janji ga senyum-senyum ☝️☝️
happy reading. semoga yg ngevote nilai uasnya bagus ya🙏🏻😄🙏🏻
"Selamat ya, Bar. Pensiun juga akhirnya" kata guru yang memberikan Barra piala.
"Sama-sama, Bu. Makasih bimbingannya selama ini, maaf belum bisa juara satu"
"Gapapa, juara satu dua tiga cuman angka. Kamu udah berusaha, kita bangga sama kamu"
Barra tersenyum. Andai Alexander yang berbicara seperti itu. Dari belakang ia merasakan punggungnya sedang dielus oleh seseorang, itu Tania. Perempuan itu tau bagaimana perasaan Barra, terlebih, Tania melihat Alexander yang tidak mau maju ke depan sebagaimana seharusnya.
Pengumuman itu pun ditutup, anak-anak langsung ke kantin karena hanya tinggal dua menit lagi menjelang istirahat. Barra tidak menghampiri Alexander walaupun pria itu melihatnya, Alexander minta ditemui setelah pulang sekolah kan?
Ia berjalan ke arah Alisha, mencari gadis itu sambil celingak-celinguk.
Barra menarik tangan Alisha dari belakang membuat gadis itu berhenti. "Istirahat sama aku"
Maudy berdecak malas. "Rese deh lo, yaudah sana. Gue di atas ya, Al. Nitip susu ultra aja"
"Oke, Audyy. Kalo mau makan roti gue, makan aja ya. Di kolong!"
Maudy hanya mengangguk lalu pergi. Gadis itu sedang menahan sakit perutnya karena telat makan sekaligus terlalu sering makan makanan pedas. Alisha mengikuti Barra yang masih menarik tangannya, mereka duduk di koridor karena kantin sangat ramai.
"Ihh aku mau pegang dong medalinya, boleh gaa?"
Barra melepaskan medalinya dan melingkarkan di leher Alisha. "Mau difoto?"
"Engga usah ditanya, Barraa. Langsung foto dong"
Alisha tersenyum ke arah kamera ponsel Barra dengan menunjukkan medali emas pria itu. Lalu melepaskannya lagi, takut kenapa-kenapa. "Kamu keren banget, so proud of you!!"
"Makasihh" jawab Barra. "Nanti malem aku jemput ya, kita naik motor jalan-jalan"
"Dibolehin?" Tanya Alisha. "Kamu..."
"Gapapa, bisa. Aku juga udah usaha, ya tau sih bakal di omelin nanti" potong Barra.
"Pasti capek ya di tuntut gitu?" Pertanyaan Alisha mengalir begitu saja membuat perempuan itu tersadar akan perkataannya.
"Iya, capek"
Alisha mengelus tangan pria itu. Merapihkan kerah seragam Barra. "Cerita ajaa sinii"
"Kadang mau nyerah aja sama semuanya, Al. Kadang mau ngurus bunda aja terus aku kerja sendiri abis SMA, aku ambil beasiswa biar ngga ngebebanin papah, tapi aku juga sadar, aku gabisa kayak gitu. Di rumah sumpek, sepi, gaada orang, gaada temen cerita"
"Kalo menang juga di responnya biasa aja, ngga dikasih selamat, ngga dikasih apa-apa malahan tetep les kayak biasa"
Alisha setia mendengarkan sambil mengelus tangan Barra membuat beberapa orang melirik mereka.
"Kalo tau gini men—"
"Engga. Gaboleh ngomong gitu, tarik ucapannya" potong Alisha, ia tau kalimat apa yang selanjutnya akan keluar dari mulut pria di depannya ini.
Barra terdiam. Ia menatap manik mata Alisha lamat-lamat.
"Barra! Tarik ucapannyaa" suruh Alisha.
"Iya, aku tarik omongan aku" kata Barra. "Gamau pulang aja nanti, mau disini dulu"
"Yaudah aku temenin, gimana kita diskusi tentang kenapa cowok gabisa nahan rasa sukanya?"
