"GAL!"
"GALA! WOI! BUDEK!"
Dengan posisi duduk santai sambil menghisap rokoknya. Gala mulai mendongak mendengar namanya terus dipanggil oleh Ilham.
"Paan?"
Ilham berdecak, "Bini lo, Gal! Bini lo!"
Mengangkat alisnya, Gala menatap Ilham sambil mengernyit bingung. Kenapa temannya ini kalau bicara sangat tidak jelas.
"Njing, malah diem!" kesal Ilham.
"Riri, noh, Riri!" tambahnya.
"Napa?" bingung Gala.
"BERANTEM DIA! BERANTEM!" histeris Ilham sambil mencak-mencak karena gemas melihat reaksi Gala yang kelewat santai.
"Gausah canda," ketus Gala masih santai menghisap rokoknya lagi.
"Saaloh bos! Bos! Emang muka gue kek becanda apa?!"
"Emang kenapa sih, Ham?" Akbar yang sejak tadi fokus bermain game mulai penasaran pasalnya Ilham sangat heboh.
"Noh, bu bos berantem. Jambak-jambakan sama..."
"Gal, Riri berantem sama temen kelasnya," sela Alan. Cowok dingin itu baru datang ke WBS.
Sebelum beranjak Gala membuang puntung rokok ke lantai. Mematikan sisa api menggunakan sepatu.
"Di mana sekarang?" tanya Gala panik.
"Di kelas."
Tanpa membuang-buang waktu Gala langsung berlari ke area sekolah. Padahal tadi niatnya bolos hingga pelajaran terakhir selesai.
Namun gara-gara gadisnya berbuat ulah, Gala terpaksa harus masuk ke wilayah sekolah lagi.
"Buset, ama gue ngeyel. Pas Alan yang bilang langsung percaya, ngibrit!" gerutu Ilham.
*****
Suara sorakan heboh memenuhi ruang kelas. Ada yang berusaha memisahkan ada juga yang malah menyemangati.
Untung sedang jam kosong jadi tidak ada guru yang melihat. Kalau ada, sudah dari tadi mereka dibawa ke ruang BK.
"MINGGIR! MINGGIR!" bentak Gala memasuki kelas Riri.
Mengetahui siapa yang datang, mereka yang berada di kerumunan itu langsung diam. Memberi Gala jalan tanpa diminta.
"Riri udah, Ri." Nenda dan Choline berusaha menarik tangan Riri tapi selalu gagal karena antara Riri dan Risa, dua-duanya sama-sama tidak ingin menyudahi aksi jambak-jambakannya.
Gala tercengang sejenak saat melihat keadaan Riri. Tanpa aba-aba Gala langsung berdiri di tengah-tengah antara Riri dan Risa.
Perlahan Risa mundur saat tahu siapa yang datang. Dia menjauh dan pergi karena tidak mau berurusan dengan si ketua geng berandal itu. Bisa habis dirinya di tangan Gala.
"Maaf," cicit Riri saat Gala memegang pundaknya dengan tatapan datar.
Gala menarik Riri keluar kelas. Entah akan dibawa ke mana yang pasti Gala tidak mungkin membiarkan Riri tetap berada di kelas setelah kejadian tadi.
"Kemana?" tanya Riri memberanikan Diri.
"WBS," jawab Gala dingin.
"Kenapa?" Gala menatap Riri heran saat gadis itu tiba-tiba berhenti.
"Malu," cicit Riri sambil memegang rambutnya yang berantakan karena aksi jambak-jambakannya.
Tanpa suara Gala mengambil gelang karet berwarna hitam di tangannya. Dengan cekatan Gala meraih rambut Riri, merapikannya lalu mencepol asal menggunakan gelang miliknya.
"Takut," Riri menahan tangan Gala yang menarik dirinya. Riri tidak mau bolos. Ia takut dihukum kalau sampai ketahuan oleh guru mereka keluar wilayah sekolah di jam pelajaran.
"Ngga papa," tenang Gala.
"Tapi Riri takut, Gala."
"Ck! Cerewet banget, kalo ngga mau ikut, sana balik kelas," usir Gala.
Riri menggeleng entah kenapa ia malu kalau harus ke kelasnya sekarang.
"Ya udah, ayo." Gala menarik tangan Riri.
*****
"WOOO! Tumben bawa bu bos ke sini!" seru Ilham.
"Weitss, cantiknya Riri kalau rambutnya kaya gitu," kagum Akbar. Selama ini Akbar selalu melihat Riri dengan rambut tergerai dan sekarang ia melihat rambut Riri dicepol.
Meskipun tadi Gala mencepol asal rambut Riri. Tapi percayalah, dengan rambut cepolan yang sedikit berantakan begitu, malah membuat aura cantik Riri semakin menonjol.
