Regi masuk dengan siaga, matanya bergerak langsung menyisir ruangan.

"Ada apa?"
Hampir Ayahnya Pierre ke tengah keluarganya.
"Tadi ada yang mendengar teriakan lalu lapor padaku-"

Istrinya segera memeluk sebelum menariknya mendekat pada Televisi sembari memberi penjelasan.

"Pierre, Tuan Cyril,"
Sapaan tenang kakakku terdengar. Suaranya terdengar dekat sekali hingga membuatku segera menutup kamera depan tabku dengan jari.

"Jadi ada apa? Apa yang terjadi?"

"Tak ada apa-apa sebenarnya, RJ."
Uncle Cyril menyahut dengan bisik bisik.
"Di berita tiba- tiba ada tuduhan saja tentang keluarga kami hingga membuat kakakku berteriak syok. Aku juga kaget, lihat. Kemejaku sampai jadi ketumpahan wine. Tumpah sebotol-botolnya."

"Oh oke-oke."
Regi berdeham.
"Kau sedang Video Call Pierre? Jangan lupa itu masih aktif!"

"Tak apa-paling dia lagi grup call berempat dengan Lucian."

"PAMAN!"
Pierre otomatis menjerit juga diriku walau hanya bisa dari dalam hati.

"Lucian? Lucy? Adikku?"
Regi mengulang sebelum melanjutkan dengan nada mencibir.
"Grup Call jadi berlima? Lima... Lucy dengan siapa saja tuh?"

Pierre walau terbata menjawab.
"A-ku, Sophia, Vincent tadi juga dan Paman, Err ya dan Lucian."

Dan selanjutnya bisa ke tebak. Regi meletus.

"Oh ya? Waw. Waw sekali. Itu masih aktif? Masih ada Lucy disitu? Hei Lucy halo?! Begini ya jadinya? Buat grup dengan hanya aku yang tak diajak. Oke. Waw . Selamat. Kau saat ini berhasil menyakiti hatiku!"

Aku hampir saja menjawab 'bukan begitu!' namun langsung menekan lidah sendiri.

"Bukan hal penting juga cuma obrol di kapal pesiar lalu rencana penawaran untuk Lucy Vincent yang sepertinya mau menikah-"

Aku jadi terbelalak.

"HAH? APAA?!"

"Eeh Bro!"
Pierre menghentikan suara nyaring Regi.
"Demi Tuhan, Uncle! Bisa kau tutup mulut!"

"Heh halo Lucy?! Jawab hei! Kau masih disitu kan? Bukan begitu Tuan Cyril! Masalahnya kenapa dia tak bilang padaku dulu, aku kan kakaknya! Kalau dia memang mau sama Vincent, aku sih akan perbolehkan-tapi kenapa sembunyi-sembunyi-"

Pip.

Entah aku yang tak sengaja pencet atau Pierre hingga komunikasi kami terputus.

"Luce."

Aku jadi menoleh pada Ryan.

Ia terlihat syok. Tangan kanannya menekan dadanya.

"Memangnya kau dan dia mau? Aku tadi memang sudah dengar di telpon sebelumnya pembicaraan kau dengan Ayahnya Pierre itu, tapi ini serius? Aku tak mengerti. Dan Pak Regi juga setuju?"

"A-"

Tab kembali menyala. Pierre kembali memanggil kami.

RED CITY : ANNIHILATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang