50.End

3.8K 61 12
                                    

Haiiiiii.

Semoga sukaaa yaaaa.

Jangan lupa tinggalin jejak🥺.

Happy Reading💗.

***

Via menangis tersedu sedu sampai dadanya naik turun. Ia menggeleng pelan saat melihat Rakha dihajar habis habisan oleh Harun. Ditambah melihat kondisi tiga orang yang tidak jauh dari tempat Rakha, sangat mengenaskan. Luka dan lebam memenuhi wajah mereka, termasuk juga bunda Rakha.

Ingin berteriak juga tidak ada guna, mulutnya telah tertutup oleh lakban hitam yang Harun pasang tadi.

Lo bukan Harun. Harun gak kayak gitu ;batin Via.

Harun berjongkok di depan Rakha, ia mencekram kuat dagu cowok itu "Baru segini saja sudah teler, lemah!" tangan pria itu menghempaskan dagu Rakha kasar.

Rakha terbatuk batuk hingga mengeluarkan darah. Ia menatap sengit Harun seakan berkata ia tidak selemah apa yang dipikirkan kakaknya itu.

Harun berdecih. Ia mengeluarkan pistol dari belakang tubuhnya "sekarang tepat?" tanyanya menempelkan ujung pistol di samping kepala Rakha.

Via membulatkan matanya, ia langsung bergerak tak beraturan hingga membuat kursi yang ia duduki berdecit. Suaranya sampai memekakkan telinga mereka yang ada disana.

Shit!.

"Diamlah babe" bisik Harun saat sudah berada di samping Via.

"Aku cemburu melihat mu membelanya" lanjutnya dengan nada sedikit merajuk.

"Jangan lagi, hm?"

"Atau ini juga akan menembus jantung mu" ia menggoyangkan pistolnya sembari memperagakan kala menembak dada Via.

Via terdiam, ia semakin deras menangis. Matanya menatap manik mata Harun seolah berkata bahwa ia kecewa, marah, dan sedih. Semua bercampur. Namun Harun yang dulu bukanlah Harun yang sekarang, ia hanya acuh lalu berbalik menuju Rakha kembali.

"Bersyukurlah kematian mu tertunda" ucap Harun.

"Gak punya hati lo kak!" bentak Rakha.

"Bangsat, anjing lo!" makinya.

"Kak? Bahkan saya tidak sudi dipanggil seperti itu oleh mu!"

"Terpaksa" gumam Rakha menghembuskan nafas lelah. Ia menatap jendela kecil ruangan itu, Rakha sadar disana sudah ada sahabatnya serta anggota geng Avro. Tapi ia menahan agar mereka tidak menyerang dan cukup menyaksikan. Rakha tak mau mereka juga terlibat dalam masalah ini.

"Angkat kepala mereka agar menyaksikan aku membunuh anaknya!" perintah Harun pada bodyguard nya.

Dengan segera dua bodyguard langsung mengangkat kepala bunda dan Aron dengan kasar. Perlahan tapi pasti, mata mereka terbuka sedikit ketika bodyguard itu menampar kembali pipi keduanya.

"One"

"Two"

Pistol pun sudah mengarah tepat di depan Rakha. Namun suara nyaring Aron langsung mengganggu indra pendengaran Harun.

RAVIA(END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon