About Barra 2 [TAMAT]

By najeealee

27.5K 2.2K 452

Kembali lagi bertemu dengan pria dingin Barra Sebastian Alexander dan perempuan yang selalu ceria, siapa lagi... More

6 November 2020
berbeda dari yang lain
pinter katanya
hamster baru
penguat
cuma sama Alisha
'sha'
12 panggilan
sakit
cemburu ceritanya
kupu-kupu
soal Biel
baikan sama Maudy!
tunangan Biel
nama kontak
pingsan beneran
kelas akselerasi
pasti ada alasannya
marahan
ala Barra
the reason is
perkara i love you
ape nih...
cara Barra
bukan Barra
see you Kevin!
keluh kesah
jangan ambil punya aku
quality time!!
perkara foto
kecelakaan
resikonya
overthinking
ribut lagi ribut lagi
disalahkan, lagi
putus....?
bagi capenya
gagal
dibalik gagal dinner
pinjem peluk
lucuan kue Barra
barra's effort
kura-kura
who?
lagi jenuh katanya
kejutan-kejutan pertama
terlalu semangat
beberapa fakta lainnya
first meet
masa lalunya (?)
fakta sebenarnya
rahasia pertama
rahasia kedua
deep talk
juara dua
Barra saying 'sayang'
Alisha mode PMS
Barra ngilangin gengsi
tiba-tiba?
semua punya alasannya
gelang edelweis
after broke up
it's too hard
let her go
acara kelulusan
alasan kuliah di Berlin
Gabriel and Ferra's wedding
keberangkatan Barra
memperlambat perpisahan
time flies
a letter from Alisha
setelah enam tahun
Nanda, si masih sama
reuni
satu kantor
satu apartemen
ketemu bunda!
kebongkar
rahasia berikutnya
the only truth 1
the only truth 2
Kavindra
kembali
masih ada?
pdkt beneran
lahir kembali+Maudy's wedding
pemenangnya
dua minggu pertama
deep talk #2
pulang kepada-Nya
pemakaman
Maudy's Pregnant
fiancé
finally, the ending
extra part
iklan

istirahat ya

244 23 2
By najeealee

SEMINGGU DUA KALI NIH, VOTE AJA DLU❤️🤩

Setelah Barra berdiam diri sampai larut malam pria itu memilih pergi ke apartemen. Keesokan harinya ia tetap pergi ke kantor dengan banyak wartawan yang berada di depan bersiap untuk mewawancarainya.  Entah beritanya cepat sekali menyebar, padahal adu mulut dengan Alex kemarin bersifat interna dan tertutup. Dan catat, hari ini adalah hari libur.

Barra melewati pintu belakang, menghindarinya. Beberapa karyawan ada yang diminta masuk karena urusan mendadak oleh Alex, karyawan tersebut pun menatap Barra sambil bisik-bisik.


"Katamu mau keluar kan? Untuk apa kesini lagi?" Tanya Alex.

Barra tak menanggapi. Ia mengambil beberapa dokumen yang masih harus ia kerjakan serta membereskan mejanya. Barra pergi begitu saja meninggalkan Alex namun saat ia menutup pintu, Shaqila berada disampingnya.

Mereka bertatapan. Sampai akhirnya Shaqila yang masuk ke ruangan Barra untuk bertemu Alex. Tanpa sapa dan tanpa senyuman. Sepertinya Barra akan kehilangan keduanya, baik Alisha ataupun Shaqila.

Barra membawa berkas itu ke ruangan Fredo. Fredo kaget menatapnya.

"Lo masih kerja???"

Barra menggeleng. "Harus selesain apa yang emang seharusnya diselesaiin. Abis itu gue keluar"

"Saya? Ikut you?"

Barra menoleh. "Jangan, lo kerja disini dulu. Gue belum tau mau ngapain,"

"Terus kalo you udah tau mau ngapain, saya ikut?"

"Terserah" jawab Barra. "Papah bilang apa aja sampe bisa banyak wartawan?"

"He's said lo keluar dari kantor atas keputusan sendiri"

"Terus?"

Fredo mengedikan bahu. "Saya kurang paham apa yang pak Alex omongin"

"Lo bertengkar?"

