About Barra 2 [TAMAT]

By najeealee

27K 2.2K 452

Kembali lagi bertemu dengan pria dingin Barra Sebastian Alexander dan perempuan yang selalu ceria, siapa lagi... More

6 November 2020
berbeda dari yang lain
pinter katanya
hamster baru
penguat
cuma sama Alisha
'sha'
12 panggilan
sakit
cemburu ceritanya
kupu-kupu
soal Biel
baikan sama Maudy!
tunangan Biel
nama kontak
pingsan beneran
kelas akselerasi
pasti ada alasannya
marahan
ala Barra
the reason is
perkara i love you
ape nih...
cara Barra
bukan Barra
see you Kevin!
keluh kesah
jangan ambil punya aku
quality time!!
perkara foto
kecelakaan
resikonya
overthinking
ribut lagi ribut lagi
disalahkan, lagi
putus....?
bagi capenya
gagal
dibalik gagal dinner
pinjem peluk
lucuan kue Barra
barra's effort
kura-kura
who?
lagi jenuh katanya
kejutan-kejutan pertama
terlalu semangat
beberapa fakta lainnya
first meet
masa lalunya (?)
fakta sebenarnya
rahasia pertama
rahasia kedua
deep talk
juara dua
Barra saying 'sayang'
Alisha mode PMS
Barra ngilangin gengsi
tiba-tiba?
semua punya alasannya
gelang edelweis
after broke up
it's too hard
let her go
acara kelulusan
alasan kuliah di Berlin
Gabriel and Ferra's wedding
keberangkatan Barra
memperlambat perpisahan
time flies
setelah enam tahun
Nanda, si masih sama
reuni
satu kantor
satu apartemen
ketemu bunda!
kebongkar
rahasia berikutnya
the only truth 1
the only truth 2
Kavindra
istirahat ya
kembali
masih ada?
pdkt beneran
lahir kembali+Maudy's wedding
pemenangnya
dua minggu pertama
deep talk #2
pulang kepada-Nya
pemakaman
Maudy's Pregnant
fiancé
finally, the ending
extra part
iklan

a letter from Alisha

198 16 5
By najeealee

NIH UPDATE NICHHH





"Fotokopi dua rangkap, terus email yang udah saya kirim dilanjutkan ya.  Malam ini harus udah selesai"

Alisha hanya bisa mengangguk sambil tersenyum paksa kepada Mbak Aul yang baru saja menaruh banyak berkas di mejanya. Sementara Amanda, teman satu divisinya terkekeh. Ia memajukan kursi ke arah Alisha.

"Semangat deh, gue juga dulu pas awal-awal gitu. Lagi diuji itu Al"

Alisha hanya bisa menghela nafas. Padahal niatnya malam ini akan bertemu dengan Maudy untuk mencari kado Darren. Tunangannya sudah tinggal dua hari lagi, jika esok dan esoknya akan sama, mungkin Alisha tidak akan bisa membeli kadonya.

Ia mengistirahatkan otak dengan meminum kopi. Tak jarang Alisha mendapatkan pesanan untuk kantornya, memang kopi Alisha seenak itu. Bahkan teman-teman kantor Alisha memintanya untuk membuat kemasan botolan supaya bisa dijual di kantin kantor.

"Gue ngga istirahat deh Man. Ini masih banyak banget"

Amanda tersenyum. Ia mengangguk lalu keluar sendiri. Oh iya, mereka berteman saat Alisha magang disini. Amanda orang pertama yang mengajaknya berbicara, gadis itu dulu banyak omong tapi sekarang lebih diam. Ternyata dulu ia memang diwajibkan untuk banyak bicara.

Untung tadi pagi sempat memasak jadi Alisha bisa makan sembari mengerjakannya. Setidaknya hari ini tidak lembur sampai larut seperti kemarin.


🌼🌼🌼

Barra tiba di Indonesia hari ini. Dua hari sebelum pertunangan Darren, sahabatnya. Ia tak mau mengulang kesalahan yang sama pada saat pernikahan Biel. Pesawatnya baru saja mendarat dengan selamat, kini ia sedang menunggu kopernya.

