Boy Under The Rain [TERBIT]

By ztywi29palestina

159K 9.3K 944

Jika kebanyakkan orang memilih badboy atau cowok famous di sekolah sebagai tokoh utama dalam ceritanya. Maka... More

PROLOG
TRAILER & CAST
1 : : HELLO!
2 : : HERO
4 : : HATE
5 : : CARE
6 : : DECISION
7 : : HONESTLY
8 : : FAKE
9 : : WHEN I MEET THEM
10 : : SERIOUSLY
11 : : YOUR PROBLEM, MY PROBLEM
12 : : BAND
13 : : CHOOSE
14 : : IF
15 : : TRUTH OR DARE!
16 : : SIDE
17 : : PRINCE
18 : : LIKE RAIN
19 : : SILENT
20 : : WHY
21 : : SHE'S CRY?
22 : : COMEBACK
23 : : SHY
24 : : LIKE NOT LOVE (?)
25 : : MUSIC
26 : : REJECT
27 : : YOUR LIE
28 : : HOPE
29 : : SADNESS
30 : : MISS
31 : : I DONT CARE
EXCUSE ME
32 : : RAIN
33 : : TALK
34 : : DREAM
35 : : ABOUT LOVE
36 : : WHAT DO YOU FEEL?
37 : : SAY!
38 : : ONE TIME
39 : : LAST CLASS
40 : : LITTLE THINGS...
41 : : CALLED LOVE (?)
42 : : HEAR
43 : : SUNDAY
44 : : BOY UNDER THE RAIN
45 : : LEAVE
46 : : FAREWELL
47 : : GONE
48 : : FALSE
EPILOG
EXPART#1 : RA(D)IN WITHOUT REIN
INFO! ^^
PART 1# | WE ARE BESTFRIENDS
PART 2# | INTRO
INFO TERBIT?!
INFO TERBIT! | NB : DHEI DISURUH EMAK
HAPPY 150K : KAPAN OPEN PO?
OPEN PO!!!

3 : : PLAN

6.2K 369 50
By ztywi29palestina

Terkadang hidup tak sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Semakin banyak pilihan, semakin besar pula rencana yang akan kita ubah.

Tidak konsisten memang, tapi tak ada salahnya jika perubahan itu memberikan peluang yang lebih baik ke depannya.

-Boy Under the Rain

...

Terkadang hidup tak cukup baik untuk mengabulkan apa yang kita inginkan, adakalanya kita harus belajar lebih keras atau mungkin mengubah jalur, mencoba mencari apa yang terbaik untuk kita ke depannya.

Ya, dan Radin yakin mungkin ini fakta yang harus diterima Mama mulai dari sekarang.

Radin. Cowok dengan seragam sekolahnya itu melangkah ke dalam rumah, dibukanya kedua sepatu sejenak lalu menuju westafel dapur, mencuci wajah.

Matahari tampak tenggelam, membuat langit menyorotkan semburat jingganya. Sejenak Radin memandang jam tangan, pukul lima. Ya meskipun jam belajar masih belum terlalu efektif, tapi sekolah sudah menerapkan jam pulang yang cukup lama.

Mungkin pulang lama memang melelahkan, tapi percayalah hal itu membuat dirinya malah menjadi senang. Ya, dengan pulang lama dirinya tidak perlu merasa sendiri ketika berada di rumah, dengan pulang lama dirinya tidak perlu stress melihat pekerjaan Papa dan Mama yang tiada habisnya.

Kedua orang itu terlalu sibuk, tak cukup bekerja di tempat kerja, yang ada pekerjaan itu dibawa hingga rumah. Menerima telpon sana sini selama seharian dan sibuk dengan laptop serta kertas-kertas menyebalkan.

Sungguh, mendadak saja Radin tidak tahu perbedaan robot dengan manusia. Senantiasa bekerja, sibuk, diprogram sana sini, dan mengabaikan rasa cinta satu sama lain.

Perlahan Radin tersenyum sinis, cowok itu berjalan menaiki tangga setelah melahap sesendok sayur yang berada di dapur.

Orang dewasa benar-benar menyedihkan.

"Radin..."

Radin menghentikan langkah, belum sempat dirinya memutar kenop pintu kamar. Suara Mama tengah memanggilnya dari lantai bawah. Ya, dari ruang keluarga, dan Radin berani bertaruh pasti Mama tengah memanggilnya seraya melakukan pekerjaan menyebalkan itu.

Radin menahan napas, dicengkramnya kedua sandangan tas dengan erat seraya menuju lantai bawah dengan cepat. "Ya?"

