Part 27 : Dekapan Penenang

8.3K 523 6
                                    

Hai gengs, fii kembali

Jangan lupa buat vote, komen, dan tandai typo.



🍂 Happy Readings 🍂

Ayna mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh, bayangan kemesraan Rafka dan Sella masih terus menguasai pikirannya. Yang tentu saja membuat hatinya terbakar cemburu.

"Kenapa di dunia yang seluas ini gue harus ketemu mereka lagi?"

"Gue kira setelah wisuda gue nggak akan ketemu sama mereka lagi, sial gue malah ketemu di sini. Padahal niat awal gue pengen healing di sini, bukan tambah runyem karena ada mereka di sini."

"ARGHH, GUE PENGEN PULANG!" Ayna tak sadar telah memekik di dalam kamarnya, sedangkan Arqan yang mendengar pekikan itu berlari tergopoh menuju Ayna, jantungnya sudah berdegup kencang takut terjadi sesuatu dengan istrinya itu.

"Ayna, ada apa?" tanyanya begitu Arqan membuka pintu, bukan seperti apa yang ia khawatirkan hanya saja netranya jatuh pada Ayna yang terperenyak dibawah kasur dengan air mata berlinang.

"Pak Arqan?" cicitnya dengan raut wajah memerah.

Arqan mendekat, pikirannya bercabang memikirkan kenapa Ayna menangis? Apa mungkin karena hal tadi? Ayna menangis karena melihat Rafka dan Sella? Atau karena hal lain?

"Kenapa?" tanya Arqan sesaat setelah ikut mendudukkan bokongnya pada lantai. "Kenapa menangis?" ulangnya lagi, kali ini lebih diperjelas.

"Tapi Bapak jangan marah ya?" Dahi Arqan berkerut, antara gemas ingin mencubit juga heran dengan pertanyaan Ayna.

"Tidak akan."

"Saya cemburu lihat Rafka sama Sella berduaan," ucap Ayna kelewat jujur, setelahnya gadis itu malah menangis mengeluarkan suara lebih kencang yang sudah jelas membuat Arqan kelimpungan sendiri. Lelaki yang berprofesi sebagai seorang dosen itu menggaruk kepalanya, cukup pusing juga menghadapi Ayna yang sedang menangis karena jealous.

"Kamu mau kita juga begitu?" Arqan mengerjap begitu pun Ayna, gadis itu tak paham arah pembicaraan Arqan. "Maksud Bapak apaan?" tanya Ayna sambil menggosok hidungnya yang terasa gatal.

"Kamu cemburu lihat Rafka dan Sella berduaan karena pengen mesra-mesraan kayak mereka juga kan? Kalau begitu ayo! Kita lari-larian juga di pantai." Arqan berdiri, merentangkan satu tangannya yang tak kunjung disambut oleh Ayna.

"Saya lagi curhat Pak bukan pengen lari-larian kayak mereka!" Setelahnya, Ayna semakin menangis. Sedangkan Arqan menghela nafas berat, jadi itu maksudnya? Kenapa juga ia jadi kepedean ya?

"Saya kira kamu ingin lari-larian juga."

"Ngapain? Kayak masa kecil kurang bahagia aja," ketus Ayna.

"Ya sudah." Arqan kembali merendahkan tubuhnya, ikut duduk lagi dengan Ayna. "Saya memang tidak bisa menjadi apa yang kamu inginkan tapi saya akan berusaha untuk bisa membuat kamu tersenyum, Ayna. Sini!" Kemudian lelaki itu menarik kepala Ayna untuk ia sandarkan di dada bidangnya. "Saya memang tidak bisa bersikap romantis layaknya pasangan yang lain, tapi saya bisa memberikan kamu pelukan penenang seperti ini di saat kamu bersedih."

Detik itu juga Ayna merutuki tingkah kekanakannya yang menangis di hadapan Arqan, lelaki itu memang sulit berekspresi tapi sekalinya memberi perhatian maka perempuan mana pun pasti akan luluh. Begitu juga dengan Ayna, bersikeras ia menyuarakan kecemburuannya pada Rafka dan Sella, cemburu itu justru hilang disaat Arqan mendekapnya begitu erat dan terganti dengan perasaan menghangat, jadi beginikah rasanya dicintai oleh orang yang mencintai kita setulus hati?