Apalagi leher putih mulus Riri yang terpampang jelas. Itu bisa membuat cowok-cowok akan, ah! Sudahlah.
"Jaga mata lo," peringat Gala pada Akbar.
"Ampun bos! Kan cuma liat, mubazir kalo nggak dilih..."
Dug
"Sakit njir, gue ditendang," ringis Akbar mengelus kakinya yang ditendang oleh Gala.
"Takut," Riri menyenderkan kepalanya di pundak Gala.
"Wehh santai dong Ri, kita udah jinak kok! Ya ga?" Ilham mengedarkan pandangannya ke semua anak Drax yang dibalas anggukan antusias oleh mereka.
"Takut kenapa?" tanya Gala.
Riri tidak menjawab ia hanya mempererat pelukannya di lengan kekar Gala.
Mata Riri menatap takut ke arah gerombolan anak-anak Drax yang tidak ia kenal. Kalau hanya Akbar, Alan dan Ilham, Riri sudah biasa saja. Masalahnya ini ada banyak anggota Drax lainnya yang memenuhi WBS.
"Mereka," bisik Riri sembari mendongak menatap Gala karena tingginya berbeda jauh dengan tinggi cowok itu.
"Ngga papa," jawab Gala.
"Duduk sini bentar," Gala mendudukkan Riri di dekat Ilham.
"Mau kemana?"
"Pergi bentar."
Dengan cepat Riri menggeleng. "Ngga mau! Gala harus di sini aja sama Riri!"
"Ck! Bentar doang Ri, ngga usah manja!"
"Riri takut! Gala ngga boleh pergi!" tahan Riri memegangi ujung baju Gala yang tidak dimasukkan.
"Ri! Nurut napa, cuma bentar doang. Ngga lama. Janji," bujuk Gala sembari melepaskan pegangan Riri di ujung bajunya.
"Janji cuma bentar ya?"
"Iya janji. Anteng di sini ntar gue beliin permen cokelat yang banyak, oke?" Riri akhirnya mengangguk. Mengizinkan Gala yang ingin pergi entah kemana. Rasanya Riri ingin mencegah Gala tapi ia takut Gala akan marah.
"Gue pergi dulu."
Gala mengusap pucuk kepala Riri lalu mengecupnya singkat. Tidak peduli dengan suara sorakan dan siulan dari anak-anak Drax yang menggoda aksinya.
"Ham titip nih bocah, awas sampe lo apa-apain!"
"Siyap pak bos! Bu bos akan aman, nyaman, tentram dan damai sama gue!"
Gala memberi kode pada Akbar dan Alan. Entah apa yang mereka rencanakan. Yang pasti mereka bertiga diikuti dua anak Drax lainnya pergi meninggalkan WBS.
*****
"BISU SEMUA?!" Gala mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas.
"GUE TANYA SEKALI LAGI! APA PENYEBABNYA ANJING?!"
"KALO KALIAN NGGA MAU JAWAB GUE HANCURIN KELAS INI!"
"Gal," panggil Alan.
"Paan?"
"Tahan dulu Gal," peringatnya takut Gala kelepasan dan akan bertindak gegabah.
Gala? Masa bodoh.
"WOI! BANGSAT!"
"BENERAN MAU GUE HANCURIN NIH KELAS?!"
"Gal," panggil Akbar yang berdiri di belakang Gala bersebelahan dengan Alan.
Panggil-panggil mulu ngga tau lagi emosi apa? Batin Gala kesal.
Gala menoleh. Tidak menjawab, ia hanya mengangkat dagunya seolah bertanya, kenapa?
Akbar menggeleng ia ingin mengatakan sesuatu tapi sebaiknya tidak usah.
"Ck! Tai lo!" umpat Gala.
"Siapa ketua kelasnya?" tanya Alan dengan nada tenang.
"NGGAK MAU NGAKU JUGA?!" bentak Gala.
Tiba-tiba di bangku paling pojok. Cowok bernama Pandu mengangkat tangannya.
"Gue ketua kelasnya," akunya santai.
"Sini sat bangsat!" dengan semangat Akbar melambaikan tangannya menyuruh cowok yang bernama Pandu untuk maju ke depan.
"Lo ketua kelas kan?" Pandu mengangguk menatap Alan.
"Harusnya sebagai ketua kelas lo bisa tanggung jawab atas kejadian tadi. Kenapa lo biarin bukan bubarin?" selidik Alan dengan suara tenang.
"Gue emang ketua kelas, tugas gue mimpin mereka bukan ikut campur masalah mereka," tuturnya kelewat santai membuat emosi Gala kembali tersulut.
Tenang, saat ini Gala masih bisa menahan emosinya sembari mendengar penjelasan yang lebih detail dari Pandu.
"Maksud lo?"
"Ya ngapain gue repot-repot misahin mereka? Mereka kenapa-napa juga bukan urusan gue juga kan?"