Sedangkan Zahra akan menyusul pulang besok karena jadwal kontrolnya masih ada. Sebenarnya bisa saja tapi Zahra akan lebih lama di Indonesia nantinya. Sesuai permintaan bundanya itu, nanti Zahra akan ke rumah temannya.

Di bandara ia tidak dijemput siapapun dan tidak mengharapkan apapun. Ia pulang saja tidak memberi tahu siapa-siapa, bahkan ke sahabatnya saja Barra bohong.

Ia menaiki taxi yang ramai sudah terparkir. Kembali menghirup udara Jakarta, bersama dengan polusinya dan kemacetan. Bisa dibilang, di Berlin jarang sekali terjadi macet. Orang-orang juga lebih banyak menggunakan transportasi umum dibanding milik pribadi.

Ia menatap gedung tinggi setelah menyebutkan alamatnya kepada supir. Rumahnya kini telah pindah, dekat dengan kantor perusahaan Alexander. Itu baru terjadi setahun lalu karena Alex sudah capek harus bolak-balik ke kantor.

Ia membayar taxi—nya lalu segera masuk kedalam rumah. Rumahnya masih sama, masih sepi. Entahlah tidak ada yang berubah walaupun orang tuanya sudah berumur.

Ah kalian belum tahu bukan?

Mamah Barra alias Gia mengalami keguguran seminggu sebelum melahirkan. Secara tiba-tiba janinnya tidak bergerak dan harus dikeluarkan. Jika tidak itu akan membahayakan kesehatan Gia. Gia sempat stress beberapa bulan, sempat mogok makan juga tapi Barra tidak melihat secara langsung.

Waktu itu ia tidak boleh pulang oleh pihak beasiswa. Jadinya Barra hanya tau lewat telepon.



"Loh???" Kaget Gia melihat pintu kamar Barra terbuka. Barra menoleh, ia menghampiri dan memeluk mamahnya.

"Maaf ngga bilang mah, biar surprise"

Gia tersenyum. "Dijemput papah?"

"Papah juga ngga tau aku pulang"

"Mamah telepon papah ya. Kamu makan dulu gih, kangen masakan Indonesia kan?"

Barra hanya bisa mengangguk. Setelah beres-beres ia pergi ke meja makan. Mungkin selain sahabat dan keluarga, yang Barra rindukan ialah makanan khas Indonesia. Itulah yang tak terganti, disana sangat jarang ada restoran Indonesia.

Kebanyakan di dominasi oleh negara Eropa, dan rata-rata makanannya seperti pasta, salad dan pizza. Toko Asia saja hanya ada beberapa, Barra pun tak pandai memasak jadi selama kurang lebih enam tahun ia makan makanan orang Eropa.

Sambil makan ia membuka laptop. Melihat jadwalnya hari ini, sekiranya ada yang dikerjakan, ia sedang kerjakan sekarang. Nanti malam rencananya Barra akan pergi untuk mencari kado.

Sebenarnya ia sudah bawa. Yang di koper itu jelas bukan baju bawaannya, itu oleh-oleh yang akan diberikan Barra untuk sahabat-sahabatnya.

Terdengar suara langkah kaki. Barra mendongak. Ia berjalan menghampiri Alexander, pria itu memeluk Barra. Sepertinya rindu.


"Seperti biasa, tidak pernah bilang"

"Kan biar kaget"

Keduanya duduk di meja yang sama. Seiring berjalannya waktu, mereka semakin akrab dibanding saat dulu SMA. Jauh, sekarang jauh lebih baik. Terlihat seperti ayah dan anak sungguhan.

"Kamu udah terima email kalo kita bakal ada kontrak kerja sama?"

Barra mengangguk. "Perusahaan papah yang ngajuin?"

"Iya. Sepertinya perusahaan itu akan membawa keuntungan. Tapi itu bukan perusahaan, lebih dikenal dengan kantor keluarga"

"Hari ini aku perlu ke kantor?" Tanya Barra.

Alex menggeleng. "Kamu baru sampai, istirahat saja. Besok baru datang sekalian perkenalan, banyak karyawan baru yang baru papah rekrut"

Barra hanya membalas dengan anggukan. Ia kembali ke kamarnya setelah Alex juga pergi ke kamarnya. Kamar Barra berwarna putih, ukurannya lebih kecil, dan tidak ada sesuatu yang spesial.

Ia membuka balkon untuk sekedar menatap jalanan.






🌼🌼🌼

Sesuai dugaan. Alisha benar-benar lembur ternyata malam ini. Ia pulang paling akhir, bersama dua office boy. Tadinya ia mau melihat city light dari lantai paling atas tapi tidak diizinkan karena angin sedang lumayan kencang.

Karena sudah malam, Alisha tidak pergi ke toko kopinya. Tadi juga sudah bilang kepada barista yang ada. Ia melangkahkan kaki untuk menyebrang ke supermarket yang menjual banyak makanan instan.

Perutnya belum terisi sejak makan siang tadi. Dan malam ini lagi-lagi ia membeli yang instan-instan. Alisha memutuskan untuk makan ditempat, sambil menikmati suasana.

Semenjak kerja ia lebih sering sendiri jika Amanda tidak ada. Temannya hanya Amanda disini. Bahkan kadang Alisha suka berbicara dengan dirinya sendiri. Ia juga sadar bahwa sendiri tidak semenyedihkan itu.

Malah ia semakin kenal dengan dirinya.

Setelah makan, ia memesan ojek online. Alisha bisa bawa motor bahkan sudah beli juga, tapi gadis itu malas. Jadi lebih memilih naik ojek, itung-itung bantu rezeki abang ojek kan?

Ia sampai di depan rumah tepat pukul sembilan malam. Melihat ada dua mobil yang terparkir, berarti ada abangnya.

"Aduhh rame sekaliii"

Begitu Alisha bersuara, Rey menengok. Ia berlari menghampiri Alisha. Masih sama seperti saat dulu bayi, padahal sekarang Rey sudah mau masuk SMP.

"Ka Al lama banget??"

"Lembur akuu. Kenapa ngga bilang kalo kesini? Tau gitu aku beliin makanan"

"Udah gapapa Al" sahut Aurel.

Alisha ikut duduk di ruang tamu.

"Lembur mulu lo" cibir Zaidan. "Kerja apaan tuh"

Alisha memutar bola matanya. "Kayak ngga pernah lembur aja sih,"

Zaidan terkekeh.

Alisha berdiri. Ia pamit untuk segera keatas. Alisha harus segera mandi. Biasanya kalau sudah malam begini, ia hanya sedikit mengguyur tubuhnya saja.

Selesai mandi ia hanya di kamar sambil membereskan beberapa pekerjaan yang belum sempat terselesaikan. Sampai pukul sebelas malam, ia menutup laptopnya. Mengambil segelas kopi yang ada di meja kerjanya.

Ia membuka balkon kamar. Iya, kamarnya sekarang mempunyai balkon. Baru-baru ini karena kadang Alisha suka sumpek kalo kerja di dalam kamar, ia perlu menghirup udara segar.

Ia hanya bengong sambil meminum kopi sesekali. Oh iya kalian belum tahu isi surat Alisha seperti apa ya? Alisha rasa kalian ingin tahu soal apa yang terjadi setelahnya. Mari kita bahas.

6 tahun lalu

Barra sudah sampai di Jerman dengan waktu penerbangan sekitar 16 jam. Ia sampai di keesokan harinya, kebetulan sedang turun salju. Ia dijemput oleh beberapa orang suruhan papahnya untuk mengantar Barra ke apartemen. Sepertinya terlalu bagus untuk dibilang apartemen, lebih ke arah kosan?

Ia menaruh segala barang dan mengistirahatkan dirinya sekejap. Lalu kembali bangkit dan mengambil sesuatu di tasnya.

Itu surat dari Alisha. Ia membukanya.

hai....

ANEH YA????

aku gatau sih mau ngomong apa disini, tapi yang jelas ini buat salam perpisahan (kayak mau kemana aja ya hehehe). anyway selamat loh udah diterima di luar negeri ya walaupun aku gatau dimananya...

suratnya aku tulis pas di kereta mau ke bandara makannya tulisannya jelek gini hihihi maafin yupp.

kita bakal ketemu lagi Bar? Atau emang udah sampai disini aja? Apapun yang terjadi, gimanapun nanti, bakal ketemu atau engga, yang jelas aku seneng banget bisa kenal kamu. kayaknya gabisa dijelasin pake kata-kata sih. pokoknya jangan pernah mikir kalo aku nyesel atau apapun yang negatif.

makasih dua tahunnya (kurang lebih) sebenernya agak cringe sih ngomong gini tapi serius, makasihh banyak. aku dapet banyak pengetahuan, pengalaman, materi pas sama kamu. dan maaf harus berakhir kayak gini. intinya aku seneng banget banget banget ketemu kamu tauuu. kayaknya semua orang tau itu deh hahaha.

ga masalah kalo kita gabakal ketemu lagi, ga masalah kalo nanti kita jadi asing, karena emang seharusnya gitu ngga sih? aku gabisa terus-terusan egois maksain rasa aku ke kamu begitupun kamu. karena kita sama-sama tau yang sebenarnya terjadi. kayaknya bakal susah sih lupain kamu WKWKWK, tapi aku gamau lupain. aku mau belajar ikhlas.

kamu berhak bahagia, aku juga. entah apa yang bakal terjadi, apa yang semesta rencanain, apapun itu aku mau kamu buat tetep bahagia. udah sih itu aja salam perpisahannya. oh iya inget satu hal, semesta selalu punya cara buat kita bahagia.


maaf belum bisa jadi yang terbaik. selamat kuliah di negeri orang and please be happy!



your friend.
—Alisha Nadhira Marteen.


Barra melipat kembali surat itu. Ia menarik nafas dalam. Disini, akan dimulai kehidupan barunya.

Flashback off.

🌼🌼🌼

Pagi pertama di Jakarta setelah satu tahun. Jam sembilan pagi Barra sudah berada di kantor papahnya untuk meeting dengan beberapa kolega dari luar kota. Ia begitu dihormati disini, semua karyawan ramah menyapanya, Barra membalas dengan senyuman kecil saja.

Sebelum meeting biasanya ia
me—riview materi yang nanti akan ditampilkan.

"Masuk" ucapnya saat mendengar ketukan pintu.

Itu pelayan makanan. Selalu mengantarkan makanan setiap jam sembilan, makan siang dan Snack di sore hari untuk Barra. Barra mengucapkan terimakasih. Saat meminum sesuatu di gelasnya ia mengalihkan pandangan.

Itu Cappucino pertama yang ia minum. Kembali merasa Dejavu enam tahun lalu. Entahlah, Barra memang sudah move on tapi terkadang rasa Dejavu itu masih ada. Benar kata Tania, tidak baik membenci negara sendiri hanya karena ada luka mendalam.

Awal-awal sampai di Indonesia ia tidak terpikirkan Alisha. Tapi saat meminum cappucino itu, bayangan saat dirinya SMA kembali hadir. Ternyata masih sampai sekarang terasa euforianya.

Pintunya diketuk kembali saat jam sepuluh siang. Dua jam sebelum Barra meeting. Ia mempersilakan masuk. Dia adalah sekertaris papahnya. Barra berdiri dan bertanya ada apa.



"Maaf pak dibawah ada yang nyari bapak,"

"Kolega hari ini?"




Perempuan itu menggeleng. "Saya tidak kenal pak. Waktu ditanya identitas, dia bilangnya teman SMA bapak"

"Perempuan atau laki-laki?"

"Perempuan pak"

"Pakai kacamata?" Tanya Barra.

Perempuan itu menggeleng.


"Suruh pulang. Bilang saya ngga ada" jawab Barra. Sekertaris Alex langsung mengangguk dan menuruti.

Tak selang sepuluh menit pintunya diketuk kencang. Barra sudah mempersilakan masuk tapi tidak juga dibuka sehingga ia harus membukanya.

Saat melihat siapa yang datang, ia mematung.







"Bar?"

tbc

eh btw nanti bakal ada cast baru, stay tune aja yakkk 🙏🏻

Continue Reading

You'll Also Like

Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.3M 224K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
541K 58.4K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
280K 26.3K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...