13:50 Siang
Gedung megah yang menjadi gudang ilmu pengetahuan Ardesdale terpampang di depan mata Erix dan Lucius. Artsitektur gedung mewah ala eropa abad renaisans berdiri kokoh dengan gagahnya, membuat bangunan-bangunan lain di sekitarnya tampak miskin. Sangat mencolok dijadikan Gedung Perpustakaan Negara. Erix dan Lucius melangkah menaiki undakan dan membuka pintu jati yang diukir dengan indahnya.
Ada banyak rak buku tersusun rapi di setiap sisi ruangan. Sedangkan di tengah ruangannya, terdapat kursi dan meja yang tersusun sejajar untuk para pengunjung.
Dari ambang pintu itu, Mereka bisa melihat kemegahan bangunan tersebut. Pilar penyanggah lantai berbentuk patung seseorang yang memegang langit, terlihat sangat elegan dan artistik. Setiap lantai bangunan tidak dibuat penuh sehingga siapapun dapat melihat sampai ke lantai tiga dari pintu utama tersebut. Di setiap lantai atas mungkin terdapat lebih banyak buku dengan kategori tertentu.
"Kalian sudah datang," ujar seorang laki-laki di sisi kanan mereka, tepatnya di meja resepsionis.
Erix dan Lucius yang masih dalam suasan kagum, seketika menoleh ke sumber suara. "Yuhka!" seru Erix.
Yuhka berjalan keluar dari merja resepsionis dan menghampiri dua tamunya. Penampilannya kali ini terlihat seperti warga biasa. Berbeda dari sebelumnya yang terlihat seperti seorang penjabat. Kacamata bulatnya tetap bertengger di batang hidungnya yang agak pesek. Dari baju yang sedikit santai itu, Erix melihat tatto bintang di punggung tangan kanannya. Dua bintang terlihat, satu penuh dan satu terisi setengah.
"Yuhka ... kau ... kau juga shensin?" kata Erix sambil menunjukkan tatto bintang itu.
"Oh!" Yuhka mengangkat tangannya. "Ya, aku seorang shensin. Level 2 di Druid Class."
Sepertinya Yuhka tampak sedikit santai sekarang, tidak takut atau gugup jika melihat Erix. Seakan ancaman Erix waktu itu tidak ditanggapinya sama sekali.
Sebenarnya, perubahan drastis ini dikarenakan Lucius. Saat proses kenaikan level pagi tadi, Lucius sedikit menasehati Yuhka mengenai Erix. Ia mengatakan kalau tuannya itu pada dasarnya baik namun, usil. Ia juga meyakinkan Yuhka kalau tidak ada yang perlu di takutkan pada pemuda konyol itu. Yuhka memegang kata-kata Lucius dan mulai terbuka dengan pemuda itu.
Erix terlihat sangat senang dengan perubahan tersebut. Awalnya ia ingin meminta maaf mengenai keusilannya saat pendaftaran menjadi shensin waktu itu. Namun, saat melihat Yuhka yang sekarang telah bersahabat, dia rasa itu tidak penting lagi.
"Apa yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Yuhka.
"Oh, ya. Ini sesuatu yang sangat rahasia. Bisakah kita pindah ke tempat yang lebih sepi? Jika tidak, tempat ini akan terjadi kegaduhan," bisik Erix.
"Baiklah, ikut aku."
Erix dan Lucius mengikuti Yuhka dari belakang. Mereka melewati koridor yang setiap dindingnya terdapat rak buku yang sangat tinggi, sehingga harus menggunakan tangga untuk mengambil buku di susunan rak teratas.
Tidak hanya ada buku di sini. Di sebelah tiang yang besar, terdapat patung kesatria yang gagah. Patung itu tampak membusungkan dadanya dengan pedang yang menancap ke tanah dihadapannya. Mungkin orang pada patung itu adalah seorang pahlawan di masa lampau atau hanya sekedar patung biasa untuk memenuhi ruangan.
Tidak hanya itu, terdapat banyak lukisan-lukisan yang berkelas menghiasi dinding koridor. Lukisan pemandangan, sepasang kekasih, gunung dan lembah, persawahan, seorang wanita yang duduk di sofa, dan ada banyak lagi. Bahkan lebih terlihat seperti pameran lukisan.
