About Barra 2 [TAMAT]

By najeealee

27K 2.2K 452

Kembali lagi bertemu dengan pria dingin Barra Sebastian Alexander dan perempuan yang selalu ceria, siapa lagi... More

6 November 2020
berbeda dari yang lain
pinter katanya
hamster baru
penguat
cuma sama Alisha
'sha'
12 panggilan
sakit
cemburu ceritanya
kupu-kupu
soal Biel
baikan sama Maudy!
tunangan Biel
nama kontak
pingsan beneran
kelas akselerasi
pasti ada alasannya
marahan
ala Barra
the reason is
perkara i love you
ape nih...
cara Barra
bukan Barra
see you Kevin!
keluh kesah
jangan ambil punya aku
quality time!!
perkara foto
kecelakaan
resikonya
overthinking
ribut lagi ribut lagi
disalahkan, lagi
putus....?
bagi capenya
gagal
dibalik gagal dinner
pinjem peluk
lucuan kue Barra
barra's effort
kura-kura
who?
lagi jenuh katanya
kejutan-kejutan pertama
terlalu semangat
beberapa fakta lainnya
first meet
masa lalunya (?)
fakta sebenarnya
rahasia pertama
rahasia kedua
deep talk
juara dua
Barra saying 'sayang'
Alisha mode PMS
Barra ngilangin gengsi
tiba-tiba?
semua punya alasannya
gelang edelweis
after broke up
it's too hard
let her go
acara kelulusan
alasan kuliah di Berlin
Gabriel and Ferra's wedding
keberangkatan Barra
memperlambat perpisahan
time flies
a letter from Alisha
setelah enam tahun
Nanda, si masih sama
reuni
satu kantor
ketemu bunda!
kebongkar
rahasia berikutnya
the only truth 1
the only truth 2
Kavindra
istirahat ya
kembali
masih ada?
pdkt beneran
lahir kembali+Maudy's wedding
pemenangnya
dua minggu pertama
deep talk #2
pulang kepada-Nya
pemakaman
Maudy's Pregnant
fiancé
finally, the ending
extra part
iklan

satu apartemen

241 16 12
By najeealee

HAPPY READING ALL🤩💐



Luka tuh bisa bikin orang berubah Dy, bukan jadi dirinya. Bahkan kita bisa ngga kenal siapa dia”


Kadang, beberapa rahasia emang harus dipendam sendiri”

***






"DIA BILANG KAYAK GITU????"



Alisha mengangguk lemah. Tadi menangis cukup lama sehingga harinya menjadi tidak baik karena moodnya juga tidak baik. Daritadi sudah tak terhitung berapa hembusan nafas berat yang keluar.

"Gila ya," decak Maudy. "Suruh profesional tapi dia sendiri begitu"

"Gue juga dari awal ketemu ngga ada bahas soal dulu-dulu"


"Harusnya dia mikir lah orang sama-sama udah dewasa, ngapain diungkit lagi" Maudy pun ikut kesal.

"Mungkin luka?" Tanya Alisha. "Luka tuh bisa bikin orang berubah Dy, bukan jadi dirinya. Bahkan kita bisa ngga kenal siapa dia" 

"Hah?"

"Barra tuh suka mendem apa-apa sendiri. Gue ngga tau ya gimana kehidupan dia di Jerman, apa lebih terbuka atau gimana. Tapi dia selalu mikir gue bisa sendiri, gue harus bisa gitu ke dirinya. Mungkin karena sangking capenya dia jadi kayak gini sekarang ke gue? Mungkin gue naro luka yang besar?? Masuk akal kan"

"Coba lo jujur aja ke dia"

Alisha menggeleng. "Buat apa juga Dy. Gue bilang ataupun engga, itu ngga ngerubah apapun. Kadang, beberapa rahasia emang harus dipendam sendiri"

"Ngga ngerubah apapun darimana? Kalo lo bilang yang sebenarnya, beban lo ilang, dia ngga akan marahin lo lagi Al. Lo bayangin ini baru hari pertama? Dia bisa aja maki lo di hari selanjutnya kan?"

