About Barra 2 [TAMAT]

By najeealee

27K 2.2K 452

Kembali lagi bertemu dengan pria dingin Barra Sebastian Alexander dan perempuan yang selalu ceria, siapa lagi... More

6 November 2020
berbeda dari yang lain
pinter katanya
hamster baru
penguat
cuma sama Alisha
'sha'
12 panggilan
sakit
cemburu ceritanya
kupu-kupu
soal Biel
baikan sama Maudy!
tunangan Biel
nama kontak
pingsan beneran
kelas akselerasi
pasti ada alasannya
marahan
ala Barra
the reason is
perkara i love you
ape nih...
cara Barra
bukan Barra
see you Kevin!
keluh kesah
jangan ambil punya aku
quality time!!
perkara foto
kecelakaan
resikonya
overthinking
ribut lagi ribut lagi
disalahkan, lagi
putus....?
bagi capenya
gagal
dibalik gagal dinner
pinjem peluk
lucuan kue Barra
barra's effort
kura-kura
who?
lagi jenuh katanya
kejutan-kejutan pertama
beberapa fakta lainnya
first meet
masa lalunya (?)
fakta sebenarnya
rahasia pertama
rahasia kedua
deep talk
juara dua
Barra saying 'sayang'
Alisha mode PMS
Barra ngilangin gengsi
tiba-tiba?
semua punya alasannya
gelang edelweis
after broke up
it's too hard
let her go
acara kelulusan
alasan kuliah di Berlin
Gabriel and Ferra's wedding
keberangkatan Barra
memperlambat perpisahan
time flies
a letter from Alisha
setelah enam tahun
Nanda, si masih sama
reuni
satu kantor
satu apartemen
ketemu bunda!
kebongkar
rahasia berikutnya
the only truth 1
the only truth 2
Kavindra
istirahat ya
kembali
masih ada?
pdkt beneran
lahir kembali+Maudy's wedding
pemenangnya
dua minggu pertama
deep talk #2
pulang kepada-Nya
pemakaman
Maudy's Pregnant
fiancé
finally, the ending
extra part
iklan

terlalu semangat

180 24 4
By najeealee

minal aidzin semuanyaa, mohon maaf lahir batin ya🙏🏻🙏🏻

happy reading (〃゚3゚〃)

WOI JANGAN LUPA VOTENYA LAHHH🥴👹

Ruangan yang berukuran 28×15 M itu sudah dipenuhi oleh berbagai murid-murid dari sekolah lain. Ruangannya cukup luas, fasilitas sangat memadai, dan yang terpenting adalah tidak semua kursi terisi karena hanya beberapa orang saja yang bisa datang kesini.

Barra melangkah masuk. Sudah tiga bulan tidak merasakan atmosfer ruang olimpiade, namun secepatnya ia akan rasakan. Barra hanya datang sendiri, karena memang hanya dirinya yang boleh datang sebagai perwakilan Pelita. Pria itu melihat papah Tania yang memanggilnya dengan mengarahkan tangan.

Barra mengikuti. Salim dan berbincang pada papah Tania. Berbeda dengan Alexander yang kelihatan tua, papah Tania semakin tua semakin muda. Mungkin salah satu faktornya ialah, papah Tania tidak gila bekerja.

Tak lama kemudian ruangan sudah mulai sepi. MC segera memulai acara, lalu mereka melihat sepuluh peserta olimpiade dari sekolah yang berbeda-beda. Tania tersenyum ke arah papahnya dan juga Barra. Sistem olimpiade kali ini, langsung menuju grand final besok karena, mereka sudah kelas dua belas. Jadi panitia tidak mau membuang waktu dengan memperlama atau memperpanjang olimpiade. Begitu juga dengan Barra nanti.

🌼🌼🌼

Alisha berjalan ke kebun belakang, memberi makan hewan-hewan peliharaannya. Oh iya, Alisha lupa memberi tau siapa nama kura-kuranya waktu itu. Albar namanya. Punya Barra, Albar satu dan punya Alisha, Albar dua. Sebenarnya Barra tidak menginginkan nama itu tapi Alisha terus memaksa.

Hari ini libur. Alias weekend. Tapi rencananya nanti ia mau keluar sebentar dengan Barra. Mungkin pria itu juga mengerti kalau Alisha ingin jalan.

"Al, kamu ikut papah sana beli perabotan. Katanya kemarin lampu kamar kamu mati kan?" Suara Tiara terdengar dari dalam.

Alisha masuk lalu duduk di meja makan. Konsep rumah Alisha mirip sama rumah Upin Ipin. Jadi, halaman belakang deket sama meja makan. Harusnya kalo kalian nonton Upin Ipin tau sih.

"Lama ngga?" Tanya Alisha. Terakhir kali ia menemani papahnya mencari perabotan untuk rumah memakan waktu dua jam. Padahal hanya mencari dispenser dan meja kantor saja tapi selama itu.

"Mau kemana kamu?" Tanya Marteen setelah menyeruput kopi buatan Alisha. Perempuan itu juga mengambil ahli pekerjaan membuat kopi di rumah ini. Siapapun yang datang, jika ingin kopi pasti Alisha yang membuatnya. Dan ya rasanya memang enak. Zaidan saja sampai heran darimana adiknya itu bisa.

"Jalan sama Barra,"

"Tapi gapapa ayo aku temenin," lanjut Alisha. Ya sebagai anak yang baik bukan? Alisha juga sudah lama tidak pergi berdua dengan papahnya itu.

Alisha pun berkemas sekalian mandi. Harusnya keburu sih karena sekarang masih jam sebelas pagi, sedangkan tadi Barra bilang kalo olimpiadenya baru mulai. Alisha hanya memakai kaos oversize dan celana jeans serta topi hitam punya Barra.




Diluar dugaan ternyata jalanan cukup padat. Mobil Marteen tidak bergerak sejak tiga puluh menit lalu karena ada kecelakaan di depan. Alisha pun mengirim pesan pada Barra.


Sepertinya hanya Alisha yang semangat untuk bertemu Barra hari ini. Pria itu nampak tidak keberatan menonton olimpiade sampai jam dua sedangkan waktunya nanti dengan Alisha paling hanya dua jam. Ia menghela napas. Muncul rasa kesal dalam hatinya.

"Al, Barra itu laki-laki baik ngga?"

Alisha menoleh. "Ya baikk dong papahhh"

"Kamu tuh anak perempuan papah satu-satunya. Papah aja ngga pernah nyakitin kamu secara omongan atau fisik, jangan sampe ada orang lain yang kayak gitu ke kamu, sekalipun pacar kamu sendiri. Kalo dia kasar, langsung tinggalin aja. Enak aja, memang siapa dia," cerocos papahnya.

"Kok tiba-tiba papah ngomong gitu?"

Marteen melirik. "Sejujurnya papah belum memberi izin secara penuh buat kamu pacaran"

"Papah takut princess papah di apa-apain sama cowok" lanjut Marteen.

Alisha tersenyum mendengarnya. Papahnya adalah lelaki yang paling Alisha sayang di dunia ini. Benar apa yang dikatakan Marteen tadi. Papahnya tidak pernah kasar pada Alisha, bahkan kadang Alisha dibela di depan mamah walaupun dia salah, lalu di nasihati secara empat mata dengan papahnya.

Ya gadis itu memang sangat beruntung dan bersyukur memiliki sosok Marteen dalam hidupnya. Banyak orang juga yang secara terang-terangan cemburu pada kedekatan Alisha dan papahnya.

"Tenang aja, pah. Barra orang baik, dia ngga pernah kasar secara langsung atau ngga langsung. Dia ngetreat aku banget"

"Kalo ada apa-apa bilang sama papah. Apalagi kalo misalnya di sekolah, kamu dipukul sama siapapun itu mau perempuan atau laki-laki, langsung laporan. Atau ada guru yang omongannya suka nyakitin hati kamu, bilang ke papah"

Alisha semakin tersenyum. Tapi ia teringat pada omongan Bu Auli. Kenapa ya, kenapa ada aja setiap percakapan yang bisa membuat Alisha mengingat lagi kejadian itu aneh tidak enak dalam hidupnya.

Mereka pun telah sampai di IKEA. Tempat ini adalah tempat favorit keluarga Alisha memberi peralatan rumah. Alisha juga seneng sih diajak kayak gini, dia bisa cuci mata ngeliat perabot yang gemes-gemes.

Sepanjang jalan, Alisha melingkarkan tangannya di antara sikut papahnya. Beberapa orang ada yang berbisik. Mungkin mereka berpikiran kalau Alisha dan papahnya ini sepasang kekasih yang umurnya sangat jauh.

🌼🌼🌼

Ternyata olimpiadenya lebih cepat dari dugaan Barra. Jam satu siang sudah selesai, pengumuman ke grand final akan dibacakan esok hari. Sekarang orang-orang segera berjalan ke pintu keluar. Tania dengan senyumannya memeluk papah dan Barra.

"Gampang?"

Tania terkekeh. Barra menanyakan hal itu seperti ulangan harian saja.

"Iya deh tau lo bisa, Bar" ledek Tania.

"Ayo kita makan siang dulu. Barra belom makan kan? Belom dong"

Barra mengiyakan saja. Toh sudah lama juga tidak bertemu papah Tania. Mereka makan di restoran yang letaknya tak jauh dari tempat olimpiade. Setelah memesan makanan, Tania mulai bercerita soal jenis apa saja yang tadi kebanyakan keluar pada Barra. Mungkin ini salah satu alasan Barra bisa mendapat hasil yang memuaskan saat olimpiade.

Tania suka memberi taunya jenis-jenis soal. Perempuan itu juga kadang dapat dari berbagai anak murid lain tentang soalnya.

"Kamu mau lanjut dimana, Bar?"

"Masih belum tau, om. Rencana di Jakarta aja biar masih bisa jenguk bunda"

"Ah iya, gimana kabar bunda mu? Om lupa mulu mau tanyain soal itu"

Barra mengangguk. "Sekarang pindah rumah sakit,"

"Pantas saja waktu itu Alex minta tolong om buat cariin rumah sakit yang bagus,"

Tania langsung menginjak sepatu papahnya. Kenapa harus di omongin di depan Barra—nya langsung coba.

"Eh tapi papah kamu juga ikut survey. Om cuman bantu pilih aja"

Barra mengangguk. Ya setidaknya Alex mengeluarkan effort dalam pencarian rumah sakit Zahra bukan hanya rekomendasi dari dokter. Selang beberapa menit makanan mereka sampai. Bukan sekali dua kali papah Tania mengajak sekaligus mentraktir Barra.

Tapi kayanya Alexander ngga pernah traktir Tania deh.

"Eh mamahmu hamil ya? Sudah berapa usia kandungannya?"

"Tiga bulan, om"

"Wahh, ntar jadinya kayak anak kamu, Bar"

Barra hanya tersenyum kecil. Ia juga baru sadar kalau nanti perbedaan umur dengan adiknya itu sangat jauh. Nanti saat Barra sudah kerja, adiknya itu pasti masih sekolah dasar.

🌼🌼🌼

Karena Marteen tau Alisha mau pergi, jadi pria itu lebih cepat memilih perabotannya. Barangnya tidak langsung bisa dibawa pulan. Biasanya pembeli diberikan surat pre—order yang harus diisi. Paling lama sekitar empat hari barang sampai.

Alisha juga membeli gelas dan tempat laptop yang menurutnya lucu. Mereka pun segera pulang karena sudah jam setengah dua. Barra belum mengabarkan sudah selesai atau belum.

Sampai di rumah, Alisha memilih masuk ke kamarnya. Sepertinya ia akan jalan nanti sore, jadi niatnya Alisha ingin membungkus hadiah buat Barra. Bukan karena apa-apa sih, dia cuman mau kasih aja.

Tok tok tok

"Masukk"

"Al, ada temen kamu itu"

"Siapa mah? Maudy?"

"Bukan. Siapa sih itu namanya, yang dulu juga pernah kesini, Al" kata Tiara.

Alisha mengerutkan alis. Dulu? Mana ingat...

Ia memilih turun dan menghampiri siapa yang datang daripada mengharapkan ingatannya yang sangat jelek. Begitu membuka pintu, Alisha menutup mulutnya terkejut.

"KA KEVIN!!!"

Keduanya berpelukan seperti Abang dan adik. Astaga, Alisha hampir mikir setengah mati siapa yang datang.

"Gila, kok berubah sih?" Tanya Kevin melihat penampilan Alisha. Padahal tidak ada yang berbeda. Mungkin karena Kevin tidak pernah melihat Alisha selama enam bulan terakhir ini.

"Apasihh. Duduk dulu duduk ka" Alisha mempersilahkan Kevin duduk di depan. Ia juga mengambilkan minuman bersoda untuk kakak kelasnya ini.

"Ka Kevin kemana ajaa? Sombong banget gapernah bales chat" sebalnya.

"Lo harus tau ya, hp gue ilang dua kali. Teledor banget emang,"

Lama-lama bercakap membuat Alisha tak sadar kalau jam terus berputar. Ia mendengar suara motor berhenti di depan lalu melihat jam dinding di dalam rumah.

Astaga.

Dia belum bersiap.

"Sebentar ya, ka"

Alisha berjalan membuka pagar dengan baju yang sama saat ke IKEA tadi. "Ehh"

"Udah siap? Ayo" ajak Barra.

"Itu...."

"Kenapa?"

"Duh, itu...." Kata Alisha kebingungan sendiri.

"Ngomong aja, Sha"

"Ada ka Kevin di dalem...."

Entah hanya firasat atau bagaimana tapi Alisha dapat merasakan wajah Barra yang berubah.

"Oh" ucap pria itu. "Ngapain dia?"

"Ngobrol bi—"

"Engga ngapa-ngapain. Cemburuan amat lo" potong Kevin yang tak sengaja mendengar. Barra menatap pria itu.

"Kalo mau ngapa-ngapain juga bebas" balas Barra membuat Alisha sedikit melotot. Kenapa jadi kayak gini ya... Perasaan dulu mereka cukup deket deh.

Kevin terkekeh. "Iya deh. Balik dulu gue, Al. Pacar lo kayak mau nerkam soalnya"

Alisha terkekeh kecil. "Iya ka, makasih ya. Hati-hati"

Kevin mengangguk. Lalu mobilnya sudah pergi dari rumah Alisha.

"Ngasih apa dia?" Tanya Barra.

"Oleh-oleh. Kamu mau masuk dulu? Aku mau ambil tas dulu soalnya,"

"Daritadi di chat ngga dibaca ya?" Tanya Barra tak menjawab pertanyaan Alisha barusan.

"Iya maaf yaaa, tadi aku ngga bawa hp ngobrol sama ka Kevin. Dia juga tau-tau dateng..."

"Ngga ada niatan ngambil hp juga?" Tanya Barra. Nadanya seperti sedang mengintimidasi orang.

"Hah? Kenapa sih? Kamu ada masalah pribadi sama ka Kevin?"

Barra tersenyum miring. "Udah biasa, kan dia kakak kamu kan?"

Alisha tak mengerti kenapa Barra jadi mempersulit suasana.

"Maksudnya?"

"Kamu kalo aku ngga ngabarin, marahnya kayak apa? Sekarang, kalo aku yang marah, kamu gini?"

Alisha hanya diam. Ia tak punya jawaban. Ya memang benar apa yang dikatakan Barra, cuman Alisha merasa aneh saja dengan sikap pria itu.

"Aku juga nanti mau les, kamu malah ngobrol lama sama dia, kita main jadi kepotong, nanti kamu overthinking lagi" ujar Barra menatap arah lain.

"Ya aku juga ngga minta kali buat overthinking mulu. Yaudah maaf ngerepotin kamu" balas Alisha. "Bukan kamu doang yang kesel kalo jamnya kepotong. Aku juga, aku udah nungguin dari beberapa minggu lalu buat kita main,"

"Sekarang mau gimana?" Tanya Barra menatap Alisha.

Alisha semakin sebal ditanya seperti itu.

Ia menghela nafas. "Udah gajadi aja," ucapnya.

"Yaudah"

Alisha tersenyum kecut.

Yaudah.

Yaudah.

Ngga ada usaha banget buat tetep main dan nyelesain masalahnya.

Alisha meninggalkan Barra. Perempuan itu masuk kembali ke rumah tanpa berkata, sekalipun hati-hati. Ia mengunci pintu kamar, melihat Barra dari jendelanya. Pria itu memakai helm dan pergi begitu saja.

Padahal hari ini sangatlah ditunggu oleh Alisha. Tapi mereka malah berantem.

tbc

emang kadang terlalu excited sama sesuatu tuh kadang ngga baik gais...

lebaran libur dulu ya, paling tanggal lima aku update 😘

Continue Reading

You'll Also Like

294K 13.5K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
619K 24.4K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.7M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...