Part 8 : Ditinggalkan

8.8K 523 7
                                    

Hai hai, absen kalian lagi pake baju warna apa guys?

Sudah tekan vote?

TINGGALKAN KOMENTAR WALAU SATU KATA, PLEASE 😔 SEPI BANGET SUMPAH 😭

Bismillahirrahmanirrahim...



🍂 Happy Readings 🍂

Ayna tak henti-hentinya mengulas senyum sejak ia menginjakkan kaki di resto yang khusus menyediakan makanan khas Jepang, bagaimana tak senang jika Rafka selalu saja memperlakukannya seperti seorang ratu.

"Aaa lagi Sayang! Biar kamu agak isian." Tangan Rafka menggantung di udara, pasalnya saat ini lelaki itu tengah menyuapi sang kekasih.

"Nanti kalo aku isian kamu pindah ke lain hati." Ayna mencebik. Rafka sempat terdiam sesaat, membuat Ayna memicing curiga. Tapi di detik selanjutnya Rafka mengulas senyum seraya berkata. "Nggak dong, kamu aja udah cukup kali."

"Nih aaa lagi, pegel loh tangan aku." Ayna membuka mulutnya, ia menerima suapan demi suapan dari tangan Rafka. Meski tadi ia kesal karena Rafka tak menjemputnya dan berujung phobia yang diderita Ayna kambuh, tapi malam ini kekasihnya itu mampu meredam semua rasa kesalnya.

"I love you Rafka," cicitnya pelan namun tetap bisa didengar oleh Rafka.

"Love you too, Sayang." Bagi Ayna, memiliki seorang Rafka adalah anugerah terindahnya. Ia jadi ingat saat dulu Ayna berjuang mendapatkan hati Rafka, tanpa sadar lagi-lagi sudut bibirnya terangkat.

"Kamu kenapa senyum-senyum terus dari tadi?" tanya Rafka.

"Nggak apa-apa, aku lagi inget aja perjuangan aku dulu dapetin kamu. Kamu kan banyak yang suka, susah juga dulu mau ngobrol sama kamu. Tapi sekarang, aku bersyukur punya kamu Rafka." Ayna menatap dalam manik mata Rafka, tangannya yang tadi hanya diam di atas meja bergerak meraih tangan Rafka dan menggenggamnya. "Jangan pernah tinggalin aku ya! Jangan pernah bikin hati aku sakit. Aku pengen hubungan kita juga nggak cuma sampai sini tapi juga sampai hubungan yang lebih serius yaitu menikah."

Rafka terdiam, ia juga balas menatap manik mata indah milik Ayna. Ada keseriusan dan ketulusan di sana, ia bisa melihatnya.

"Aku akan berusaha untuk memenuhi semua permintaan kamu, Sayang." Itu hanya perkataan dari mulutnya yang tak sama dengan kata hatinya, Rafka yang Ayna tau sebagai lelaki yang cukup nakal karena ia perokok aktif juga mabuk-mabukan namun bukanlah lelaki brengsek. Tapi dibalik itu, ada satu hal yang tak Ayna tau jika kekasihnya itu sebenarnya sudah mengkhianatinya.

"Yaudah sekarang kamu lanjut makan lagi." Ayna mengangguk lalu melanjutkan memakan makanannya.

drrttt

Deringan ponsel di atas meja membuat Ayna menoleh, ia kira itu ponsel miliknya namun yang berbunyi ternyata ponsel milik Rafka. Saking bucinnya, mereka berdua memang memakai suara deringan ponsel yang sama.

"Rafka, itu ada telpon!" Ayna sempatkan untuk menunduk melihat siapa yang menelpon kekasihnya. "Hello Kitty?" bingungnya. "Hello Kitty, siapa Rafka?" tanya Ayna selanjutnya.

Rafka yang mendengar kata 'Hello Kitty' pun terkesiap, dengan gerakan cepat ia menyambar ponselnya itu.

"Aku angkat telpon dulu sebentar ya, Sayang." Ayna mengangguk, gadis yang mempercayai Rafka sepenuhnya itu hanya mengedikkan bahu acuh lalu kembali menyantap makanannya.

Rafka berjalan cepat sedikit menjauh dari tempat duduknya dengan Ayna, lelaki yang malam ini mengenakan jas berwarna navy blue itu sempatkan untuk meloloskan nafas kasar. Bisa berabe semuanya jika Ayna tau siapa Hello Kitty.

"Halo, please lo jangan hubungi gue dulu! Gue lagi sama Ayna." Rafka mencecar seseorang di seberang sana.

"Lo harus ngerti posisi lo sekarang gimana, ini semua juga karena lo!" Rafka menghela nafas kasar saat sambungan telpon ditutup secara sepihak.

"Sayang maaf banget, adek aku Shasya nyuruh beliin martabak. Aku harus pulang cepet, kamu bisa kan minta sopir pribadi kamu buat jemput atau naik taksi online?" Seusai mengangkat telpon Rafka kembali pada Ayna, namun bukannya melanjutkan acara dinner mereka ia malah menyuruh Ayna untuk pulang sendirian.

"Jadi, Hello Kitty itu Shasya?" tanya Ayna yang langsung diangguki oleh Rafka.

"Oh yaudah, gih sana pulang kasian Shasya nungguin martabak dari abangnya. Aku biar nanti pulang naik taksi online aja."

"Sayang maaf banget nggak bisa anterin kamu pulang." Rafka meraih tangan Ayna, mendaratkan satu kecupan di punggung tangannya. "Lain kali aku janji nggak bakal kayak gini, aku pulang ya kamu juga hati-hati di jalan. Nanti kabarin aku kalo udah sampe rumah, love you."

"Love you too Rafka." Ayna mengulas senyum lebar beriringan dengan Rafka yang tergesa keluar dari resto.

Sepeninggal Rafka, Ayna mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya karena bosan. Sebenarnya ia sendiri tak rela saat dinnernya berantakan hanya karena adiknya Rafka merengek minta dibelikan martabak, tapi Ayna tak boleh egois Shasya lebih membutuhkan Rafka dibandingkan dirinya.

"Huft, gue pulang aja deh kalau gitu." Gadis yang sudah berdandan cantik selama satu jam itu meloloskan nafas kasar, ia sedikit membungkuk untuk mengambil sling bag di kursi lalu kembali berdiri tegak. Baru saja ingin melangkah, sebuah suara membuat Ayna tertegun.

"Tunggu, Mbak!" Seorang waiters berjalan tergesa ke arahnya, Ayna yang tau maksud dari waiters tersebut menggigit bibir bawahnya.

"Mbak belum bayar semua makanan yang sudah dipesan." Sudah Ayna duga ini akan terjadi, ia juga lupa tak meminta uang pada Rafka. Seingatnya, ia masih Ayna yang kemarin memiliki banyak uang bukan Ayna yang sekarang hanya membawa satu lembar uang seratus ribu rupiah.

"Mbak!" Sang waiters mengibaskan tangannya di depan wajah Ayna. "Ini makanannya mau dibayar kan?" tanyanya.

"Emm." Ayna menaruh jari telunjuknya di dagu. "Boleh nggak kalau saya hutang dulu, saya sekarang mau pulang ambil uang soalnya dompet saya ketinggalan Mbak."

"Ini restoran Mbak bukan warung kopi yang bisa dihutangin!" sinis waiters tersebut.

"Tapi dompet saya ada di rumah Mbak, saya janji kok bakal balik lagi ke sini."

"Mohon maaf Mbak, tetap tidak bisa. Lagian Mbak nggak punya uang sok-sokan pengen makan di resto." Ayna melongo di tempatnya, baru kali ini ia dihina sedemikian rupa.

"Saya orang kaya ya, Mbak! Mbaknya jangan asal bicara!" kesal Ayna.

"Orang kaya kok nggak bisa bayar makanan yang dimakan send-"

"Berapa totalnya, Mbak?" Sebuah suara bariton dari belakang Ayna memotong ucapan sang waiters. Ayna memutar tubuh dan mendapati dosennya itu dengan wajah tanpa ekspresinya.

"Pak Arqan?" beo Ayna seraya tersenyum cerah. "Bapak mau bayarin makanan saya?" tanya Ayna sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Jadi berapa totalnya, Mbak?" Tak menjawab pertanyaan Ayna, Arqan kembali bertanya pada waiters itu.

"540.000 rupiah, Pak."

———————🍂🍂🍂———————

Siap buat next chapter?

Spam vote dan komen dulu dong

Follow akunku : @fiaa_an

Follow akun tiktok : @fiaafnh

Di Sana ada banyak konten-konten menarik ataupun spoiler cerita-cerita aku 🔥

Dear My Husband (COMPLETE)Where stories live. Discover now