Perempuan paruh baya dengan kertas-kertas kerjanya itu menghentikan kegiatan sejenak. Dilepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya seraya menatapi Radin yang kini duduk di sofa.

"Mama mau bicara serius sama kamu."

Radin mengangguk pelan. Meskipun dalam hati ingin rasanya ia tertawa datar. Bicara serius?

Tanpa diberitahu pun Radin sudah tahu sebenarnya. Orang-orang ini akan berbicara seperlunya saja. Baru berbicara jika ada hal yang menentang keinginan, dan menuju perdebatan yang berakhir dengan keributan.

Tak ada candaan, ataupun sekedar basa basi untuk meringankan otak sejenak. Seluruhnya kaku, dalam keseriusan, dan kedinginan.

"Bicara apa Ma?" tanya Radin, datar.

Perempuan itu melipatkan kedua tangan ke arah dada. Memandang wajah anaknya dengan serius. "Kamu udah jalankan perintah Mama?"

Perintah Mama? Radin mengernyit, mengerjapkan mata seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa, berusaha mengingat-ingat.

Apa mungkin perintah Mama agar ia pindah jurusan yang diambilnya? Ya, Radin sudah tahu, dari awal Mama memang tampak tidak setuju melihat dirinya mengambil jurusan tidak populer iru.

Seperti kebanyakkan manusia lainnya, Mama akan lebih setuju bila dirinya mengambil jurusan IPA maupun IPS. Ya, jurusan populer dianggap sebagai menjamin masa depan, mendapat pengakuan dari orang sekitar, seakan-akan ke depannya menjadi orang yang begitu hebat. Meskipun tidak selalu begitu pada kenyataannya.

Karena yang membuatnya sukses bukanlah jurusannya, melainkan bagaimana manusia mengelola pengetahuan serta cara berpikirnya. Setidaknya itu menurut Radin sekarang.

"Pindah jurusan?" tanya Radin, mengangkat sebelah alis.

Perempuan paruh baya itu mengangguk tegas. "Jangan bilang kalau kamu belum lakukan perintah Mama."

Radin tersenyum sinis. Mama sungguh pintar menebak pikirannya. Bukannya ingin membantah atau melawan Mama, tapi percayalah untuk saat ini Radin hanya ingin beristirahat sejenak.

Beristirahat dari dunia yang bernama kesepian, istirahat dari pikiran mau perasaan diasingkan, dianggap tidak ada, dan jika dianggap pun paling-paling hanya untuk direndahkan.

Belum usai mendapat cacian dan banyak hal menyebalkan di masa SMP-nya, di rumah ia seolah-olah juga merasakan kesepian, semua sibuk, dan hanya membiarkannya sendirian, bersama masalahnya.

Tak ada salahnya kan ia beristirahat sebentar? Mencari hidup  nyaman, meskipun dilihat dari ekspresi Mama berhasil membuatnya gelisah.

"Belum," jawab Radin sejelas-jelasnya. "Aku mau tetap di jurusanku."

"Ikuti perintah Mama," ucap perempuan itu datar. Menyipitkan kedua mata seakan menekankan. "Mama mikirin prospek kerja kamu di masa depan."

Prospek kerja di masa depan? Ingin kesekian kalinya Radin tersenyum sinis sekarang. Memang ada apa dengan masa depan? Sungguh ia lelah memikirkannya, ia lelah tersiksa dengan ekspetasi Mama yang tiada habis-habisnya.

Mama menginginkan dirinya hebat di segala bidang. Baik itu akademik maupun non-akademik, dan sayangnya, dunia tak cukup berbaik hati untuk mewujudkan seluruh keinginan manusia.

"Ma," Radin mencondongkan tubuh, membalas tatapan perempuan itu tak kalah serius. "Suatu jurusan diadakan karena dia berguna. Memang ada yang unggul dan tidak, ada yang terkenal dan ada yang tidak. Tapi bukan yang tidak tersebut harus direndahkan, dipandang sebelah mata, dianggap remeh."

Radin menelan ludah sejenak, cowok itu memejamkan mata begitu merasakan napasnya mulai sesak. "Oke. Terserah Mama mau bilang aku apa, pikiranku bukan seperti Mama. Pikiranku sempit oke?"

"Tapi meskipun sempit aku memikirkannya secara mendalam. Mungkin ada banyak hal yang bisa aku temui di sana, teman-teman, pengalaman, kedewasaan. Aku tahu apa yang aku mau dengan keterbatasan itu, bukan secara luas tapi dangkal, aku menikmati zona nyaman, dan merasa seolah-olah paling hebat di dalam kedangkalannya."