Kalau mood Barra lagi bagus, pasti ia terkekeh karena perkataan Fredo yang kadang baku dan kadang tidak. Ternyata memang sesusah itu untuknya belajar bahasa Indonesia.

"Alisha diancem papah"

"Diancem??"

"Influenced"

"Oh really? About...you?"

Barra mengangguk. "Long story to explain"

"Gapapa, take your time first"

"Pokoknya everything happen to me and her its big liar" kata Barra. "Rencana papah semua"

Fredo melotot. Ia tau hubungan Barra dan Alex tidak baik, tapi akankah sosok bapak setega itu?

"And then? What did you do sama Alisha?"

"Deep talk, two days ago"


"She's have boyfriend"



"Don't say that you want to dia balik?"

Barra menghela nafas. "I do"

Pintu diketuk, percakapan terhenti sampai disitu. Shaqila masuk, ia sempat bertatapan dengan Barra. Barra merasa ia sangat pengecut sampai tidak berani menatap mata perempuan itu.

"Ini harus diselesaikan setelah makan siang. Buat surat pernyataan kalo pak Barra mengundurkan diri lalu minta tanda tangannya"

Sementara Fredo bingung. Kenapa Shaqila tidak minta langsung ke Barra.

"But he's here. Lo bisa minta sekarang right?"

Shaqila hanya diam. "Just do it, Fredo"

Akhirnya Fredo mengangguk, menyadari kalau keduanya tidak baik-baik saja. Setelah Shaqila keluar, Fredo mendekat ke Barra.

"Are you guys okay?" Tanya Fredo. "No, they not"

Barra berdiri, ia berlari untuk mengejar Shaqila. Pria itu membawa tangan Shaqila ke belakang kantor.

"What's?" Tanya Shaqila.

"Maaf"

"Buat?"

Shaqila terkekeh Barra tak bisa menjawab. "Kemana aja? Seharian ngilang gitu?"

"I just need time to myself, Sya"

"Ngga ngabarin sama sekali??" Tanya Shaqila. "Jangan nyepelein hal kecil Bar"

"Kenapa tiba-tiba keluar?"

Barra diam. "Gue ngga bisa lanjut lagi, gue ribut sama bokap"

"Gara-gara?"

"Ceritanya panjang"

Shaqila menatap Barra yang sudah berbeda semenjak bertemu dengan Alisha. "Sepanjang apa sampe ngga bisa diceritain? Biasanya emang kayak gini?"

"Sya" ucap Barra. "I just need time"

"Emang kurang ya? Atau gue ngga boleh tau sedikitpun tentang kehidupan lo Bar? Selama ini sadar ngga sih, yang cerita selalu gue. Gue yang bawa topik, lo pendengar aja"

Barra menatap Shaqila. "Kita ngga baru kenal sehari dua hari Sya"

"Tapi nyatanya iya kan? Selama ini apa lo pernah berusaha sedikit aja buat kita Bar?"

"What do you say?" Tanya Barra. "Menurut lo gue ngga pernah usaha selama ini?"

"Gue mati-matian buka hati lagi demi lo Sya"



"Sekarang apa? Masih sama perasaannya? Setelah ketemu lagi sama Alisha apa masih sama Bar?"

Barra diam.





"Kita tuh apa??" Tanya Shaqila.

"Salah ngga sih gue nanya gini? Dari dulu selalu bilang jalanin, tapi kita ngga tau status kita apa Bar"

Barra semakin diam. Kali ini benar-benar tak mempunyai jawaban dan pembelaan. Selama ini memang dirinya yang berkata seperti itu, jalanin dan jalanin. Tapi saat ditanya kejelasan seperti ini, Barra tak bisa menjawab.


"Three year means nothing???"

Shaqila sudah mengeluarkan air matanya. "Harusnya dari awal gue sadar kalo emang cuman Alisha yang ada di hati lo Bar"

"Harusnya gue ngga berusaha masuk, harusnya gue ngga usah mau tau tentang lo waktu itu"

Ya memang penyesalan selalu ada di akhir. Shaqila pun mengaku salah karena dulu terlalu ingin dengan Barra. Padahal Shaqila tau bahwa pria itu masih menyimpan segala yang diberikan Alisha, di apartemennya.