"Biarin, resiko gue. Semuanya bakal ketauan kalo udah waktunya"

Maudy hanya menatap sahabatnya itu. Sebagai teman, ia hanya bisa menyarankan. Terserah sarannya mau diikuti atau tidak oleh Alisha.

🌼🌼🌼

"Tumben ngga sama Shaqila" ucap bunda, ia menaruh teh manis untuk anaknya.

"Dia duluan di kantor" jawab Barra. "Bunda gimana disini? Enak?"

Zahra mengangguk. Mulai menceritakan hari-harinya di panti sosial ini. Setiap hari ia bangun pukul enam pagi, menghirup udara segar favoritnya, apalagi kalau malamnya hujan, bau tanah paling terasa.

Disini tidak terlalu banyak orang karena Barra sengaja memilih panti yang sedikit, kualitasnya pun baik. Zahra sering dikontrol makanannya, obatnya juga jam tidurnya.

"Gimana kantor kamu? Jadi kerja sama, sama yang waktu itu?"

Barra mengangguk. "Ada Alisha di kantor itu"

Zahra terkejut. "Alisha Nadhira?"

Barra mengangguk. "Dia jadi Humas setahun kedepan"

"Astaga, dia gimana sekarang?"

"Baik bun. Ngga banyak berubah, mukanya juga ngga beda"

"Sikapnya?" Tanya Bunda.

Barra mengedikan bahu. "Aku baru ngobrol sebentar aja sama dia"

"Bunda boleh ketemu dia?"

Barra menatap mata bundanya. Tak bisa dipungkiri bundanya memang selalu bertanya soal Alisha. Selama enam tahun ini sudah ada ratusan pertanyaan soal Alisha yang dilontarkan.

"Bunda tau kamu belum sepenuhnya nerima dia ada lagi di hidup kamu. Tapi kamu perlu inget, seseorang yang datang itu pasti ada alasannya Bar, mungkin bakal ada sesuatu setelah ini?"

"Aku gamau Bun"

Zahra menggeleng. "Bukan soal percintaan lagi sayang. Mungkin kalian bisa berdamai lagi? Mungkin bakal ada cerita baru?"

"Barra ngga boleh jahat sama Alisha ya nak. Gimana pun dia orang baik, dia termasuk orang yang ngeliat usaha kamu, yang apresiasi kamu, yang selalu ada buat kamu. Dulu atau sekarang itu ngga penting Bar" nasehat Zahra. Ia tau bagaimana perasaan anaknya. Zahra juga tau alasan mereka putus.

"Lagian kalian kan bukan anak SMA lagi ya, yang apa-apa diributin, apa-apa dibikin masalah, bunda yakin kok kalian berdua sama-sama tau apa yang harus dilakuin"

Barra mengangguk. "Nanti aku bilang sama dia,"

Zahra mengangguk. Ia berdiri, memeluk Barra sebelum anaknya itu kembali kerja. Saat Barra sudah masuk mobil dan mobil itu menghilang, Zahra tersenyum senang. Semoga nasehat itu didengar.







Barra sampai di kantor hari ini saat makan siang. Ia langsung menuju ruangannya, jadwalnya hari ini tidak terlalu padat, makannya ia bisa menjenguk bundanya lebih lama.

Pintu ruangannya diketuk saat ia baru saja menduduki kursinya. Barra mempersilahkan orang itu masuk.



"Darimana aja lo" tanya Fredo ketus. Barra melirik.


"Udah bisa ngomongnya?"

Fredo mengangguk. "Gara-gara jadwal les ditambah, jadi tambah lancar"

Barra sedikit terkekeh. Ia sengaja menambah jadwal les bahasa Fredo dan mengurangi jam kerjanya supaya pria itu lancar berbahasa Indonesia.

"Kenapa kesini?" Tanya Barra.

Fredo memberikan iPad kepada Barra, Barra melihatnya.

"Meeting sama pak Alex hari ini jam tujuh malam. Semua pihak yang bekerja sama disuruh datang, gimana kira-kira?"

