Part 22 : Embarassing!

9.2K 554 9
                                    

Hai gengs, siapa yg nungguin DMH? Fyi, alur cerita DMH ini baru ya. Sangat berbeda dari cerita yang dulu. So, buat pembaca lama boleh banget baca ulang dari awal gengs.

Siap baca? Jangan lupa vote dan ramaikan komentar gengs, tandai juga typo jika ada.

Bismillahirrahmanirrahim...



🍂 Happy Readings 🍂

Balutan pakaian light grey sweateshirt yang dipadupadankan dengan light grey joggers juga mini backpack tan di balik punggung membuat langkah seorang gadis yang pagi ini mengikat rambut panjangnya seperti ekor kuda menggunakan tan scrunchie. Gadis yang pagi ini akan berangkat menuju kampusnya setelah menyelesaikan sidang skripsi beberapa waktu yang lalu.

"Sudah siap?" tanya seorang lelaki dengan kemeja polos berwarna navy blue yang saat ini sedang memakaikan jam tangan di pergelangan tangan kirinya.

"Udah dong, tapi sebentar saya dandan dulu." Kegiatan Arqan yang tadi melingkarkan jam tangannya terhenti saat Ayna berkata demikian. Lelaki yang tadi berdiri di dekat jendela kamar itu pun berderap menuju Ayna yang sedang duduk bercermin di meja riasnya. Wajah cantik milik Ayna ia poleskan sedikit liptint berwarna wine di bibirnya, ia juga menyapukan sedikit blush on berwarna coral di kedua pipinya.

"Selesai," cicitnya pelan sambil mengulas senyum.

"Ayna!" Arqan sudah berdiri di belakang punggung Ayna, menatap istrinya itu dengan wajah tanpa ekspresinya.

"Hm?" jawab Ayna dengan deheman, karena kini gadis itu beralih pada matanya. Ia sedang memakaikan maskara di bulu mata agar terlihat lebih cantik.

"Ayna!" panggil Arqan sekali lagi.

"Apa sih, Pak? Jangan ganggu saya dulu! Pakai maskara itu harus tahan nafas biar nggak berantakan." Arqan tak menjawab tapi ia menunggu sang istri selesai memakai riasannya, netra hitam legamnya masih tetap mengawasi Ayna dari balik cermin.

"Ada apa sih, Pak? Perasaan dari tadi liatin saya terus? Kenapa? Saya cantik ya?" Kelopak mata Ayna membesar, menatap penasaran.

"Boleh saya minta pada kamu untuk tidak keluar dengan riasan seperti ini?" Ayna mengerjap bingung, ia juga menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Maksud Bapak saya nggak usah dandan, gitu?" tanya Ayna yang langsung diangguki oleh sang empunya.

"Saya nyaman kayak gini, Pak. Lagian udah setiap kali ngampus juga saya begini."

"Kamu boleh berdandan, secantik apa pun itu. Tapi tidak untuk orang lain." Arqan bergerak mendekat, satu tangannya bahkan sudah bertengger di pipi sebelah kanan Ayna.

"Terus buat siapa kalau bukan buat orang lain?" tanya Ayna.

"For me, only me." Selanjutnya Arqan mengarahkan ibu jarinya pada bibir Ayna, mengusap pelan bibir yang tadi Ayna pakaikan liptint wine sampai warna dari bibir itu memudar. Tidak seluruhnya, hanya agar terlihat lebih natural. "Lain kali pakai pewarna bibir yang lebih terlihat natural, tidak seperti yang tadi."

Dear My Husband (COMPLETE)Where stories live. Discover now