Mereka menaiki tangga pualam yang dilapisi beludru biru. Tangga itu sedikit memutar untuk menuju ruang di atasnya.
Di lantai dua tidak ada perbedaan dengan lantai dasar. Tapi, ada banyak orang di sini. Dari segi penampilan dan pakaian yang dikenakan, sepertinya mereka adalah anak-anak orang kaya atau bangsawan, atau mungkin kutu buku yang terselubung. Entah lah, ada banyak macam orang di dunia ini.
Hingga tibalah mereka di depan dua pasang daun pintu yang sangat kokoh. Di daun pintu kanan, terdapat papan naman yang tertulis 'Yordenda'.
"Yordenda?" Erix bergumam.
"Yuhka Hasyr du Yordenda, anak bangsawan pendongeng ...." Tiba-tiba, suara laki-laki tampan yang tertawa mengolok nama Yuhka, terdengar oleh tiga pemuda itu.
"Jangan pedulikan dia, ayo masuk." Yuhka membuka pintu setelah menaiki beberapa undakan dan segera masuk ke ruangan itu. Laki-laki tampan itu terlihat agak kesal karena merasa di acuhkan. Lucius yang memang tampak tidak peduli mempersilahkan tuannya untuk masuk duluan.
Erix akan mengikuti Yuhka, tapi saat ia berada di undakan ke dua, ia berbalik dan melihat laki-laki yang mengolo-olok tadi. "Hei, kau. Apa di rumahmu ada cermin?"
"Tentu saja ada. Kau kira kami gelandangan. Ayahku adalah saudagar kaya di kota ini," kata laki-laki itu dengan sombongnya.
Orang seperti ini yang membuat Erix muak, anak manja yang menjijikkan, yang selalu memamerkan harta orang tuanya. Dan mereka tidak bisa apa-apa tanpa harta orang tua mereka tersebut.
"Ah, tidak, aku hanya ingin memberi tahumu. Ada upil dihidungmu, tolong dibersihkan. Pemandangan itu sedikit menggangguku." Pemuda tampan itu sentak seketika. Ada dua wanita yang lewat di depan mereka, tertawa cekikikan lambil menutup mulut mereka.
Anak saudagar yang katanya kaya itu segera menutup hidungnya dengan tangan dan bergegas pergi entah ke mana. Padahal tidak ada apa-apa di wajahnya, itu hanya keusilan Erix saja. Erix dan Lucius kembali menaiki undakan dan masuk menysul Yuhka.
Keren. Itulah kata pertama yang diucapkan Erix saat memasuki ruangan Yuhka. Di sebrang pintu terdapat sepasang meja dan kursi kerja yang dipenuhi dengan dokumen. Di belakang meja tersebut, terdapat jendela kaca dua pintu yang tertutup rapat. Di sisi kiri ruangan terdapat sebuah rak lemari yang tingginya hingga menyentuh langit-langit ruangan. Dan di sebelah rak tersebut terdapat armor kosong antik lengkap dengan pedangnya yang dihiasi kristal.
Ada dua sofa mahal yang saling berhadapan dengan dipisahkan sebuah meja kaca. Namun hanya ada satu yang menarik perhatian Erix sejak masuk keruangan ini, yaitu peta yang tergantung di sisi kanan ruangan.
Peta itu sangat besar dan luas. Bahkan rincian tempat-tempat tertentu tertera di sana. Peta itu sama persis dengan peta yang pernah Lucius bawa ketika di rumah sakit waktu itu. Hanya saja, tidak ada coretan apapun pada peta ini.
Dari peta itu, Erix bisa melihat wilayah Kerajaan Ardesdale terdapat di tengah benua. Kerajaan ini berbatasan dengan Kekaisaran Sakura di timur, Kekaisaran Qin Xia di selatan, Kerajaan Lumira di barat, dan Kerajaan Elsia di utara.
Dari nama-nama negara yang tertera di peta, ada satu wilayah yang membuat Erix sedikit tertarik yaitu Kerajaan Camelot. Jika dari peta yang dibawa Lucius waktu itu, wilayah Camelot terarsir dengan tinta hitam. Itu berarti wilayah itu sudah ditaklukkan pasukan Raja Iblis. Erix sedikin menyayangkan hal itu.
