Part 33 : Kebohongan Ayna

7.1K 498 18
                                    

Hai gengs, ada yg nungguin DMH?

Jangan lupa vote....

Ramein kolom komentar juga dong, jujur sepi banget kayak kuburan 😂



🍂 Happy Readings 🍂

Ayna baru saja tiba di rumah, setelah dia benar-benar menutup pintu kamarnya, tubuhnya meluruh ke lantai. Rasa sesak itu kembali, sama rasanya seperti saat Ayna tau Rafka berselingkuh. Semesta begitu lucu mempermainkan dirinya, saat itu ia dipisahkan dengan Rafka yang berselingkuh dan sekarang Rafka kembali dengan menjelaskan detail penyebab kenapa dia berselingkuh. Dia sudah benar mengambil keputusan bukan? Dengan tak memberikan harapan pada Rafka yang ingin kembali? Tapi kenapa sekarang hati Ayna terasa sakit? Apa ini karena hatinya masih berharap pada Rafka?

Jujur memang tak mudah melupakan seseorang yang mengisi hati kita sejak lama, butuh waktu cukup banyak entah itu berbulan atau mungkin tahunan.

Tok tok tok

Ayna menoleh, bunyi suara ketukan pintu mengalihkan atensinya. Menyeka sedikit bulir air mata yang tadi ikut terjatuh saat dia meluruhkan badan ke lantai.

"Iya sebentar," ucapnya kemudian berdiri lalu membuka pintu kamarnya.

"Pak Arqan?" Ayna reflek mundur saat tubuh Arqan mendesaknya masuk ke dalam kamar. "Saya kira Bapak masih di kampus."

Arqan masih terdiam tak menyahuti, tubuhnya terus melangkah maju mendesak Ayna yang sesekali menoleh ke belakang takut-takut dia menabrak sesuatu.

"Bapak ngapain?" Ayna bertanya sambil mengerjapkan matanya, kini tubuhnya sudah terbentur dinding, sudah tak bisa lagi ia berjalan mundur.

Alis Ayna terangkat saat Arqan meletakkan kedua tangannya di dinding, seolah tengah mengurung Ayna agar tak bisa ke mana-mana.

"Habis darimana?" Arqan bertanya seraya menundukkan wajahnya agar lebih sejajar dengan wajah Ayna.

Di depannya Ayna meneguk ludahnya kasar saat netra legam itu seolah menunggu jawaban darinya, diam-diam Ayna memutar otak berpikir alasan apa yang tepat, sungguh ia tak mungkin untuk dia jujur jika sudah menemui Rafka diam-diam, Ayna hanya tak ingin menyakiti hati Arqan lebih banyak lagi.

"Dari rumah Dinda, Pak. Saya kangen ngobrol sama dia."

"Oh iya, kok Bapak tau saya abis dari luar?"

"Kamu tidak melihat saat gerbang dibuka tadi mobil saya pun ikut masuk?" tanya Arqan sambil menarik kedua tangannya.

"O-oh, saya nggak liat sih kayanya." Ayna menggaruk pipi kanannya, sedikit merutuk dalam hati juga kenapa dia agak gugup seperti ini? Apa mungkin karena berbohong?

"Cepat siap-siap kembali!"

"Hah?" Ayna mengangkat pandang saat Arqan menyuruhnya siap-siap.

"Siap-siap, Ayna!" ulang Arqan sambil menyentil kening Ayna karena gemas.

"Siap-siap ke mana?" tanya Ayna.

"Saya akan ajak kamu kajian, oh ya jangan memakai pakaian seperti ini." Jari telunjuk Arqan terangkat, menunjuk pakaian Ayna.

"Pakai pakaian yang menutup aurat kamu!"

"Saya nggak mau ah, Pak. Panas, capek pula. Bapak aja sendiri," tolak Ayna, dia hendak berjalan menuju ranjangnya namun tangan Arqan dengan cepat mencekalnya. "Mau dapat pahala, tidak?" tanya Arqan.

Dear My Husband (COMPLETE)Where stories live. Discover now