Gelang edelweis itu masih ada, foto-foto polaroid itu juga ada, dan kura-kura juga. Itu semua Barra bawa ke Jerman, ditempatkan di rak khusus. Shaqila tau itu tapi ia pikir Barra hanya menghargai pemberian Alisha.

Ternyata salah. Bukan hanya menghargai tapi Barra memang masih ingin menyimpan benda-benda tersebut dan mengenangnya selamanya.


"Do you still love her?"

Barra menatap Shaqila lamat-lamat. Akhirnya ia mengangguk. "Sorry Sya"

Air mata Shaqila semakin turun lebih banyak. Ia berlari meninggalkan Barra begitu saja. Tiga tahun? Tidak ada artinya??

Kalau memang masih mencintai Alisha, mengapa saat itu Barra bilang mempunyai perasaan yang sama? Mengapa pria itu memberikan perhatian layaknya seorang kekasih? Mengapa bisa Shaqila merasa dia menjadi rumah untuk Barra pulang?

Atau memang Shaqila yang terlalu memaksa sehingga Barra merasa kasihan? Hanya Shaqila yang selama ini menginginkannya?

Barra marah pada dirinya sendiri. Barra tidak suka dirinya sekarang, sangat. Ia sudah melukai Shaqila. Akibat keraguannya semuanya hancur. Ya memang, dalam suatu hubungan jika salah satu pihak baik, pasti pihak lain jahat.

Akhirnya Barra pergi dari kantor itu. Ia membeli satu minuman keras dan meminumnya di mobil. Diluar dugaan ternyata efek minuman itu sangat besar, kepalanya menjadi pusing dan tangannya mati rasa, itu Barra rasakan saat ia sedang menyetir.

Untuk beberapa menit Barra masih bisa mengendarai mobil, berusaha menguasai dirinya karena sebentar lagi sampai apartemen. Tapi takdir berkata lain, tiba-tiba pandangannya kabur sehingga mobilnya masuk ke lajur yang berlawanan dengan kecepatan tinggi.

Mobilnya bertabrakan dengan mobil lain sampai mobil Barra terbalik.

Peristiwa itu jelas membuat orang-orang turun dari kendaraan dan membantu Barra. Disaat yang bersamaan, Tania dan Altaf juga ada disana. Saat melihat mobil yang familiar perempuan itu langsung mendekati. Mulutnya terbuka lebar ternyata benar Barra.

Altaf yang tak tau itu siapa hanya ikut membantu.

"Masuk ke mobil saya aja pak" kata Tania, perempuan itu mengarahkan dan membukakan pintu.

Jantungnya berdegup kencang melihat banyak darah yang memenuhi wajah Barra. "Makasih pak Bu, saya bawa ke rumah sakit dulu. Ini temen saya"

Sementara Altaf memiliki pertanyaan, tapi menolong pria itu lebih penting dibanding mengajukan pertanyaan siapa?

Tania duduk di belakang, Ia memegangi kepala Barra.

"Ini Barra," Tania memberitahu. "Ngebut yang"

Altaf membawa Barra ke rumah sakit Bina Mandiri yang terdekat dan kebetulan juga terbaik. Barra langsung dilarikan ke Unit Gawat Darurat. Ia ditangani oleh dua dokter dan tiga suster. Sementara Tania menggigit jarinya sambil mondar-mandir.

Baik Gabriel atau Darren tidak ada yang mengangkat teleponnya padahal ini hari libur. Alex pun sama sehingga Tania bingung harus menelpon siapa.

Setengah jam berlalu, kabar baik Darren akan menyusul sementara Biel dan Alex belum ada jawaban. Dokter pun keluar.

"Keluarga pasien?"

Tania mengangguk. "Saya sahabatnya dari kecil dok"



"Alisha??"

Tania mengernyit. "Maksudnya dok?"

"Pasien terus memanggil nama Alisha di dalam, apakah ada orangnya?"

