Boy Under The Rain [TERBIT]

By ztywi29palestina

159K 9.3K 944

Jika kebanyakkan orang memilih badboy atau cowok famous di sekolah sebagai tokoh utama dalam ceritanya. Maka... More

PROLOG
TRAILER & CAST
1 : : HELLO!
2 : : HERO
3 : : PLAN
4 : : HATE
5 : : CARE
6 : : DECISION
7 : : HONESTLY
8 : : FAKE
9 : : WHEN I MEET THEM
10 : : SERIOUSLY
11 : : YOUR PROBLEM, MY PROBLEM
12 : : BAND
13 : : CHOOSE
14 : : IF
15 : : TRUTH OR DARE!
16 : : SIDE
17 : : PRINCE
18 : : LIKE RAIN
19 : : SILENT
20 : : WHY
21 : : SHE'S CRY?
22 : : COMEBACK
23 : : SHY
24 : : LIKE NOT LOVE (?)
25 : : MUSIC
26 : : REJECT
27 : : YOUR LIE
28 : : HOPE
29 : : SADNESS
30 : : MISS
31 : : I DONT CARE
EXCUSE ME
32 : : RAIN
33 : : TALK
34 : : DREAM
35 : : ABOUT LOVE
36 : : WHAT DO YOU FEEL?
37 : : SAY!
38 : : ONE TIME
39 : : LAST CLASS
40 : : LITTLE THINGS...
41 : : CALLED LOVE (?)
42 : : HEAR
43 : : SUNDAY
44 : : BOY UNDER THE RAIN
46 : : FAREWELL
47 : : GONE
48 : : FALSE
EPILOG
EXPART#1 : RA(D)IN WITHOUT REIN
INFO! ^^
PART 1# | WE ARE BESTFRIENDS
PART 2# | INTRO
INFO TERBIT?!
INFO TERBIT! | NB : DHEI DISURUH EMAK
HAPPY 150K : KAPAN OPEN PO?
OPEN PO!!!

45 : : LEAVE

1.4K 115 12
By ztywi29palestina

Selamanya saya tidak ingin hidup bersama gadis yang saya cintai, saya tidak akan membalas perasaannya meskipun rasa ingin itu sangat ada. Saya bukan orang yang baik, saya bukan orang yang benar-benar mengerti tentang cinta.

Saya tidak bisa menjaga kamu, bahkan untuk mengendalikan diri saja saya masih belum mampu. Saya tidak mau kamu terjebak di dalam sikap buruk saya. Posesif? Ya, saya tidak ingin kamu merasakannya.

Saya ini berlebihan, saya akan menjaga satu hal yang berharga dengan begitu erat. Namun, ketika orang berharga itu merusak kepercayaan saya, maka saya akan melepaskannya dan melupakan bayang-bayangnya dengan cepat.

Ya, karena itu saya diam, saya hanya tidak mau kamu menderita jika nanti hidup bersama saya.

-Boy Under the Rain

...

Papa Mama pisah...

Radin. Cowok bermata bundar itu menggenggam pensil 2B-nya dengan erat, berusaha mungkin ia menahan getaran tangannya yang meminta untuk membanting dengan kuat. Dapat ia rasakan setiap ujung jarinya mendingin seketika, begitu juga dengan setengah pikirannya yang sekarang entah melayang kemana-mana.

Fokus dengan soal?

Sungguh jika bisa ingin rasanya Radin mengumpat sekarang. Pikirannya begitu penuh, segala memori di rumah, keributan, dokumen-dokumen untuk perceraian, lalu...

Radin menunduk, memejamkan mata,seraya menarik ujung rambut dengan erat. Bagaimana bisa ia menjawab soal-soal jika berada di dalam situasi seperti ini? Dan parahnya ini Ujian Nasional. Waktu tinggal tersisa sedikit lagi, sementara lingkaran hitam yang tertera di lembar jawaban hanya ada setengah dari soal dan sungguh Radin tidak dapat fokus sama sekali.

Bolehkah ia keluar dari kelas sekarang? Bolehkah ia pulang dan tidur dengan cepat? Percayalah, otaknya sedang butuh istirahat sekarang.

"Diam... diam..."

Dibalik kelas yang hening itu Radin menggumam, berusaha menenangkan pikirannya yang terasa begitu penuh. Mungkin tak ada suara di kelas ini, para murid tengah fokus mengerjakan soal ujiannya, namun di dalam pikiran Radin sendiri? Terasa berisik, begitu berisik, suara berada di sana sini berhasil membuatnya seolah ingin berteriak meminta untuk pikirannya diam sekarang juga.