"Radin..." Perempuan itu menatap tajam. "Jangan beraninya membantah Mama. Kamu enggak tahu gimana rasanya jadi orang dewasa Radin. Mama melakukan yang terbaik untuk kamu."

Melakukan yang terbaik darimana? Sungguh, Radin tak pernah tahu harus berapa kali ia memutar kalimat itu di dalam pikirannya. Dirinya tau Mama mengusahakan apa yang terbaik untuknya, segala materi terpenuhi, dan ia hanya tinggal menikmati.

Sekolah, les sana sini, bukan hal yang susah untuk ia capai, dirinya tidak perlu bekerja untuk mencari uang sekolah. Bahkan dirinya juga tidak perlu putus sekolah diakibatkan kurangnya dana.

Di luar, dirinya mungkin tampak bahagia. Tapi tak ada yang menyangka batinnya tengah merasa kosong sekarang. Berbulan-bulan, bertahun-tahun, entah waktu berapa lama lagi dirinya harus merasakan seperti ini.

Mama memang memiliki peringkat yang terbaik di dalam pekerjaannya. Tapi satu hal yang membuat Radin ingin mengutuki diri, entah kenapa miris rasanya ketika ia berpikir bahwa perempuan ini tidak bisa mendapatkan peringkat terbaik dalam hidupnya.

Menyebalkan.

Radin menahan napas, begitu ada rasa yang menahan rongga dadanya begitu dalam. Terasa berat, dan lelah. "Bekerja hingga melupakan keluarga? Apa itu yang Mama katakan terbaik?"

Perempuan itu terdiam sejenak, sedikit tersentak dengan ucapan anaknya. Bahkan perempuan paruh baya itu mengulum bibir sejenak, tampak menahan amarah.

Bertengkar di dalam rumah? Tenang saja, mungkin bagi Radin dengan cara inilah dirinya bisa berbicara. Tanpa pertengkaran tentu saja dirinya tidak bisa berbicara.

Pertengkaran merupakan salah satu bentuk komunikasi terbaik di rumahnya.

"Kamu enggak usah bawa-bawa perkejaan saya di dalam rumah ini Radin!" bentak perempuan itu, bangkit dari sofa masih melipatkan kedua tangannya ke atas dada. "Kamu enggak tahu apa yang terjadi dalam urusan kerja."

Tak tahan lagi, Radin bangkit, berdiri tegak di hadapan perempuan itu, seraya tersenyum sinis. "Saya memang enggak tahu apa yang terjadi dengan pekerjaan anda," jawab Radin datar, menekankan. "Tapi yang perlu anda tahu, anda yang memulainya dari awal, andalah yang membawa pekerjaan anda di dalam waktu luang anda bersama keluarga."

Radin menggertak geram, takut dirinya kehilangan kendali, secepat mungkin ia bangkit, meniti anak tangga dengan lebar seraya menutup pintu kamar dengan kencang.

☔☔☔

/OUT OF STORY
Lapak Netijen 😂😂

WELCOME TO DHEI WATTPAD CHANNEL! 🙌

Dhei : Kembali dengan Dhei ganteng disini! 🎤😌

Radin : Lapak gue padahal ini 😒

Dhei : *enggakpeduli. Thor, thor mau lihat enggak Dhei sama Radin lagi ngapain?

Author : mau lihat enggak yaaa 😌😌

Dhei : mauin aja 😌.

Radin : *nyimak

Author : salfok sama jam Dhei 🙈

Radin : Jam lu terlalu keren daripada muka lu Dhei

Dhei : 🎤😌 Sirik ae lu aspal. Akuin aja gue lebih ganteng dari lu.

Radin : ogah kutil

Dhei : datar kek aspal lu 😛

Radin : 😪😪 bodo amat. Gue mau pulang. Tinggal aja lu disini, jadi tukang cuci piring.

Dhei : ehh!!

Publish : 16.08.18
Thank's for reading! I hope you enjoy it!
Author yg mau ke kampus, di antar Radin #eh! #halu 🙈

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 114K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
38.7K 8.4K 44
Hallo, aku Bian. Balik lagi di Podcast , "Bandung tanpa kamu" Hari ini kisahku memilukan, untung Bandung tidak turun hujan. Kalau iya, pasti akan ta...
Best Part By maria

Teen Fiction

1.3M 86.4K 45
You're the one that I desire. Copyright©2016 #2 in relationship (13/09/16) #6 in relationship (19/06/18) #20 in TeenFiction (31/12/16)
31.4K 1.2K 9
"Ada teman yang memelukmu lebih erat supaya pisaunya menancap lebih dalam" -entah siapa PRIVATE STORY # 119 dalam action # 707 dalam action # 867 dal...