Tidak tahu kenapa, seakan ada rasa rindu pada wilayah tersebut. Dalam hati kecilnya, ia ingin sekali ke kerajaan itu. Namun, segera ia tepis pemikiran itu. Untuk sementara, ia fokus ke satu masalah dulu.
"Oh, ya, Yuhka, orang tadi mengatakan sesuatu tentang 'bangsawan pendongeng'. Apa maksudnya?" tanya Erix yang sedikit penasaran dengan titel aneh itu.
"Keluargaku sudah turun temurun mencatat kehidupan tokoh-tokoh hebat dalam sejarah, hingga keluargaku mendapat gelar bangsawan. Yah, anggap saja titel itu adalah gambaran untuk pekerjaan keluargaku," jelas Yuhka.
"Luar biasa, berarti keluargamu kenal dengan orang-orang hebat negri ini!" seru Erix, kekaguman pemuda itu murni dari hati. Karena titel unik yang dipertahankan beberapa generasi seperti itu sangat sulit di temui di dunianya. Yang ada hanya omongan kosong atau hoax.
"Bukan hanya negri ini, beberapa orang luar juga ada," tambah Yuhka sedikit membanggakan.
"Itu malah lebih hebat lagi. Kau seharusnya bangga dengan titel itu."
Yuhka hanya tertawa garingmenanggapi perkataan Erix barusan.
Erix dan Lucius duduk di sofa yang ternyata lebih empuk dari yang mereka pikirkan, berhadapan dengan Yuhka yang duduk di sebrang.
"Baiklha, Yuhka. Aku akan langsung ke topik. Sebenarnya apa itu Lord Class?" tanya Erix serius.
"Aku pikir dulunya Lord Class hanyalah legenda. Dalam sejarah Leavgard, hanya satu orang yang tercatat pernah menyandang di class itu, dia adalah Raja Para Pahlawan Gilgamesh. Setelah kematiannya, tidak ada lagi orang yang berada di class tersebut. Hingga Guru Besar Sekolah Penyihir Alexa, mantan penyihir dari Kerajaan Camelot, Marlin Si Janggut Putih, menyebutkan ramalan yang mengejutkan. Ia berkata akan datang seorang dengan bintang Lord Class yang akan membebaskan Leavgard dari invasi Raja Iblis. Tidak hanya itu, pemuda yang diramalkan itu juga menyandang nama Arthur, sehinga ia akan memimpin Kaum Arthurian untuk mengambil kembali tanah mereka." Erix sedikit berkidik saat mendengar penjelasan Yuhka barusan. "Maka dari itu, semua penduduk Leavgard dari belahan benua manapun, sedang menunggu kedatangan pahlawan tersebut. Dan bahkan tidak sedikit yang mengaku-ngaku."
"Lord Class? Tuan, jangan-jangan ...." Lucius mencoba menebak.
"Apa kau ingin mengatakan, selain menyandang takdir seorang Lord Class, pemuda yang diramalkan itu juga menyandang takdir lain sebagai Raja Arthur?" Erix mencoba memperjelas pikirannya.
"Ya. Dua takdir dengan satu penyelesaian. Membunuh Raja Iblis Satan!" ujar Yuhka tegas.
Butiran keringat mengalir dari dahi ke dagu. "Aku tidak percaya kalau pahlawan itu adalah aku."
"Kau adalah orang yang kami tunggu, Erix. Tolong selamatkan kami. Dunia akan sangat senang jika pahlawan mereka telah datang." Yuhka tampak sangat memohon.
"Tidak, tidak, tidak ... Sudah berapa banyak aku melihat kematian di depanku ketika aku berada di dalam dungeon, dan sudah berapa kali kami hampir mati saat berhadapan dengan bos para monster. Kau malah menyuruhku untuk melawan bos dari bos. Tidak! Aku akan berhenti menjadi shensin."
Erix beranjak dari sofa itudan akan pergi meninggalkan ruangan Yuhka, sedangkan Lucius mengikutinya dibelakang. Erix merasa kebenaran yang ia dengar saat ini terasa sangat beratuntuk diterima.
__________________________________
Hai, hai, hai....^^
Kebenaran tentang Lord Class telah terkuak, bagaimana kisah selanjutnya?
Tetap ikuti pertualangan ini, da~~