Radin menggigit bawah bibir, bulir keringat dingin tampak menyembul di dahinya, tak lama anak itu menelan ludah berusaha mungkin meredam emosi sekaligus pikiran gilanya. Abaikan suasana rumah, abaikan suara kedua orang yang selalu saling membentak. Dirinya sekarang berada di sekolah dan bukannya ia hanya butuh fokus menjawab soal ujian? Jauh lebih mudah kan?

Ya, hidup segampang itu.

"Kamu yang duduk paling belakang! Sudut jendela kanan!"

Sontak, semua murid menegakkan kepala, menoleh ke arah yang dipanggil oleh pengawas. Mendadak saja pandangan heran sekaligus sorot mata aneh beralih ke arah anak laki-laki itu. Radin masih saja memejamkan mata, menggumam seraya memepererat cengkraman rambutnya. Pucat, siapapun yang melihat jelas wajah anak itu sudah pasti akan mengatakan pucat.

Dimas yang duduk di depan menoleh ke arah kiri, memerhatikan Dhei. Begitu juga dengan Dhei, kedua ujung alis anak itu tampak turun, hanya bisa memandang pasrah sahabatnya yang berada di bangku belakang. Memanggilpun rasanya tidak mungkin, terlalu jauh.

Rein yang berada di samping kanan Radin,kini menoleh. Dapat ia lihat sesekali anak laki-laki itu mengatup mulut dengan rapat, menahan rasa mual yang mendera pada tubuhnya. "Radin..." panggil Rein setengah merundukkan tubuh, berbisik. Nihil, anak itu tidak mendengarnya sama sekali.

Pengawas ujian dengan jas hitam dan label sekolah di bagian kiri jas itu berjalan. Suara derap langkah terdengar begitu kuat, melewati bangku-bangku, lalu berhenti pada bangku belakang, tepat di sudut jendela kanan.

"Ngapain kamu!" tanya pria paruh baya tersebut, tegas dengan suara yang cukup besar dan menyeramkan. Radin masih saja menggumam, anak itu menunduk, tampak lemas dengan imajinasi liar yang diciptakan si pemikir itu sendiri.

Tak ada jawaban, pria itu menepuk bahu Radin dengan kuat. Berhasil membuat anak laki-laki itu membuka mata seketika, tersentak. Kedua alis Radin terangkat. "Iya?"

"Nyontek kamu?" tanya pria itu tegas.

Sontak Radin mengernyit, lalu menggeleng. "Tidak."

"Saya enggak percaya, berdiri kamu," Lama menunggu Radin berdiri, pria itu menarik tubuh Radin untuk menjauh dari bangku. Diam-diam seluruh pandangan siswa beralih kepada Radin, melirik sejenak tanpa suara lalu fokus menjawab soal. Radin menunduk, kedua mata itu menerawang, memerhatikan lantai ruangan dengan pasrah.

Laci meja, kertas coretan bekas matematika dua hari yang lalu diperiksa. Pria itu melihat lingkaran di kertas jawaban Radin sejenak, lalu menoleh ke arah anak laki-laki itu. "Duduk," perintahnya. Radin mengangguk, menggeser kursi lalu duduk, menggenggam pensilnya kembali. "Jangan melamun lagi."

Radin mengangguk. Pengawas kini telah kembali ke meja depan. Radin mengembus napas panjang, berusaha mungkin memaksakan diri. Entahlah, dirinya hanya bisa membaca soal ujian dengan huruf-huruf Jepang itu secara cepat, lalu melingkarnya, tanpa ada pertimbangan kembali.

Kertas jawaban nomor terakhir, dilingkar hitam. Bel tanda berakhirnya ujian berdering kencang. Terdengar suara anak-anak yang mengembus napas lega, begitu juga dengan Radin yang kini membenamkan wajahnya ke atas meja dengan pasrah.

Sungguh, ujian terakhir yang sangat mengesankan.

☔☔☔

"Lo yang ditegur, kita semua yang jantungan gila!!" gerutu Dhei kesal.

Radin tertawa pelan, mendadak saja tubuhnya limbung ke arah kanan, begitu Dhei seperti biasa merangkul bahunya begitu juga bahu Dimas.

Ujian telah usai, beban semua trlah usai, hanya tersisa masuk ujian masuk universitas, dan sungguh Radin benar-benar tidak yakin sekarang. Masuk ke universitas terbaik? Percayalah Radin sudah mencoba daftar dengan nilai-nilai rapornya kemarin. Dan alhasil? Gagal. Benar-benar gagal.