Masih dalam dekapan, Ayna mengetuk kepalanya pelan. Dulu ia juga sering mendapat dekapan seperti ini dari Rafka, tapi kenapa rasanya berbeda? Apa karena separuh hatinya saat ini sedang marah pada Rafka? Atau memang separuh hatinya mulai menerima Arqan di kehidupannya?

Sial, Ayna lagi-lagi merutuk. Kalau begini, lama-lama dia juga akan luluh.

•••

Awan menghitam, gemuruh petir saling bersahutan, hujan deras mengguyur sekitar pantai Anyer. Ayna memeluk tubuhnya dibalik selimut tebal di dalam kamar, cuaca yang seperti ini yang selalu ia takuti. Di sana, air laut pasti sedang pasang. Memikirkan hal yang tidak-tidak menambah kecemasan bagi Ayna.

Gadis itu tak berhenti menyemangati dirinya sendiri, jika yang sekarang terjadi murni hanya karena alam sedang berubah. Karena tadi sore, cuaca sedang bagus-bagusnya.

Tangan mengepal, keringat dingin mulai bercucuran, jantung yang berdegup kencang saat telinganya dengan jelas mendengar gemuruh petir di luar sana saling bersahutan. Ayna ketakutan, ia bersumpah jika tak lama lagi kesadaran tubuhnya pasti akan hilang.

Duarrrrr

"AAAAAAAAA!!" Ayna memekik kencang saat suara gemuruh petir terasa begitu dekat. Dengan tenaganya yang tersisa, masih dengan bersembunyi di dalam selimut Ayna turun dari ranjang, merangkak menuju pintu kamar yang satu lagi. Tempat di mana Arqan berada. Setelah kejadian memalukan dirinya yang menangis hebat di hadapan Arqan, Ayna meminta lelaki itu untuk tidur dengan kamar terpisah. Tapi kini, malah dia yang akan mendatangi lelaki itu. Jika saja keadaannya tak darurat, Ayna sudah jelas akan memaki dirinya sendiri. Dia yang menyuruh dia sendiri yang mendatangi.

"Pak Arqan?" panggilnya sambil mengetuk pintu. Ayna mendesah, tak ada sahutan dari dalam. Ia lantas mencoba memutar knop pintu yang ternyata tidak terkunci.

Ceklek

Ayna melongokkan kepala sebelum tubuhnya ikut masuk ke dalam kamar Arqan, netranya berpendar mencari sang empu yang sejak tadi ia panggil.

"Pak Arqan?" panggilnya lagi. Masih tak ada sahutan, tapi Ayna merasa jika lelaki itu tengah tertidur karena ia melihat sesuatu tertutup selimut tebal di atas kasur.

Duarrrr

Tiba-tiba suara petir kembali terdengar memekakkan telinga, Ayna yang sangat ketakutan berlari lalu melompat ke dalam kasur, bersembunyi di sana. Suasana menjadi canggung dari dalam selimut, dengan pencahayaan yang minim dari flash ponsel netra Ayna jelas melihat Arqan yang tengah menatapnya dengan satu alis terangkat. Lelaki itu ternyata tidak sedang tertidur, melainkan sedang mendengarkan murrotal Alquran melalui headset.

"Ayna?" tanyanya heran. Arqan hendak beranjak dari baringnya, namun tangan Ayna lebih dulu melingkari lehernya. Gadis itu memeluknya, catat! Memeluknya.

"J-jangan kemana-mana!" cicit Ayna.

"Saya takut, Pak."

🍂🍂🍂

Siap buat next chapter?

Spam vote dan komen dulu dong

Follow akunku : @fiaa_an

Follow akun tiktok : @fiaafnh

Buat tau spoiler-spoiler ataupun konten menarik di sana 🔥

Dear My Husband (COMPLETE)Where stories live. Discover now