About Barra 2 [TAMAT]

By najeealee

27K 2.2K 452

Kembali lagi bertemu dengan pria dingin Barra Sebastian Alexander dan perempuan yang selalu ceria, siapa lagi... More

6 November 2020
berbeda dari yang lain
pinter katanya
hamster baru
penguat
cuma sama Alisha
'sha'
12 panggilan
sakit
cemburu ceritanya
kupu-kupu
soal Biel
baikan sama Maudy!
tunangan Biel
nama kontak
pingsan beneran
kelas akselerasi
pasti ada alasannya
marahan
ala Barra
the reason is
perkara i love you
ape nih...
cara Barra
bukan Barra
see you Kevin!
keluh kesah
jangan ambil punya aku
quality time!!
perkara foto
kecelakaan
resikonya
overthinking
ribut lagi ribut lagi
disalahkan, lagi
putus....?
bagi capenya
gagal
dibalik gagal dinner
pinjem peluk
lucuan kue Barra
barra's effort
kura-kura
who?
lagi jenuh katanya
kejutan-kejutan pertama
terlalu semangat
beberapa fakta lainnya
first meet
masa lalunya (?)
fakta sebenarnya
rahasia pertama
rahasia kedua
deep talk
juara dua
Barra saying 'sayang'
Alisha mode PMS
Barra ngilangin gengsi
tiba-tiba?
semua punya alasannya
gelang edelweis
after broke up
it's too hard
let her go
alasan kuliah di Berlin
Gabriel and Ferra's wedding
keberangkatan Barra
memperlambat perpisahan
time flies
a letter from Alisha
setelah enam tahun
Nanda, si masih sama
reuni
satu kantor
satu apartemen
ketemu bunda!
kebongkar
rahasia berikutnya
the only truth 1
the only truth 2
Kavindra
istirahat ya
kembali
masih ada?
pdkt beneran
lahir kembali+Maudy's wedding
pemenangnya
dua minggu pertama
deep talk #2
pulang kepada-Nya
pemakaman
Maudy's Pregnant
fiancé
finally, the ending
extra part
iklan

acara kelulusan

170 19 4
By najeealee

nih yg minta balikan 🙏🏻🙏🏻

***

“I love you, Alisha Nadhira Marteen.”

—Barra Sebastian Alexander.

***

Matahari pagi menyambut dengan lembut. Hujan tadi malam menyisahkan bulir air di dedaunan. Burung-burung berkicau saling bersautan. Pagi kesekian telah tiba menyambutnya.

Alisha telah bangun dari subuh tadi. Selain excited akan hari ini, ia juga harus datang lebih awal sebagai panitia acara. Iya, hari ini adalah acara kelulusan sekolahnya. Ia memakai dress brukat berwarna krem sesuai dengan dresscode yang telah dipilih.

Ia merias wajahnya sendiri. Alisha juga merias wajah Maudy. Sedikit pangling melihat Maudy, gadis itu tidak pernah memakai make up soalnya. Maudy dari semalam sudah menginap dirumahnya agar bisa berangkat bersama.

Sebelum dandan, mereka sudah sarapan dengan nasi. Hanya perlu satu jam untuk keduanya dandan, dan selesai. Acaranya dimulai jam sebelas pagi namun panitia harus datang jam sepuluh. Sekarang sudah pukul sembilan tiga puluh pagi. Maudy sudah memesan ojek mobil online.

"Aduhh cantik-cantik banget sihhh" puji Tiara. Jangankan kepada Maudy, ia melihat anaknya saja sudah pangling.

"Ngga menor kan Tan?"

Tiara menggeleng.

"Kan, lo sih takut banget" sahut Alisha yang sedang memakai heels.

"Yaudah berangkat gih keburu telat" suruh Tiara.

Keduanya pamit dan segera menaiki mobil itu. Rumah Alisha yang sekarang agak susah untuk mobil masuk, jadi mereka harus berjalan sedikit ke depan.

"Pasti ka Aldo pangling banget deh" Alisha masih menatap Maudy. Sahabatnya ini kalau memakai make up sangat cantik ternyata.

"Lo jangan bikin gue kepedean ah"

Alisha terkekeh melihat Maudy yang tersipu malu. Padahal dulu rencananya saat acara kelulusan, ia harus foto dengan Barra. Terlebih acara ini hanya sekali dalam hidupnya, namun apa boleh buat jika semesta tidak menghendaki. Toh Alisha juga sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak selalu mengingat Barra.