Entah kenapa, beberapa hari ini kegagalan tampaknya tengah mencoba bersahabat dengannya. Mulai dari Papa Mama yang dalam proses menjalankan gugatan cerainya, lalu universitas yang diharapkannya seakan pupus, belum lagi ujian nasional tadi, entah berapa nilai ijazahnya nanti.

Perlahan Radin menoleh, memerhatikan ketiga sahabatnya yang tengah tertawa puas. Dan Radin memohon, demi apapun itu jangan sampai persahabatannya gagal sampai kapanpun, hanya orang-orang ini yang dapat menyelamatkannya, melupakannya dari masalah sejenak.

"Eh! Berhenti, berhenti."

Sontak langkah ketiga anak laki-laki itu terhenti, mengernyit, memerhatikan Rein yang berjalan lebih dahulu lalu mengintip salah satu toko berisi pakaian berupa jas dan gaun.

Radin, Dhei, Dimas menoleh seketika. Ya, acara perpisahan diselenggarakan begitu cepat, dan keempat anak itu belum mempersiapkan semuanya. Melelahkan? Memang. Tapi bukannya rasa lelah itu nanti akan berubah menjadi mengesankan?

Rein berbicara dengan penjaga toko, tampak seorang perempuan paruh baya melirik ketiga anak lelaki itu sejenak lalu mengangguk. Rein tersenyum puas. "Ayo, masuk."

Dhei berjalan terlebih dahulu, lalu Radin, baru dikuti oleh Dimas. Toko tampak terlihat remang dengan cahaya berwarna kejinggaan di atasnya, terlihat elegan.

Radin mengernyit, memerhatikan harga di sana, bukan hanya Radin begitu juga Dimas yang meringis. Ingin saja kedua cowok itu keluar toko ini sekarang juga.

"Gila, mahal! Uang tabungan gue bisa habis gara-gara beli barang kayak ginian!" ucap Dimas setengah berbisik.

Radin tertawa datar, memerhatikan deretan pakaian itu tanpa berkedip. "Sama."

"Woi kalian berdua ngapain disitu!"

Sontak Radin dan Dimas menoleh belakang. Dhei, cowok itu tengah berada di deret belakang rak-rak pakaian. "Yang ini elah! Yang itu kagak bisa di sewa!"

Mendadak baik Radin maupun Dimas mengembus napas lega sekarang. Nasib dompet keduanya kini sedikit terselamatkan.

"Hmm..." Rein bergumam, kini berjalan di depan ketiga anak laki-laki itu. Dhei, Dimas, Radin berdiri sejajar seraya mengangkat kedua alis dengan heran.

"Kamu," ucap Rein mengambil jas hitam dengan kemeja putih dan dasi berwarna merah untuk Dhei, Dimas diberi tanda dengan dasi berwarna cokelat, begitu juga dengan Radin yang berwarna biru.

"Biru..." gumam Radin membolak balikkan pakaian itu sejenak.

Dhei tertawa. "Biru, suram kayak..." Belum sempat anak laki-laki itu berbicara sontak mendapat jitakan hangat dari Dimas dengan cepat. "Bercandaan lo kontrol Dhei, lo tahu keluarga Radin sekarang lagi kayak mana."

"Iya," gumam Dhei, menunduk. "Maaf."

"Kamu suka?" tanya Rein tersenyum lebar, begitu juga dengan sorot matanya yang tampak berbinar.

Kedua sudut bibir Radin terangkat, mengangguk senang, tampak begitu manis di mata bulat Rein. "Thanks."

_____

Thank's for reading. I hope you enjoy it!

Oh ya, aku ada buat kalendernya mereka lho hehe...

Kalau lagi pada banjir kuota tonton video mereka juga yaa...
Aku pengen banget dish// datang ke indo :'). Kalau bisa Takumi beneran meranin cerita ini 😅😅.

Continue Reading

You'll Also Like

289K 37.8K 61
[Tersedia Di Shopee] Di dunia ini banyak terjadi pertemuan. Silih berganti, orang asing satu dengan orang asing lainnya. Ada yang sekadar bertemu pan...
39.5K 7.4K 36
Ranaya kira, pernikahan itu sesuatu yang bisa ia jalani dengan modal nekat. Tapi, setelah Tuhan memberinya tiga buah hati yang manis, Ranaya berpikir...
31.4K 1.2K 9
"Ada teman yang memelukmu lebih erat supaya pisaunya menancap lebih dalam" -entah siapa PRIVATE STORY # 119 dalam action # 707 dalam action # 867 dal...
3.4M 278K 47
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...