Part 36 : Bermalam Di Hotel

8.3K 530 2
                                    

Hai gengs, yg semangat dong baca DMH.

Ramein komen, setidaknya 1 atau 2 kata gitu.



🍂 Happy Readings 🍂

Jalanan Ibukota menjelang malam seperti ini memang sedang ramai-ramainya, buktinya sekarang mobil yang dikendarai oleh Arqan terjebak macet sudah 10 menit lamanya. Lelaki yang kini memegang stir kemudi tersebut melirik arloji di tangannya, sudah 10 menit pula ia terlambat shalat magrib.

Arqan, lelaki itu memutar kepalanya. Memperhatikan sekitar untuk mencari keberadaan sebuah masjid. Sepertinya, dalam jarak 10 meter dari tempatnya terdapat sebuah masjid.

Sembari menunggu sebentar lagi mobilnya berjalan, ia melirik presensi Ayna yang sudah terbangun dari pingsannya. Gadis itu nampak terdiam sejak Arqan membawanya pulang.

"Seharusnya kamu bilang jika mantan kekasih kamu itu mengganggu kamu, Ayna." Arqan mengucapkan itu sembari mencengkram erat stir mobil, entah kenapa mengingat kejadian beberapa menit lalu itu membuat sudut hati Arqan nyeri sekaligus marah pada dirinya sendiri karena tak bisa menjaga Ayna dengan baik.

"Kenapa Bapak bisa tau saya di tempat itu? Bukannya Bapak pergi ke Bandung?" Arqan mendesah pelan, rupanya Ayna malah bertanya hal yang lain.

"Jika Dinda tidak memberitahu saya, saya mungkin tidak akan ada di sini."

"Dinda?" beo Ayna.

"Ya, sahabat kamu tidak sengaja melihat kamu dan lelaki itu pergi dari sebuah hotel menuju tempat maksiat itu. Dia lalu memberi saya kabar dan kebetulan saya belum berangkat ke Bandung, dari situ saya suruh dia untuk pantau mobil kalian sampai di persimpangan jalan, lalu setelahnya saya yang pantau sampai mobil kalian berhenti di tempat itu."

Ayna nampak menghela nafas berat sambil memejamkan matanya sekilas.

"Saya juga nggak tau kalau Rafka punya niat buruk sama saya." Ya, Ayna sudah sadar tepat ketika Arqan mengangkat tubuhnya lalu membawa pergi dari kamar itu. Ayna yang saat itu bingung kenapa dia bisa pingsan lalu bertanya pada Arqan dan lelaki itu menceritakan jika Rafka memiliki maksud terselubung mengajaknya ke tempat itu.

"Tapi sebelumnya saya berterimakasih banyak sama Bapak, kalau Bapak nggak ada mungkin saya bakal hancur." Ayna meremas kedua tangannya yang ada diatas pahanya. "Meskipun saya dulu terbilang bukan perempuan baik-baik, saya juga suka dateng ke club itu, bahkan saya juga pernah meminum alkohol. Tapi saya tidak pernah membiarkan Rafka menyentuh saya lebih dari sekedar dekapan atau kecupan di pipi, saya sadar saya masih harus menjaga kesucian saya hanya untuk suami saya. Meskipun saat itu saya yakin dan sangat berharap jika Rafkalah yang akan menjadi suami saya, tapi ternyata takdir berkata lain."

Ada jeda beberapa detik sebelum Arqan berkata. "Kita shalat magrib dulu, waktunya sudah hampir habis." Arqan memutar stir mobil, menjalankan mobilnya pada masjid terdekat. Bolehkah saat ini dia cemburu? Cemburu pada Rafka yang Ayna harapkan jadi suaminya? Semua perhatian, cinta, dan kasih sayang yang Arqan beri untuk Ayna ternyata belum bisa mengetuk pintu hatinya.

•••

Kembali terjadi keheningan di dalam mobil, usai Arqan dan Ayna menunaikan shalat magrib mereka melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah.

Arqan memang sedang fokus menyetir, pandangannya begitu lurus ke depan namun ekor matanya tetaplah menangkap jika sesekali Ayna mencuri-curi pandang untuk menatapnya.

Dear My Husband (COMPLETE)Where stories live. Discover now