Gedungnya sudah ramai dengan panitia. Pelita menyewa gedung di salah satu hotel Jakarta. Sudah ada banner acara pelepasan kelas dua belas. Alisha dan Maudy langsung membantu yang sekiranya bisa dibantu.

🌼🌼🌼

Tania dengan degup di jantungnya, sudah sampai di depan hotel. Ia datang bersama Biel yang juga tentu saja bersama Ferra. Mereka memakai baju yang hampir sama modelnya. Sementara Tania juga memakai brukat dengan rompi berwarna krem dan dalamannya berwarna ungu muda. Ia mencepol rambutnya.

Seharusnya nanti mereka akan memakai baju khusus seperti anak kuliah yang akan wisuda, namun karena Tania tampil di awal, panitia memperbolehkannya memakai brukat langsung.

Di dalam gedung sudah ramai orang. Tempatnya sangat luas dengan lampu yang sangat indah. Lagu sampai jumpa karya Endank Soekamti menggema. Beberapa ada yang sudah duduk, beberapa lainnya berbincang.

Ia menunggu Barra datang, pria itu datang sendiri. Sementara Darren rela datang lebih awal bersama Calista. Tania juga sempat melihat Alisha, gadis itu sangat cantik dengan rambutnya yang dibiarkan terurai, hiasan mutiara yang melengkapi rambut Alisha menambah kesan glamor.

"Daritadi?"

Tania menoleh. "Lo lama banget ngapain aja sih"

"Nganter bokap dulu" jawab Barra.

Pria itu memakai tuxedo berwarna hitam dengan dasi navy. Rambutnya agak klimis karena ini acara formal. Ia menarik Tania untuk segera duduk. Tak lama ada panitia yang menghampiri keduanya, meminta Barra dan Tania ke belakang panggung.

Acara dimulai. MC acara sudah membacakan susunan, disusul dengan pembacaan doa dari setiap agama.

Alisha dari kursinya melihat Barra yang sedang menunduk. Kaki pria itu bergetar entah kenapa. Omong-omong Alisha juga sedang di belakang panggung.

"Gugup Bar?" Tanya Tania. Samar-samar terdengar oleh Alisha.

"Dikit"

Tania terkekeh. Perempuan itu mengelus pundak Barra. "Tarik nafas, buang" Barra menurut. Kayaknya ini baru pertama kali ia menyampaikan pidato di depan orang banyak.

"Gais panit boleh duduk di depan aja ya. Yang penting hp jangan ditinggal, gue langsung chat kalo butuh sesuatu"

Panitia mengangguk. Beberapa mereka keluar termasuk Alisha dan Maudy. Saat melewati Barra, mereka bertatapan sebelum akhirnya Alisha benar-benar keluar.

Saat yang dinanti tiba, Barra dan Tania sudah naik ke panggung bersamaan dengan tepuk tangan paling meriah. Bagaimana tidak? Barra sudah jomblo, hari ini tampil berbeda, sangat memanjakan mata bukan?

"Ibu bapak, perkenalkan. Mereka adalah salah satu kebanggaan Pelita High School. Prestasi keduanya sejauh ini paling tinggi, diantaranya Barra Sebastian yang pernah menjadi juara satu olimpiade Internasional fisika dan Tania Shofia yang menjadi juara dua olimpiade Internasional biologi. Mereka berdua adalah anak yang mengharumkan nama Pelita sehingga sekolah kita bisa sampai di titik ini. Dan kali ini, terimalah pidato dari Barra Sebastian Alexander dan Tania Shofia"

Tepukan kembali terdengar. Tania menyentuh mic, mulai membacakan pidatonya sambil merasakannya. Dilanjutkan dengan Barra, meski keliatan gugupnya tapi semua itu ketutup dengan cara Barra menyampaikan pidato itu lewat tatapan tajamnya.

Sama seperti latihan. Barra sering kontak mata dengan Alisha. Setidaknya hanya itu yang sekarang bisa mereka lakukan. Lucu sekali bukan? Bahkan menyapa saja keduanya terlihat enggan sekarang. Cinta memang bisa merubah apapun, termasuk sikap seseorang.

