh!" Ayna mendesis sambil berjalan berjongkok untuk mengambil liptint-nya yang jatuh itu.

Jemarinya hampir sampai menggapai benda kecil itu namun jemari lain lebih dulu mengambilnya, sepersekian detik Ayna terdiam sampai kepalanya menengadah melihat pemilik jemari yang mengambil liptint-nya.

"Pak Arqan?" cicitnya.

Melihat bagaimana lelaki itu menatapnya penuh cinta dan sialnya momen beberapa waktu lalu saat Arqan dengan tiba-tiba mengecupnya kembali berputar di ingatan Ayna, tanpa sadar membuat pipinya memerah sekarang. Terlebih saat tubuh tinggi itu ikut berjongkok menyamakan tinggi tubuhnya, dan saat itu Ayna semakin dibuat panas dingin.

"Tanpa benda ini pun, bibir kamu sudah cantik alami, Ayna." katanya sambil mengangkat liptint yang terjatuh tadi.

"Lagi pula kamu boleh berdandan berlebihan hanya di depan saya, suami kamu tidak dengan orang lain."

"Cantik itu perlu kali Pak? Muka itu ikonnya perempuan, kalau saya cantik Bapak juga nggak akan malu." Ayna mendengus pelan seusai melayangkan protesnya.

"Tapi menurut saya, kamu perempuan tercantik se-dunia dengan atau tanpa riasan sekali pun." Selanjutnya, Ayna merasakan kepalanya ditarik begitu saja sampai keningnya dikecup pelan oleh Arqan.

"Jadi cantik hanya di depan saya saja, bisa?" tanyanya.

🍂🍂🍂

Siap buat next chapter?

Spam vote dan komen dulu dong

Follow akunku : @fiaa_an

Follow akun tiktok : @fiaafnh

Buat tau spoiler-spoiler ataupun konten menarik di sana 🔥

Dear My Husband (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang