Part 24 : Jangan Baper, Ayna!

8.1K 554 6
                                    

Hai gengs, fii kembali dengan chapter terbaru. Siapa yang nunggu DMH?

Siap baca? Jangan lupa vote dan ramaikan komentar, tandai typo jika ada ya gengs

Bismillahirrahmanrirahiim




🍂 Happy Readings 🍂

Cinta? Mungkin sebuah kata yang mudah diucapkan oleh setiap insan, terlebih yang mengucapkannya adalah seorang lelaki dengan sejuta kata-kata manis. Tapi bagi Ayna, cinta itu sebuah perasaan yang tak main-main. Bukan hanya dibuktikan dengan ucapan melainkan dibuktikan juga dengan perlakuan. Dulu, sebelum hidupnya semakin rumit seperti ini. Ayna yakin jika cintanya dengan cinta Rafka akan utuh selamanya, terbukti dengan keduanya yang saling mencintai, terbukti bukan hanya kata-kata cinta yang keluar dari bibir keduanya melainkan juga dengan perlakuan-perlakuan yang membuat keduanya semakin jatuh ke dalam sebuah kata, cinta.

Tapi hari ini, setelah pertemuannya kembali dengan Rafka. Semua tentang cinta seolah hilang bagi Ayna, hanya ada luka dan rasa sakit di hatinya kini. Meski terkenal seringkali menggoda beberapa laki-laki tampan di kampusnya, untuk urusan cintanya Ayna tak pernah sama sekali mempermainkan. Ia adalah sosok yang tulus mencintai, menerima orang yang dicintai apa adanya.

"Kamu belum makan dari kamu pulang, kan?" Ayna menoleh sekilas pada sosok tinggi yang memasuki kamarnya. "Saya bawakan makan malam, dimakan jangan tidak!" sambungnya.

"Saya nggak laper, Pak. Mending Bapak bawa aja lagi makanannya ke bawah."

Arqan tidak mendengarkan perkataan istrinya, laki-laki itu justru mengambil posisi duduk di tepi ranjang. Menyendokkan sesendok nasi dengan lauknya lalu menyodorkannya pada Ayna. "AAAA, kamu kode minta saya suapin kan?"

Ayna mengerjap, gemas sekaligus kesal dengan pede tingkat dewanya milik Arqan. Gadis itu lantas tak membuka mulutnya, membiarkan bibirnya terkatup rapat serta tangan Arqan yang menggantung di udara.

"AAAAA, ayo mumpung saya lagi mau. Suapan dari tangan saya ini dijamin enak, Ayna."

Ayna mendelik. "Saya nggak mau makan, Pak! Nggak laper." Sialnya, setelah ia selesai mengatakan itu perutnya malah mengatakan hal yang sebaliknya. Mengeluarkan bunyi yang tidak seharusnya Arqan dengar dan membuat harga diri Ayna jatuh seketika.

"Bibir kamu boleh berkata nggak laper, tapi itu perut kamu bilang hal yang beda." Arqan, lelaki itu menarik satu sudut bibirnya.

"Iya terus aja ledek saya!" Ayna merengut sebal.

"Siapa yang meledek? Tidak ada yang meledek, Ayna. Ayo buka mulut kamu atau mau saya yang bukain pakai cara ekstrem?" Mendengar kata ekstrem dari Arqan, pikiran Ayna malah merujuk pada dibukanya lebar-lebar mulutnya dengan jemari Arqan yang besar-besar itu agar mau masuk makanan, atau jangan-jangan lebih menyakitkan lagi? Astaga, memikirkannya saja Ayna sudah bergidik ngeri.

Tuk

Ayna mendesis saat jemari Arqan dengan nakalnya mengetuk keningnya. Gadis itu kemudian menatap tak bersahabat wajah teduh Arqan.

"Jadi saya harus melakukan cara ekstrem supaya kamu mau buka mulut?" tanyanya.

"Silakan aja, emang caranya ngapain?" balas Ayna menantang.

"Oke kalau itu mau kamu, jangan kaget!" Arqan kemudian menaruh piring di atas nakas, satu tangan yang masih memegang sendok berisikan makanan ia dekatkan pada bibir Ayna. Seiring waktu berjalan, wajahnya juga ikut mendekat. Dengan Ayna yang mengerjap bingung juga salah tingkah saat wajah tampan itu semakin mendekat sampai ia merasakan sebuah kecupan singkat mendarat di bibirnya, hanya seperkian detik memang tapi benar-benar membuat bibirnya menganga seketika yang langsung dimanfaatkan Arqan untuk menyuapinya.