Pidatonya dikemas secara cantik. Beberapa dari murid ada yang menangis, karena saat membaca pidato itu, ada layar infocus mengenai angkatan mereka. Dari mulai masa pengenalan lingkungan sekolah sampai saat ini. Ternyata secepat itu masa SMA yang di lalui.

Terlalu banyak kenangan jika dilupakan begitu saja. Alisha pun menjatuhkan air matanya, ia jadi membayangkan saat dulu pertama kali masuk ke Pelita. Ia tidak punya teman sama sekali, sampai akhirnya bertemu Maudy.

Ternyata bukan Alisha saja. Perasaan Barra juga tersentuh ketika ia turun dari panggung. Ia melihat video yang diputar. Mengingat ulang saat dulu ia masuk dan langsung menadapat tatapan dari orang-orang.

Mengingat jelas suatu hari ada gadis yang menyatakan perasaannya secara terang-terangan dan langsung mengejarnya, memaksanya untuk menerima cintanya. Membawakan bekal dan cappucino setiap hari. Hingga akhirnya Barra sadar, ia juga menyimpan perasaan pada gadis itu.

Gadis terkuat setelah bundanya. Gadis yang pandai menyembunyikan sesuatu dibalik senyumannya setiap hari, dibalik kata-kata tidak apa-apa, dibalik keceriaan dan kecerobohannya yang kadang membuat Barra kesal.

Bayangan Alisha memenuhi kepalanya. Bagaimana tidak? Masa SMA—nya lebih berwarna karena gadis itu datang. Hampir setiap hari ada gadis itu dalam benaknya. Air mata turun membasahi pipinya, Barra menghapusnya.

Sedih-sedihan sudah, kini mereka tertawa melihat wajahnya saat masa pengenalan lingkungan sekolah dulu, memakai spidol di pipi kanan kiri, membawa nametag dari karton yang dibentuk burung hantu, memakai bando di kepala.

Lebih terbahak lagi saat melihat klip video dimana waktu itu satu angkatan di hukum karena banyak yang kabur untuk mengikuti kegiatan Pramuka wajib.

Selanjutnya nama mereka satu persatu dipanggil untuk pengambilan surat kelulusan dan satu medali. Masing-masing mendapatkannya, mereka juga berfoto bersama. Guru-guru bilang, angkatan Alisha ini adalah angkatan yang paling sulit untuk dilupakan, terlalu banyak kenangan disini.

"Oke karena udah masuk makan siang, kalian boleh makan dulu ya. Teratur ya teman-teman"

Alisha dan Maudy tersenyum puas ketika guru memuji masakan itu enak. Mereka yang memilih catering itu, jelas sangat bangga bukan?

Alisha, Maudy, Nanda dan Gian duduk bersama di satu meja bundar dengan piring masing-masing.

"Jangan pada sombong"

"Kayaknya yang kemungkinan bakal sombong elo ngga sih, Nan?" Tanya Alisha.

"Bener, lo kan ketua futsal yang palinggg famous" sambung Maudy membuat Alisha terkekeh.

"Ya gimana ya" Nanda menyombongkan diri.

"Dy katanya ka Aldo mau dateng, mana?" Tanya Alisha.

"Eh boleh emang?" Nanda menatap mereka.

Maudy mengangguk. "Panitia dapet previllage bos"

Alisha juga tersenyum sombong meskipun ia tidak mengajak siapapun. "Geisha mana nichh?"

"Diem lo" ketus Nanda. Pria itu bilang akan move on, untuk kesekian kali.





Di lain meja, terdapat Barra, Tania, Darren dan Biel. Mereka sengaja berempat karena akhir-akhir ini jarang, entah Biel yang kadang membawa Ferra atau kadang Barra juga membawa Alisha.

"Yel, berarti lo nikah minggu depan?"

Biel mengangguk. "Lo pada dateng pagi ya kalo bisa, pas gue akad"

Tania mengangguk. "Bahagia selalu ya, Yel"

"Tan gue ngga mau nangis ya anjir" balas Darren. Karena tadi ia sempat menangis dan langsung mendapat ledekan dari teman-teman kelasnya.

"Bar, beasiswa belum?"

Barra mengangguk. "Keterima"

"Ngga kaget" ujar Darren. "Jakarta kah?"

"Iya" jawab Barra. "Thanks udah mau jadi temen gue"

Darren hampir cengo mendengar apa yang Barra katakan. "Lo..."