"Lah anjing, lo ketua kelas itu punya tanggung jawab di kelas ini. Harusnya lo misahin karena mereka di bawah pimpinan lo njir!" kesal Akbar.
Pandu tertawa sinis. "Males juga ngurusin cewek cengeng, manja, berisik, kekanakan kaya Riri, eh sori." Pandu melirik Gala dan berlagak seperti tidak sengaja mengucapkannya.
Mata Gala menatap tajam ke arah Pandu. Gala sudah tidak bisa menahan emosinya mendengar Pandu yang secara terang-terangan meledek Riri.
Meski kenyataannya benar begitu. Tapi tetap saja Gala tidak rela jika ada orang lain yang menghina gadisnya seperti Pandu barusan.
"MAKSUD LO APA ANJING?!" dengan tidak sabarnya Gala langsung menarik kerah baju Pandu mendekat ke arahnya.
Pandu tidak melawan. Ia hanya menatap Gala dengan wajah datar.
Bugh
Satu bogemen tepat mengenai wajah Pandu.
Pandu meringis kesakitan. "Pantes banget cewek ngga jelas kaya Riri dapet berandalan bobrok kaya gini," ejek Pandu.
"Wah nantangin nih bos, hajar aja ampe mampus bos!" usul Akbar.
Bugh
Bugh
Bugh
Gala mengabaikan teriakan ketakutan dari siswa-siswi di dalam kelas. Tidak ada yang berani menghalangi Gala. Bahkan Alan dan Akbar membiarkan Gala menghajar Pandu.
Alan dan Akbar baru akan turun tangan jika Pandu sudah hampir pingsan saja. Biarkan saat ini Gala menyalurkan rasa kesalnya. Toh, Pandu tadi juga keterlaluan karena sudah memancing emosi Gala yang sangat sensitif sejak melihat Riri bertengkar dengan Risa tadi.
"MAKSUD LO APA BANGSAT?!" tunjuk Gala emosi.
Gala menarik tubuh Pandu yang sudah terkapar dengan mencengkram kerah seragamnya.
Posisi Gala saat ini adalah membungkuk dengan Pandu yang berada di bawah kungkungan kedua kakinya.
"So..sori Gal, gue bener-bener nyesel ngomong kaya tadi."
Bugh
Bugh
Bugh
Gala semakin kalap kala mengingat ucapan Pandu yang mengatai Riri sebagai cewek yang tidak jelas.
Tidak apa orang-orang menghina dan melabeli dirinya semau mereka. Asal jangan Riri yang mereka hina.
Bugh
"Gal, udah," sergah Akbar yang hanya mendapat respon tatapan datar dari Gala.
Bugh
Bugh
Bugh
"Ampun Gal, ampun!" desis Pandu menahan sakit di sekujur tubuhnya.
Bugh
"Gal," panggil Akbar.
Gala menghela napas. "Paan lagi?" kesal Gala.
"Gue kebelet Gal, gue ke kamar mandi ya?!" ujar Akbar sambil memeganggi pantatnya. Nah ini sebenarnya yang dari tadi ingin Akbar katakan. Mati-matian ia menahan rasa mulas di perutnya dan akhirnya menyerah juga.
"Ck! Ngerusak suasana!" decak Alan melihat Akbar berlari tergesa-gesa meninggalkan kelas.
Bugh
Bugh
Alan bersedekap dada sembari mengamati Gala yang menghajar Pandu habis-habisan. Tiba-tiba Nenda dan Choline masuk ke dalam kelas.
"Astaga, Gala, Pandu!" pekik Choline terkejut.
"Lan kok lo biarin sih?" tanya Nenda pada Alan.
"Biarin, emang salah."
Choline dan Nenda hanya bisa menutup mulutnya tidak percaya melihat Pandu yang sudah terkapar lemah tapi Gala masih terus memukuli Pandu dengan membabi buta.
Gala tersenyum miring melihat lawannya yang sudah tepar. Ia menepuk-nepukan kedua tangan pertanda tugasnya sudah selesai.
"KALO DI ANTARA KALIAN ADA YANG BERANI NYAKITIN CEWEK GUE, GUE JAMIN PELAKUNYA BAKAL BERAKHIR KAYA COWOK BRENGSEK INI!!" Gala mengedarkan tatapan tajamnya pada seluruh sudut kelas kemudian menendang kepala Pandu.
"Makasih, Nen," ujar Gala sambil berlalu keluar kelas diikuti Alan dan dua anak Drax lainnya yang tadi berjaga di pintu.
Nende menghela napas panjang. Rasanya ia menyesal tadi sudah menceritakan semua asal mula keributan antara Riri dan Risa pada Gala.
*****
Spam komen kalo kalian suka❤❤❤
Jangan jadi sider :((
Jangan lupa vote juga!!!
Follow instagram :
@tamarabiliskii
@galaarsenio