Tania dan Altaf bertatapan. "Engga, engga ada dok, saya Tania"

"Bisa tolong dipanggilkan? Saya rasa seseorang itu cukup berpengaruh terhadap pasien"

Tania mengangguk. Ia buru-buru menelpon Alisha, nada deringnya cukup lama tapi perempuan itu mengangkatnya.




🌼🌼🌼 

Alisha datang bersama Kavindra tak berselang lama. Perempuan itu berjalan cepat ke arah Tania yang sedang duduk dengan seorang pria yang mengelus bahunya.

"Gimana Tan?"

Tania mendongak. Ia bernafas lega Alisha mau datang. "Masih ditanganin. Kata dokter dia manggil nama lo terus"



"Kak Kavin?"

Kavin menengok. "Lah Taf"

Tania dan Alisha melihat keduanya. Tania sadar pria itu pasti pacar Alisha.

"Kok kenal??"

"Kita satu agensi model" Jawab Altaf.

“Permisi apa sudah ada yang namanya Alisha?” Dokter memotong percakapan mereka.

"Saya dok"

"Boleh ikut saya kedalam?"

Alisha menarik tangan Kavin untuk ikut namun Kavin melepaskannya dan mengangguk. Akhirnya Alisha masuk sendiri kedalam menggunakan PDA. Ia cukup terkejut melihat banyaknya selang yang menempel di tubuh Barra, bunyi alat rumah sakit pun terdengar jelas. Barra telanjang dada karena ditempelkan dua selag disana.

"Pasien tidak sadarkan diri. Sebelumnya dia memanggil nama kamu secara berulang"

Alisha masih memperhatikan Barra. "Apa dampaknya dari kecelakaan ini dok?"

"Gegar otak dan nyawanya. Saya keluar dulu, kalian butuh ruang"

Hanya ada Alisha dan Barra di ruangan itu. Alisha tidak tau harus apa dan berkata apa. Ia memegang rambut Barra. "Kenapa bisa gini sih manusia paling hati-hati??"

"Kebayang ngga bunda bakal kayak apa liat lo begini?" Alisha memperhatikan detail muka Barra.

"Gue masih mau liat lo Bar, jangan lama-lama istirahatnya ya. Semua orang sayang sama lo, jangan bikin mereka khawatir"

Tanpa sadar Alisha meneteskan air matanya. Melihat Barra yang saat ini ada di depannya seperti kembali saat mereka pacaran dulu, saat Barra meminta Alisha menyuapkan nasi ke mulutnya, saat Alisha, Tani dan yang lain menjenguk Barra.

"Setiap kejadian pasti gue dejavu sama kita Bar. Kenapa masih suka dateng ya? Sekarang gue ngeliat lo kayak masih anak SMA. Lo awet muda juga ya gue liat-liat"

"Kita ngga bisa ngobrol kayak gini kalo ketemu entah kenapa. Sekarang gue mau nyerocos aja kayak dulu, kan lo selalu jadi pendengar setia" kata Alisha. Ia menarik bangku untuk duduk. "Btw gimana ya Albar? Pas sama gue cuman kuat satu tahun terus mati, Berlin juga mati ngga lama lo pergi. Kayaknya dia tau deh,"

"Maaf ya gue baru bilang semuanya sama lo. Waktu diancem, gue bener-bener gatau harus apa Bar. Gue cuman ikutin alur aja, eh tapi kita ketemu lagi sekarang"



"Kira-kira lo pernah kangen gue ngga ya..?"






"Istirahat aja ya, kalo diajak malaikat buat pergi jangan mau" Alisha memegang tangan Barra dan menempelkannya di pipi, air mata Alisha membasahi tangan pria itu.


tbc

MULAI MINGGU DEPAN UPDATENYA SABTU YA👹

Continue Reading

You'll Also Like

284K 20K 49
~Warning!~ •DILARANG PLAGIAT!! •up dua hari sekali •Mengandung beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan⚠️ •Harap bijak dalam memilih bacaan! Rac...
250K 5.2K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
161K 130 27
warning! Cerita khusus 21+ bocil dilarang mendekat!! Akun kedua dari vpussyy Sekumpulan tentang one shoot yang langsung tamat! Gak suka skip! Jangan...
330K 9.4K 40
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...