"Kayaknya kalo ngga ada kalian, gue gapunya temen"

Tania mengerucutkan bibirnya. "Makasih juga udah mau jadi temen gue. Padahal gue ribet, banyak mau, banyak minta, lelet. Glad to meet you guys"

"Sama. Thanks udah jadi orang yang paling ngertiin gue selama ini, kalo ngga ada kalian, mungkin gue ngga bisa lewatin hari-hari kemarin" ujar Biel.

"Apalagi gue, makasih banget udah mau berteman sama gue. Padahal kalian pinter-pinter sedangkan gue o2n"

Tania terkekeh. Perempuan itu meneteskan air matanya. "Sedih banget ya,"

Barra memberikan sapu tangan pada Tania. "Dipikir-pikir cepet banget ya SMA"

"Lo jangan bikin tambah mewek ah" kesal Darren, mati-matian pria itu menahan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya.

"Kita ngga bakal bully lo cuman gara-gara lo nangis kok" ucap Tania yang akhirnya membuat Darren menangis.

Biel pun sama. Ini baru pertama kali ia bertemu orang-orang yang satu frekuensi dengannya, mau memahaminya, dan selalu ada. Persahabatan mereka sederhana namun sangat berarti bagi keempatnya.

Acara makan selesai, kini guru-guru mulai pulang dan membebaskan murid-murid melakukan apapun selama satu jam ke depan. Barra memandang Alisha yang berada di panggung, gadis itu tampak memanggil seseorang.









"Nan! Ayooo" serunya.

Nanda berlari ke atas panggung. Ia berdiri tepat di samping Alisha, menghadap ke kamera hingga sinar kamera menyala.

"Yang akrab woi!"

"Boleh gue rangkul ngga?" Tanya Nanda.

Alisha mengangguk. "As a friend absolutely"

Nanda merangkul Alisha, Alisha juga merangkul pria itu. Bukan terlihat seperti pasangan, lebih ke adik kakak goals. Alisha memang sudah menganggap Nanda sebagai sahabatnya dari pria itu mau menolongnya perihal masalah tahun lalu.

"Eh berempat dong" pinta Nanda. Pria itu memanggil Maudy dan Gian. Keempatnya berfoto bersama di panggung, sangat akrab. Mereka saling merangkul dan tersenyum pepsodent.

Gilirannya sudah selesai, mulai bergantian dengan yang lain. Tepatnya giliran Barra dan teman-temannya. Awalnya Barra menolak, tapi dengan paksaan Darren, pria itu mau menghadap kamera. Alisha juga memperhatikan mereka, dalam hati ia tersenyum lega melihat Barra.

"Alisha!"

Merasa ada yang memanggil namanya, ia menoleh. Membulatkan mulutnya melihat siapa yang datang. Berlari ke arah pria yang sudah merentangkan tangan.

Kevin mendekap tubuh mungil Alisha. Mereka berpelukan beberapa detik. Lalu Alisha mengerjap tak percaya. "Beneran kannn?"

Kevin mengangguk. Pelukannya terlepas. "Ternyata udah gede lo"

Alisha memukul Kevin. "Sombong banget sih! Ganti nomor lagii??"

Kevin hanya bisa terkekeh. "Banyak ceritanya, besok mau main?"

Alisha mengangguk senang. Ia membawa Kevin untuk duduk dan mengobrol bersama. Sementara Barra yang melihat itu juga ikut senang untuk Alisha, tapi tidak untuk Tania.

Tak terasa sudah satu jam berlalu. Kebanyakan murid sudah keluar dan pulang ke rumah masing-masing. Kecuali panitia yang harus membicarakan sesuatu. Mereka berkumpul membentuk lingkaran.

"Guys makasih banget ya buat dua minggunya, kalian gokil banget. Kerja cepet, apa-apa mau, pokoknya gue makasih banget sama kalian. Terus maaf ya kalo ada kata-kata gue yang ngga ngenakin hati. Dan buat hadiahnya, tulis rekening kalian di grup aja ya, lumayan buat makan bakso" Zeyan terkekeh di akhir. Panitia juga sudah berfoto bersama dan saling mengucapkan terimakasih.

Zeyan sudah mengakhiri perkataannya. Panitia boleh pulang, sialnya Alisha menjadi yang terakhir karena papahnya terkena macet.



Saat tengah keluar, tangannya ditarik dari belakang. Ia di dekap oleh seseorang, Alisha hafal wanginya. Ia tak bergeming sedikitpun, tubuhnya kaku tapi perlahan membalas pelukan itu.

Mereka tidak bicara lagi dengan kata-kata satu sama lain, melainkan dengan kedekatan dalam diam yang luar biasa. Selama beberapa menit akhirnya Alisha mengendurkan pelukannya, sadar apa yang ia perbuat.

Barra menatap gadis itu. Lidahnya kelu tak mampu mengeluarkan sepatah kata, ia hanya ingin menatap Alisha dari dekat. Setelah perang batin sejak tadi, akhirnya Barra melawan semua itu. Persetan dengan Alisha yang nyaman atau sudah mempunyai pria lain sebagai pacarnya.

"Selamat hari kelulusan" ucap Barra. "Alisha—nya Barra" yang barusan diucapkan dalam hati.

Alisha tersenyum. Ia menelan ludahnya susah payah. "This is the time"

Barra mengangguk. "For the last time"

Barra kembali mendekap erat Alisha. Bahkan ia tidak mau melepaskannya jika boleh. "Maaf buat semuanya"

Alisha mengangguk, kali ini tak menyangkal permintaan maaf Barra. "Aku juga yaaa"

Barra mengelus punggung Alisha. "Aku kuliah di luar negeri,"

Alisha mendongak. "Jadi?"

Barra mengangguk. "You are the first one to know"

"Happy for you"

"Boleh peluk lagi?" Pinta Barra membuat Alisha terkekeh. Gadis itu juga menginginkan hal yang sama, ia menyimpan air matanya untuk nanti.

"Harus baik-baik disini ya, harus tetep belajar cappucino biar bisa buka toko kopi sendiri. Harus mandiri, ngga boleh ceroboh lagi kan udah gede"

Alisha sedikit terkekeh mendengar perkataan Barra. Terdengar aneh tapi ia suka.

"Kalo kita mulai baik-baik, sekarang juga harus baik-baik"

Alisha mengangguk. "Kamu juga yaa jaga diri nanti. Aku ngga bakal tau apa yang terjadi nanti, tapi aku seneng jadi Alisha" ucapnya. "Alisha Nadhira Marteen sekarang"

Barra terkekeh. Ia melepas pelukannya. Memegangi kedua pipi Alisha dengan dua tangannya. Ia menyingkirkan anak rambut Alisha dan berkata. "I love you, Alisha Nadhira Marteen"

Alisha memegang tangan Barra. "I know, tapi kita ngga bisa kayak gini, Bar. Kita udah selesai, kita udah ngga ada, ceritanya udah bukan tentang kita lagi"

Barra sadar itu. "Like i say, for the last time. After this i try to forget you, forget us"

"As you should"

Ponsel Alisha berdering. Ada nama papah disana. "Papah udah jemput, kamu pulang sendiri?" Tanyanya sambil celingukan.

Barra mengangguk. Ia membiarkan Alisha pergi dan terus menatapnya sampai gadis itu hilang dari pandangan Barra. Ini yang terakhir dan Barra sudah berjanji pada dirinya sendiri, setelah ini ia akan melupakan Alisha. Salah satu langkah awal yang ia ambil ialah, kuliah di luar negeri.

tbc


oh iya, terakhir nieh perpisahan

Translate: ini dia
aku melihatmu di tahun 2019 dan membuat keputusan untuk mendapatkan cintamu dan aku berhasil. aku dapat cintamu di tahun 2020. dan sekarang, 2022, aku membuat keputusan lagi untuk hubungan kita. kita putus. aku harap suatu saat nanti kamu akan mengerti kenapa aku membuat semua ini terjadi karena terkadang sesuatu yang baik harus direlakan demi sesuatu yang lebih baik terjadi. bersyukur bisa kenal kamu, Bar, bersyukur bisa menjadi pacarmu, sangat. terimakasih buat semuanya, aku ngga bisa bilang seberapa baik kamu. aku mencintaimu dan aku tau kamu juga. mungkin kita tidak ditakdirkan bersama. sampai jumpa di lain hari, Barra Sebastian Alexander.

KALO MAU TAMBAH GALAU CEPETAN LIAT @wattpad.njl WKWKWK AYO KITA GALAU BARENG😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
2.7M 134K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
549K 42.2K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
1.1M 44.8K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...