Part 4 : 4 el

8.2K 546 7
                                    

Absen, nama kota kalian dong

Tekan vote dulu sebelum baca

Tinggalkan komentar ya...

Bismillah dulu yuk:)



🍂 Happy Readings 🍂

"Ma, jangan Ma! Gimana Ayna mau berangkat kuliah kalo kunci mobilnya diambil?" Ayna menghentikan tangan Farah yang hendak mengambil kunci mobil di atas nakas.

"Kamu bisa berangkat pakai angkutan umum, Papa tetap akan kasih kamu uang. Nih!" Fadlan datang lalu menyodorkan 2 lembar uang pecahan seratus ribu rupiah.

"2 ratus cukup apa, Pa?" Ayna melotot, tapi detik selanjutnya ia menarik kedua sudut bibirnya. "Oke deh, Ayna lupa kalo saldo di ATM masih banyak," sambungnya.

"Papa nggak sebodoh itu, kamu lihat ini!" Fadlan mengangkat dompet Ayna yang tadi ia ambil di kamar putrinya itu, dikeluarkannya beberapa kartu ATM juga kartu credit. "Papa juga akan sita semua kartu ini," final Fadlan.

"Papa udah ambil mobil Ayna sekarang Papa juga ambil kartu ATM aku?"

"Kenapa? Uang kamu juga berasal dari Papa," ucap Fadlan.

"Kok Papa jadi perhitungan gitu sih?" Ayna mulai geram. "Papa kerja juga kan buat aku sama mama, jadi wajar dong kalo tugas aku ya pakai uangnya Papa."

"Tapi Papa lebih senang kalo uang dari Papa kamu gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, bukannya kamu gunakan untuk nongkrong di tempat maksiat itu."

"Terserah deh apa kata Papa, aku pusing di sini." Ayna mengambil tas selempang yang tadi ia letakkan di atas kursi makan lalu berjalan pergi meninggalkan rumah dan dua orang paruh baya yang menatap kepergiannya dengan sendu.

"Harus pakai cara apalagi kita Farah? Semakin hari perlakuan Ayna semakin buruk." Farah menatap sang suami, wanita paruh baya itu kemudian menuntun Fadlan untuk duduk. "Kita pasrahkan semuanya sama Allah ya Mas, ini semua terjadi juga karena kita yang dulu acuh sama Ayna."

"Apa ini sudah waktunya kita menyerahkan Ayna untuk menikah?" Farah menatap sang suami. "Apa dengan menikah Ayna akan berubah, Mas?" tanyanya.

"Setauku Arqan lelaki sholeh, pintar, dan tegas. Aku yakin dia pasti bisa membimbing Ayna untuk menjadi perempuan sholehah."

"Kalau begitu kita harus menemui Ratna dan Arya Mas."

"Kita akan menemui mereka sore nanti."

Sedangkan di tempat lain, Ayna yang sedang dalam perjalanan menuju kampusnya menggunakan ojek online terus memasang raut wajah masam.

"Ishh, kesel kesel kesel!" dumelnya seraya memukuli helm sang pengendara ojek online.

"Neng kalo mau marah-marah jangan ke saya!" ucap tukang ojek online tersebut, namun karena suara dari kendaraan lain yang bising membuat Ayna kurang mendengarkan.

"Mamang ngomong apaan?" tanya Ayna sambil melongokkan kepalanya ke depan.

"JANGAN MARAH-MARAH KE SAYA, NENG!" teriak tukang ojek online itu.

"Mamang ngomong apa lagi kumur-kumur sih?" tanya Ayna semakin tak nyambung.

"Bujur busett cantik-cantik tapi budeg." Tukang ojek online tersebut menggelengkan kepalanya.

"Mamang ngapain geleng-geleng kepala?" tanya Ayna lagi.

"CANTIK-CANTIK TAPI BUDEG, NENG!"

"Makasih banyak loh mang udah puji saya cantik, emang sih saya ini tercantik sejagat raya," ucap Ayna yang kegeeran. Gadis itu memang hanya mendengar kata 'cantik' nya saja.

•••

"Saya sudah kirimkan tugas yang harus kalian kerjakan pada asdos, selebihnya jika ada kendala boleh ditanyakan kepada saya tapi saya harap kalian bisa tanpa bertanya." Seorang lelaki muda dengan pakaian rapi berdiri di depan kelas, pandangan matanya menyapu mengabsen satu persatu anak muridnya.