"Hap, dikunyah Ayna! Jangan terus diam seperti patung!" Tanpa sadar Ayna mulai terhipnotis dengan perkataan Arqan, gadis yang masih terkejut bukan main itu mulai mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya sampai benar-benar ia telan. Barulah setelah makanan itu mendarat ke kerongkongan, Ayna menepuk pipinya pelan. Tatapannya tiba-tiba menajam saat mendapati Arqan yang mengulas senyum kecil.

"Lancang! Bapak ngapain cium-cium saya?" amuknya sambil memukuli lengan atas milik Arqan.

"Kamu sendiri yang memilih cara ekstrem, Ayna Azkayra. Apa kamu sudah lupa, hm?" Ayna yang kelewat kesal sekaligus baper mengacak rambutnya gemas kemudian menuruni ranjang dan berlari keluar kamar meninggalkan Arqan yang menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kecil.

"Aynaku menggemaskan sekali," cicit Arqan.

•••

Sial, Ayna tak bisa menghilangkan ingatan saat wajah Arqan mendekat dan mendaratkan satu kecupan ringan di bibirnya itu. Berkali-kali ia menepuk-nepuk pipinya demi menyadarkan alam bawah sadarnya, jika ia tak boleh terpikat sedikit pun pada Arqan.

"Jangan baper, Ayna! Lo itu harus jaga image dong, astaga mau ditaruh di mana muka lo pas ketemu Pak Arqan? Gue yakin muka gue pasti merah banget pas tadi di kamar." Ayna gemas sendiri pada dirinya, hatinya ingin tak mau menerima pernikahan bayangan ini tapi hatinya juga mulai merasa nyaman pada Arqan.

"Hati gue masih sakit hati karena cinta, nggak mungkin kalau gue secepat itu jatuh cinta lagi. Sadar lo Ay, lo mulai pernikahan ini karena apa? Karena buat pelarian kan? Yaudah, cukup jadiin Pak Arqan pelarian lo doang bukan pasangan lo sebenernya."

"Beneran apes banget gue hari ini, udah ketemu mantan dibikin baper juga sama Pak Arqan. Sial!" Ayna mendengus, hari ini benar-benar membuat emosinya naik turun. Gadis yang tadi berlari dari kamar karena insiden yang membuat jantungnya tak baik-baik saja itu kini berada di halaman belakang, menekuk kedua kakinya yang naik ke atas kursi taman.

"Sebenernya gue nggak mau sakitin hatinya Pak Arqan, dia cowok baik tapi malah gue sakitin dengan cara nikah cuma buat pelarian udah gitu gue masih cinta sama Rafka. Tapi sekarang nasi udah jadi bubur. Gue nggak mungkin minta cerai di saat pernikahan ini baru berjalan satu bulan, yang ada gue diusir dari KK keluarga Fadlan." Ayna mengangkat kepalanya, netranya menatap bintang-bintang bertaburan di atas langit. "Kalau gue boleh jujur, Pak Arqan emang tipikal cowok idaman semua cewek. Nggak ada yang kurang malah, tapi bodohnya gue sia-siain dia. Tapi hati gue nggak bisa bohong, kalau gue nggak bisa move on dari Rafka."

Ayna terus bergumam sendiri tanpa tau ada orang lain selain dirinya di sana, sosok lelaki yang tengah mengulas senyuman terbaiknya berdiri tepat di balik punggungnya. Mendengar semua ocehannya sejak curahan hatinya yang mengatakan tak mau menyakiti hatinya.

Sosok lelaki itu adalah Arqan, masih dengan seulas senyum ia mendekatkan wajahnya pada telinga Ayna. Kemudian berbisik, "Saya bisa buat kamu move on dari Rafka, asalkan kamu jangan halangi saya yang sedang berusaha untuk itu."

Terkejut? Sangat. Ayna langsung memutar kepalanya saat ada suara lain yang menyahuti ucapannya. Di detik itu juga, bahu Ayna seketika melemas. Itu artinya Arqan mendengar semua perkataannya sejak tadi. Astaga, untuk ke sekian kalinya Ayna merutuk dirinya sendiri yang selalu ceroboh.

🍂🍂🍂

Siap buat next chapter?

Spam vote dan komen dulu dong

Follow akunku : @fiaa_an

Follow akun tiktok : @fiaafnh

Buat tau spoiler-spoiler ataupun konten menarik di sana 🔥

Dear My Husband (COMPLETE)Where stories live. Discover now