Barra mengambil ponselnya. Benar, papahnya sudah mengirim pesan kalau jadwal meeting dimajukan.

"Sudah hubungi pak Mario?" Tanya Barra.

Fredo mengangguk. "Tidak ada balasan. Kata sekertaris kantornya, pak Mario sedang di Bogor hari ini. Gue mau telepon Alisha tapi ngga ada nomornya"


"Dia ngga ngasih di data dirinya?"


Fredo menggeleng. "Masih nomor humas yang lama. Mungkin lo masih ada nomornya?"

Barra menggeleng. "Minta aja ke sekertaris kantornya"

"Sudah, belum dikirim. Lagian kenapa lo ngga punya?"

Barra menatap Fredo membuat pria itu mengedikan bahu. "Cuman nanya"


"Shaqila dimana?" Tanya Barra.

"Loh" Fredo menatapnya. "Gue kira sama lo. Dia ngga keliatan dari pagi"

Barra mengerutkan keningnya. "Ngga kerja maksud lo?"

"Ya mana gue tau. Mungkin gue terlalu banyak di ruangan jadinya ngga ngeliat Shaqila"

Barra membuka ponselnya untuk menelpon Shaqila.


🌼🌼🌼

"Berkas yang kemarin sudah saya taruh di meja bapak, sekarang berkas dari perusahaan Abdi Jaya lagi saya cek. Dan nanti akan ada informasi soal perekrutan karyawan. Benar begini pak jadwalnya?"

Atasannya mengangguk. "Berkas dari perusahaan Abdi Jaya bisa selesai dalam satu jam? Lalu kamu lanjut bikin ide buat iklan karena nanti malam kita meeting dengan perusahaan pak Barra"

"Tujuh malam ini pak??"

Yang ditanya mengangguk. "Kamu sama pak Mario. Kamu siapkan beberapa ide dan mau wanginya kayak gimana, terus cari target pasarnya"

Alisha menelan ludahnya. "Baik pak. Kalau begitu saya permisi"

Begitu keluar dari ruangan atasannya, ia mengoceh dalam hati. Jam tujuh malam ini??? Super duper dadakan.

"Al tadi si Asha nanyain nomor lo, katanya perusahaan Barra minta" Amanda memberi tau saat Alisha sampai di ruangannya.

"Terus lo kasih?"

Amanda mengangguk. "Kan" ucapnya begitu mendengar dering telepon dari ponsel Alisha.

Alisha mengambil ponselnya, ini pasti nomor perusahaan Barra.

"Oh iya. Iya tadi udah dikasih tau juga. Bisa kok. Oke makasih ya infonya"

Amanda menaikan alis. "Kenapa??"

"Meeting jam tujuh malam ini. Gue disuruh bikin proposal soal wanginya mau kayak apa, kemasannya sama target pasar"

"Semangat deh ya. Gue juga malem ini lembur buat ngurus proposal yang kemaren"

Alisha menghembuskan nafas berat. Ia baru tau kalau meeting bisa diubah atau dimajukan se-mendadak ini, dan idenya juga haru ada nanti malam.

Untung kemarin ia sempat bertanya kepada Maudy.





Di sore hari ponsel Alisha berdering lagi, kesekian kali. Tapi kali ini bukan dari pak Mario yang meminta hasilnya, tapi dari nomor tak dikenal.

'Halo?'

'Eh hai, ini Alisha ya?'

Alisha mengangguk walaupun tak terlihat.

'Halo?'

'Iya iya. Ini Alisha'

'Gue Shaqila'

'Eh-'

'Santai ajaa. Gue cuman mau minta berkas yang kemarin sempet lo bawa kok'

'Oh iya Bu, mau diantar atau??'

'Gausah panggil Bu ih'

'Oke Qil...'

'Dianterin bisa ngga? Nanti lo mau ke kantor kan jam tujuh? Biar sekalian, btw mau diomongin bareng ngga soal wanginya? Gue ada beberapa saran sih'

'Oh boleh...saya antar kemana ya?'

'Lo-gue aja gapapa astaga jangan malu-malu'

'Oke oke, gue anterin ke kantor berkasnya?'

'Ke apart gue aja ya. Gue kirim alamatnya sekarang'

'Oke Qil, gue otw'

'Okeyy'

Alisha menutup teleponnya.


"Gue harus ke apartemen Shaqila, Man"

Amanda menoleh sekilas. "Sekarang banget? Pak Mario aja belom balik kan?"

"Kayaknya gue sendiri" jawab Alisha sambil berkemas.

Amanda mengangguk. "Tiati bawa mobilnya abis ujan"

"Duluan Man!"

Alisha berjalan cepat dengan membawa berkas yang diminta. Ia mengendarai sendiri mobil kantor dan sepertinya nanti juga akan presentasi sendiri.

Mario sudah pulang tapi masih di jalan, pasti akan terkena macet. Alisha pun sudah bilang kalau ia duluan dan disuruh mengantar berkasnya.

Apartemen Shaqila lumayan jauh dengan kantor Barra membuat Alisha bingung. Ia naik ke lantai dua belas dan mencari nomor kamar yang telah diberitahu.

Begitu sampai tepat di depan pintu, ia memencet bel.

Sekali, tidak ada jawaban.

Bel kedua pun sama.

Sampai bel ketiga, pintunya baru terbuka.

"Aduhh sorry tadi lagi di belakang, yuk masuk"



Alisha berusaha tersenyum dan masuk ke dalam apartemen besar itu. Shaqila belum memakai pakaian kantornya.


Jantung Alisha berdetak kencang saat melihat siapa yang ada di dalam. Ternyata bukan hanya ada dirinya dan Shaqila disini.




Tapi Barra juga.


"Pak, Alisha" Shaqila memberi tau.

Barra yang sedang berkutat dengan laptopnya hanya melirik. Pria itu sedang duduk di ruang kerja Shaqila, sementara Alisha meminta untuk di ruang lain.

"Ini Bu berkasnya"

Shaqila mengambil dan membaca cepat. Ia menatap Alisha. "Btw mau minum apa? Lupa nawarin astaga"

"Air mineral aja Bu"

Shaqila terkekeh. Sambil mengambil air mineral di kulkas ia berkata, "Susah ya ngga usah formal? Gue gapapa dipanggil Qil asli deh,"

"Saya masih kurang nyaman..."

"Gapapa lama-lama bisa kok. This, take it your water"

"Makasih...Qil"

Shaqila mengangguk. "Gimana? Lo udah ada ide apa nih?"

Alisha mulai menjelaskan sedikit tentang ide yang sudah dia pikirkan serta tambahan ide dari Maudy. Selama mereka berbincang, Barra tak keluar sama sekali. Bahkan sampai perbincangannya selesai, tetap sama.


"Eh bareng aja, daripada naik ojek online Al" ajak Qila.

"Gue bawa mobil kok, lagian kayaknya engga enak juga kalo bareng"

Shaqila hanya membalas dengan senyuman. "Pak, Alisha mau duluan!"


Tak lama Barra keluar. Ia menatapnya. "Nanti sudah disiapkan semua?"

Alisha mengangguk. "Tadi sempet revisi juga sama Bu Shaqila, pak"

"Oke, jangan buntu ditengah jalan. Bakal ada orang-orang penting nanti"

"Baik pak"

"Yaudah duluan ya Bu" pamit Alisha.

Shaqila mengantarnya sampai pintu. "Hati-hati ya, nanti kalo udah sampe kantor tunggu di ruangan lo aja"

"Makasih banyak Qil..."

"Iyaa"

Alisha pun berjalan pulang. Ia sedikit bernafas lega, setidaknya sudah ada persiapan untuk nanti presentasi.




Tapi....

Soal Barra disana...


Soal mereka yang satu tempat tinggal....


tbc




INI KALO SAMPE PART 100 GIMANA YA😩😩😩


NEW LIFE CAST UPDATE!!






(FAKE INSTAGRAM⚠️)

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 44.2K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
10.6M 675K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
1.5M 129K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
291K 13.3K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...