"Tipi siyi hirip kiliin bisi tinpi birtinyi, prett sama aja dia ngelarang kita buat nanya." Karena rasa kesalnya dari rumah yang tak kunjung reda, Ayna kembali mendumel saat dosen barunya itu berkata demikian.

"Syutt!" Dinda menaruh jari telunjuknya di bibir, mengisyaratkan agar Ayna diam. "Berisik lo, ketahuan pak Arqan tamat riwayat lo Ay," bisik Dinda.

"Biarin, palingan dia kasih gue hukuman. Dengan senang hati gue jabanin." Dinda melongo di tempat, sejak kapan seseorang menginginkan untuk di hukum? Sepertinya hanya Ayna seorang.

"Yaudah diem, jangan nyerocos mulu lo kayak kaleng rombeng. Gue takut pak Arqan liat kita lagi ngobrol begini." Ayna mendengus, biar saja mereka ketahuan mengobrol lagipula sejak masuk kelas mood Ayna sudah memburuk.

"Bodo amat Din, gue nggak takut sama tuh dosen."

"Heh, lo belum tau aja galaknya pak Arqan gimana. Kata anak kelas sebelah pak Arqan itu orangnya tegas melebihi pak Abdul," bisik Dinda lagi.

"Halah biasanya yang kayak gitu itu galak-galak tai ayam." Dinda melotot saat kepalanya menoleh Arqan sudah menatap ke arahnya dan Ayna.

"Mampus!" Dinda menepuk keningnya. "Pak Arqan liatin kita Ay," bisik Dinda tanpa mengalihkan pandang dari depan. "Jalan sini lagi Ay." Ia semakin panik saat langkah lebar Arqan membawanya menemuinya.

"Ay, sumpah lo kok santai-santai aja sih?"

"Ya terus gue harus gimana? Jungkir balik gitu?" tanya balik Ayna.

"Sumpah makin ke sini lo makin telmi," cibir Dinda.

"Sialan lo ngatain gua telmi?"

"Ekhemm!" Arqan sampai di bangku Dinda dan Ayna. "Apa ada hal yang penting sehingga kalian saya perhatikan terus mengobrol?" tanyanya.

"Ada, Pak." Bukan Dinda yang menjawab melainkan Ayna. Gadis itu tanpa takut malah menatap manik mata Arqan, namun baru sekian detik Arqan malah memutuskan kontak mata itu dengan mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Apa?" tanya Arqan.

"Saya ini lagi 4 el, kesel, jengkel, sebel, pengennya ngedumel." Satu alis Arqan terangkat, lelaki itu sedikit memiringkan kepalanya.

"Apa saat ini kamu sedang membuat lelucon?" tanya Arqan.

"Hah? Lelucon?" Ayna mengedipkan matanya. "Lelucon dari Hongkong Pak, saya ini lagi kesel pake banget."

"Lalu urusannya dengan saya apa?" tanya Arqan lagi.

"Lah Bapak nggak mau ngehukum saya sama Dinda nih? Kita kan ketahuan ngobrol" Dinda melirik teman sebarisannya itu.

"Jadi kamu mau dihukum?" Tanpa dugaan Ayna mengangguk yakin.

"Bolehlah lumayan pulang ke rumah bisa telat."

"Perempuan aneh." Arqan menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu setelah beres kelas kamu temui saya di kantor."

"Tapi saya nggak ikutan ya Pak, Ayna yang ngajak ngobrol saya." Dinda membela diri.

"Terserah kalau kamu mau nilai tambahan kamu ikuti Ayna jika tidak juga tidak apa-apa."

"Ay gue nggak ikut ya hehe, selamat menjalankan hukuman," ujar Dinda yang membuat Ayna merengut sebal.

"Nggak apa-apa deh, saya sendiri aja biar pinter," ucap Ayna.

"Oke saya tunggu di ruangan!" Setelahnya Arqan pergi kembali menuju meja nya, ia menunduk untuk mengambil laptop juga berkas-berkas nya dan pergi meninggalkan kelas setelah mengemasi barang-barangnya.

________________'🍂🍂🍂______________

Siap buat next chapter?

Spam vote dan komen dulu dong

Follow akun ku : @fiaa_an

Follow akun tiktok : @fiaafnh

Disana ada banyak konten-konten menarik ataupun spoiler cerita-cerita aku 🔥

Dear My Husband (COMPLETE)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum