Epilog II : Badai

1.5K 194 41
                                    












Pasusu












Sejak hari itu—— pada saat Jungkook bangun dan sadar bahwa ia kehilangan calon bayinya. Bunda dan ibu bergerak cepat memeluknya, mengatakan bahwa ia harus mengikhlaskan semuanya, disusul Taehyung yang baru saja datang, mencoba mengambil alih dengan memeluk erat tubuhnya seraya ujarkan banyak sekali kalimat penenang diselipi untaian kata maaf yang malah membuat Jungkook semakin histeris. —— Taehyung sudah menebak, tidak akan mudah bagi Jungkook untuk merelakan calon bayi mereka yang selalu dijaganya, bahkan Jungkook sampai rela kehilangan banyak hal termasuk merasa kesakitan setiap saat. Tapi, justru semua harus berakhir menyakitkan.

Jungkook terpukul. Kehilangan salah satu sosok berharga membuatnya juga seakan-akan kehilangan nyawanya sendiri, ia merasa bersalah sekaligus tidak pantas menjadi seorang ibu sebab tidak bisa menjaga calon bayinya dengan baik, berakhir mengabaikan semua orang termasuk sang putri kecil; Jungkook hanya merasa takut, takut jikalau ia tidak bisa menjaga Tanna dengan baik dan berakhir membuatnya pergi juga. Sudah lebih dari dua minggu berlalu dan ia hanya duduk terdiam, merenung memperhatikan pintu balkon kamarnya, sesekali akan menangis dan Taehyung akan mencoba menenangkannya meskipun rasanya sia-sia.

"Jungkookie, mau ketemu sama Tanna? Dia kangen kamu" —— pertanyaan kesekian kalinya di setiap hari ketika ada kesempatan, dan Jungkook akan membalasnya dengan sebuah gelengan pertanda penolakan. Taehyung menghela napas berat, mencoba bersabar dan mengerti keadaan Jungkook, dengan tidak memaksanya dan memberinya lebih banyak waktu, berharap Jungkook secepatnya pulih baik secara fisik maupun mental. Sekarang, Taehyung hanya perlu memutar otak untuk memberi sebuah alasan baru agar Tanna tidak tersinggung atau malah berujung marah pada Jungkook.

Keluar dari kamar, ia melirik bu Shin yang menatapnya penuh harap. Senyuman sendu ia ukir seraya menggeleng pelan, "belum bu" Lirihnya, bu Shin menatapnya iba tapi juga tak bisa membantu banyak. Sementara, Taehyung berjalan menghampiri Tanna di ruangan khusus tempatnya bermain, si kecil sedang menggambar, mencoret-coret warna di kertas putih bergaris hitam membentuk bunga. Kaki kecilnya bergoyang-goyang, Taehyung terkekeh kemudian duduk disebelahnya.

"Aya.. " Panggilnya ceria, Taehyung mengusap pucuk kepalanya dengan penuh sayang. "Ibun? Ibun mana?" Tanyanya dengan nada khas anak kecil berusia dua tahun, terdengar lucu tapi pertanyaannya malah membuat Taehyung merasa bersalah sekaligus sedih.

"Bunda masih sakit sayang, belum bisa ketemu Tanna"

"Yama~" Tanna mencebik sedih, untuk seukuran anak berusia 2 tahun beberapa katanya memang terkadang belum terucap dengan jelas, tapi kemampuan bicara Tanna justru terbilang berkembang dengan pesat. "Ngangen ibun, aya.. Mau ibun, mau ibun" Katanya seraya mulai menangis, Taehyung membawanya kedalam sebuah gendongan. Memeluk tubuhnya erat, dalam hatinya terus ujarkan permintaan maaf.

"Nanti ya sayang, soalnya nanti Tanna malah ikut sakit kalo ketemu bunda sekarang" Tanna menggeleng-geleng kecil, tangannya yang gemuk memukul-mukul punggung Taehyung, berkata dalam tangisannya bahwa ia kuat. Taehyung hanya mampu mengusap punggung bergetar sang putri kecil, ia tidak bisa menjanjikan banyak hal pun ia juga tidak bisa memaksa Jungkook. Mungkin untuk saat ini, biarlah Tanna dan dirinya dulu yang mengalah.

Tapi, Tanna hanyalah anak kecil yang berusia dua tahun; terkadang tidak mengerti kenapa sang ayah tidak mengijinkannya bertemu sang bunda yang katanya sedang sakit, yang Tanna inginkan adalah bertemu dengan lelaki yang sudah melahirkannya itu secepatnya, menuntaskan rasa rindunya yang teramat sangat. Maka ketika bangun dari tidur siang dan ayah tidak ada disekelilingnya, Tanna memilih keluar kamar sendiri, menengok kanan dan kirinya kemudian berjalan mendekati pintu kamar sang orang tua yang berada tepat disebelah kamarnya. Pintu itu tidak tertutup rapat, Tanna bersorak senang dan mendorongnya pelan sampai terbuka sedikit, membawa tubuhnya masuk ke dalam dan menemukan bunda tengah menangis di atas kasur. Bundanya seperti tengah kesakitan, maka Tanna berjalan cepat untuk membantu.

"Ibun, ibun tenapa?" Suara kecilnya berhasil mengambil atensi Jungkook, "ibun cakit? Ibun cakit apa?" Si kecil berusaha untuk menggapai tubuh Jungkook tapi Jungkook malah menghindarinya, Tanna mengerutkan keningnya kebingungan, sekarang ia kesulitan untuk meraih bundanya sebab ranjang milik orangtuanya lebih tinggi bahkan dari tubuhnya sendiri. "Ibun, Tanna bantu, naik-naik sini." Tanna menepuk kasur yang ditempati bundanya, mencoba meminta bantuan untuk naik ke sana tapi bunda bahkan sama sekali tidak bereaksi apa-apa selain memperhatikannya yang tengah kesulitan.

"Pergi" Lirihnya pelan seraya menangis semakin keras. "Pergi"

"Ibun, nangis... Ibu cakit iya?" Tanna berseru panik, ikut menangis ketika melihat bundanya juga menangis. Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi mengkode agar bunda mengangkat tubuhnya tapi Jungkook malah memalingkan wajah. "Ibun, naik. Mau naik" Rengeknya.

"Pergi!"

"Peyuk, ibun sini sini" Tangannya melambai-lambai, Jungkook menggelengkan kepalanya sekali lagi mencoba mengusir Tanna tapi si kecil seakan tidak mengerti dan masih mencoba meraih tubuhnya.

"PERGI!"

Jungkook tanpa sadar membentak, tubuh Tanna menggigil kecil karena ini adalah pertama kalinya Tanna mendengar Jungkook semarah sekarang. Biasanya sang bunda bahkan hanya menegur dengan suara lembut, tidak pernah memarahinya apalagi meninggikan nada suaranya. Suara pintu yang dibuka cukup kencang dari luar mengambil alih atensi mereka, Taehyung datang dengan raut khawatir, ekspresinya berubah menjadi menahan marah begitu menyaksikan putri kecilnya menangis ketakutan. Taehyung bergegas menggendongnya, mengusap punggungnya yang masih bergetar hebat, ia mendelik tajam pada Jungkook,

"Keterlaluan Kim Jungkook"

Selepas itu ia segera membawa Tanna keluar dari kamar, meninggalkan Jungkook yang mulai menangisi kebodohannya. Taehyung membawa Tanna ke rumah Seokjin, meminta si kakak ipar untuk menjaga bayi kecilnya sebentar, lalu berbalik dan berlari cepat untuk kembali ke rumah bahkan sebelum Seokjin sempat bertanya. Pintu kamar dibanting kasar, Taehyung menatap Jungkook yang masih pada posisi sebelumnya dengan tajam, emosi yang selama ini coba ia tahan, siap meledak saat itu juga.

"Mau sampai kapan Kim Jungkook?" Katanya marah, Taehyung masih berusaha menjaga nada suaranya agar tidak membentak, "kamu pikir yang ngerasa bersalah selama ini cuman kamu? Yang ngerasa kehilangan calon bayi kita cuman kamu? Kamu pikir aku nggak ngerasain itu semua Jungkook?" Kepalang emosi Taehyung membanting vas bunga di dekatnya, Jungkook bergidik ketakutan.

"Coba pikir jadi aku Jungkook, kamu pikir mudah buat milih antara kamu sama calon bayi kita? Kamu pikir selama ini aku nggak marah sama diriku sendiri? Aku marah Jungkook! Aku marah sama diri aku sendiri sampe rasanya mau ikut mati juga! Tapi, Tanna bukan pelampiasan! Disini dia nggak salah! Dia bahkan nggak tau apa-apa dan aku hanya mencoba untuk membalas kesalahan aku dengan menjaga dia sebaik yang aku bisa! Supaya kehilangan nggak terjadi untuk kedua kalinya!!" Taehyung mengusap wajahnya frustasi, air mata membasahi pipinya dengan deras. Kalimat yang sedari dulu ia coba tahan-tahan akhirnya diucapkan juga. "Nggak ada yang nyalahin kamu Jungkook, sejak awal kita semua tahu kalo kamu udah coba lakuin yang terbaik buat pertahanin calon bayi kita. Tapi Tuhan punya rencana lain! Apa aku ataupun kamu bisa cegah keputusan Dia? Nggak Jungkook! Tuhan tahu yang terbaik dan mungkin ini adalah jalannya, tugas kita cuman percaya sama dia dan jaga sekaligus syukuri apa yang udah dia kasih buat kita, salah satunya Kim Taera!" Jungkook memeluk lututnya, perasaan bersalah semakin menggunung di hatinya. Bayangan Tanna yang ketakutan karenanya membuat ia memukul-mukul dadanya sendiri.

"Renungi kesalahan kamu! Aku nggak akan ijinin kamu ketemu sama Tanna kalo masih bersikap kaya gini" Taehyung berbalik, melangkah mendekati pintu, "kita udah kehilangan calon bayi kita, jangan sampai kita kehilangan Tanna juga" Pintu ditutup rapat dengan bantingan yang keras sekali lagi, Jungkook meringkuk di atas kasur—— dadanya sesak akan rasa bersalah, kalimat Taehyung begitu menusuk dadanya dan menampar dirinya akan sebuah kesalahan yang dua minggu ini sudah ia lakukan.







Love,
Ad💜

Lewatin badai dulu yaa

Pasusu √ tk.Where stories live. Discover now