Alis Barra terangkat satu. "Maksudnya?"
"Misalnya nih ya ada dua sahabat cewek cowok tuh, nah mereka dari awal udah komitmen buat sahabatan eh taunya cowonya malah suka, itu artinya gabisa nahan rasa sukanya kan? Atau jangan sahabatan deh, kayak temenan biasa aja, tapi cowonya suka dan mulai nunjukin perhatian, berarti gabisa nahan rasa suka dong?" Jelas Alisha panjang lebar.
"Emangnya ada yang salah dari rasa suka?"
Alisha menggeleng. "Engga ada. Tapi apa ngga mikir buat kedepannya, kalo putus terus jadi asing gimana?"
"Nyatanya kalo berjalan baik-baik aja gimana?" Barra balik mengajukan pertanyaan. "Kamu terlalu mikirin hal negatif yang belum tentu bakalan terjadi, Al"
"Ya bener sih" ucap Alisha jadi mikir sendiri sambil memiringkan kepalanya. "Tapi, Bar. Kalo awalnya udah sahabatan, kenapa pasti ada salah satu yang suka ya?"
"Engga semua, tapi emang kebanyakan. Kita gabisa ngatur rasa suka kita sama siapa kan, mungkin karena udah terlanjur nyaman sama deket makannya bisa naruh rasa"
Mereka terus berdiskusi sampai bel masuk berbunyi. Alisha melambaikan tangan pada Barra dan segera masuk ke kelasnya.
🌼🌼🌼
"Gimana, mas?" Tanya Gia pada Alexander yang baru saja duduk di sofa.
"Juara dua"
"Alhamdulilah,"
Gia mendekat ke arah Alexander yang pasti nantinya akan marah pada Barra. "Mas, Barra tuh udah berusaha semaksimal mungkin buat olimpiade ini, jangan dimarahin ya?"
"Jangan dimarahin? Kalau keterusan sampai nanti dia besar gimana, Gi? Keterusan seenaknya sama jadwal les, keterusan ngga punya tanggung jawab, gimana?"
"Engga akan, mas. Barra bukan orang yang kayak gitu, lagian juga selama ini hasil olimpiadenya selalu memuaskan, kita malah gapernah kasih selamat buat dia, mas. Aku mau kita ubah cara didik Barra"
"Maksudmu?"
"Mas, Barra sekarang jadi orang yang jauh sama kita, dia jadi orang yang kita paling gakenal padahal dia anak kita. Dia jadi pribadi yang lebih tertutup kalo dirumah, tapi beda kalo dia diluar, mas. Terlebih, kalo lagi sama Alisha. Aku kayak ngeliat sisi lain dari Barra" jelas Gia berdasarkan apa yang ia amati selama Barra mengobrol dengan Alisha.
"Kamu sepertinya suka sekali dengan Alisha"
Gia mengangguk. "Ngga cuman baik, tapi dia ngertiin Barra, mas. Makin lama aku liatin, aku makin paham kenapa Barra akhirnya milih buat pacaran sama gadis itu"
Alex menimang ucapan Gia dengan sepenuh hatinya. Apa yang dibilang Gia memang tidak salah, Alex sadar kalau ia terlalu keras dengan anak tunggalnya itu tapi mau bagaimana, kalau Barra tidak bisa meneruskan perusahaan miliknya, bisa-bisa perusahaan itu akan diambil orang lain dan Alex tak mau itu.
Dan soal Alisha, mungkin Alex harus bertemu dan bertanya bagaimana Barra saat sedang bersama gadis itu.
"Kamu boleh kasih pelajaran ke Barra, tapi pelan-pelan yaa, jangan bikin dia ngerasa makin kesepian dirumah, mas" pesan Gia yang tidak ditanggapi secara fisik oleh Alex.
Jam terus berlalu, tiba saat bel pulang berbunyi. Siswa-siswi bersorak gembira dan berbondong-bondong ke parkiran untuk pulang, beberapa diantaranya ada yang di sekolah entah untuk ekskul atau hanya ingin di sekolah saja.
"Gue berantem sama Aldo," Maudy memberi tau Alisha saat mereka sedang berjalan di koridor menuju parkiran.
"Kenapa lagii?"
"Gue kesel banget, dia main mulu Al sumpah. Bukannya gue ngerasa waktu dia sama gue ngga cukup ya, tapi kan kesehatan dia gimana, mana kalo main pulangnya tengah malem, jam dua, jam tiga. Makin ga bener pola hidupnya semenjak kuliah"
"Terus nih ya lo tau, dia main motor sekarang Alisha aaaa" kesal Maudy. "Ya gapapa si, cuman kenapa setiap hari mainnya sih. Dibilanginnya juga gabisa, gue harus gimana ya?"
"Udah coba ngomongin soal ini secara langsung?"
Maudy mengangguk. "Sama aja maaf maaf doang, sampe sumpek kuping gue denger maaf dia"
"Alasannya dia main tuh apa? Emang mau main aja atau?"
"Emang mau main aja. Dia kan ngekos sekarang, jadi ngga ada yang larang"
"Mungkin dia kesepian di kosannya? Tapi ngga nyampe main mulu juga kali ya"
"Yakan, gue kesel juga. Gue sekarang bingung harus bilangin gimana"
Maudy semakin berdecak melihat Barra yang sedang duduk dekat tangga mereka turun. "Cowok lo bisa ngga sih kasih waktu kita main. Disamperin mulu"
"Besok yuk, gue ke rumah lo dehh" ujar Alisha tak enak hati. "Barra abis juara dua, lo tau lah bokapnya bakal kayak apa nanti" bisiknya.
Maudy mengangguk. "Duluan"
Alisha tersenyum. "Sabar sabar, nanti gue bantuin" kata gadis itu lalu pergi menghampiri Barra.
"HALOOOO"
Barra menatap Alisha.
"Mana halo baliknya?" Tanya Alisha sambil berkacak pinggang.
"Lucu banget kamu"
LUCU. BANGET. KAMU
LUCU.
BANGET.
KAMU.
YA TUHAN.....
"Yah merah pipinya, gimana manggilnya pake sayang" cibir Barra tersenyum jahil.
Alisha refleks memukul pria itu sambil tertawa. "Ngomong doang, tapi ngga berani kan?"
"Duduk sini"
"Kan ngalihin topik"
"Duduk"
"Gak"
"Duduk"
"Panggil sayang duluuu" pinta Alisha.
Sial. Sekarang Barra yang terjebak. Pria itu bingung harus mengatakan apa.
"Ah Barra mahhh, masa gi—"
"Duduk sayang"
INI MAH NAMANYA SERANGAN BERTUBI-TUBI.
"Udah? Apa mau lagi?"
"DIEMMM" ucap Alisha langsung duduk. Ia membelakangi Barra. Merasakan sensasi kupu-kupu diperutnya serta pipinya yang memanas.
"Dih salting nih ceritanya?"
"ENGGAK" Jawab Alisha cepat. "Geer lu"
"Dih salting" ledek Barra. "Masa ngga berani madep sini"
"Ngga mauuu" ucap Alisha malu sendiri. Lagian kenapa pake acara tengil banget sih nantangin Barra.
"Sinii liat duluu saltingnyaa"
Alisha memaksakan senyum sampai matanya menyipit, itu ia perlihatkan ke Barra. "Orang ngga salting" ucapnya lalu memeletkan lidah.
"Salting juga gapapa, kan sama pacar sendiri"
CURANG INI SEMUA. LIAT AJA ALISHA BAKAL BIKIN BARRA SALTING JUGA. KITA LIAT DI PART SELANJUTNYA YA.
tbc
SEE U KAMIS MALEM YAAA KALO GA JUMAT PAGI🙏🏻🙏🏻🙏🏻
nih chattannya