About Barra 2 [TAMAT]

By najeealee

27.5K 2.2K 452

Kembali lagi bertemu dengan pria dingin Barra Sebastian Alexander dan perempuan yang selalu ceria, siapa lagi... More

6 November 2020
berbeda dari yang lain
pinter katanya
hamster baru
penguat
cuma sama Alisha
'sha'
12 panggilan
sakit
cemburu ceritanya
kupu-kupu
soal Biel
baikan sama Maudy!
tunangan Biel
nama kontak
pingsan beneran
kelas akselerasi
pasti ada alasannya
marahan
ala Barra
the reason is
perkara i love you
ape nih...
cara Barra
bukan Barra
see you Kevin!
keluh kesah
jangan ambil punya aku
quality time!!
perkara foto
kecelakaan
resikonya
overthinking
ribut lagi ribut lagi
disalahkan, lagi
putus....?
bagi capenya
gagal
dibalik gagal dinner
pinjem peluk
lucuan kue Barra
barra's effort
kura-kura
who?
kejutan-kejutan pertama
terlalu semangat
beberapa fakta lainnya
first meet
masa lalunya (?)
fakta sebenarnya
rahasia pertama
rahasia kedua
deep talk
juara dua
Barra saying 'sayang'
Alisha mode PMS
Barra ngilangin gengsi
tiba-tiba?
semua punya alasannya
gelang edelweis
after broke up
it's too hard
let her go
acara kelulusan
alasan kuliah di Berlin
Gabriel and Ferra's wedding
keberangkatan Barra
memperlambat perpisahan
time flies
a letter from Alisha
setelah enam tahun
Nanda, si masih sama
reuni
satu kantor
satu apartemen
ketemu bunda!
kebongkar
rahasia berikutnya
the only truth 1
the only truth 2
Kavindra
istirahat ya
kembali
masih ada?
pdkt beneran
lahir kembali+Maudy's wedding
pemenangnya
dua minggu pertama
deep talk #2
pulang kepada-Nya
pemakaman
Maudy's Pregnant
fiancé
finally, the ending
extra part
iklan

lagi jenuh katanya

232 22 8
By najeealee

BARU BALIK TERAWEH

btw tandai dong kalo ada yang typo....makasih ya🙏🏻

oh iya

ily 3000 buat @stilbray_😻💐🥰😍💐😻💐😻💐

HAPPY READING, GUE SAYANG KALIAN SEMUA KOK CUMAN STILBRAY LUCU BGT LOCHH


***

“Kita gapernah tau apa yang kita bakal rasain kedepannya”

-Maudy Lizzie

***

Pembelajaran dilakukan seperti biasa. Dimana sekarang adalah hari pertama diadakan pendalaman materi untuk kelas dua belas. Hari ini juga perdana rapat kedua untuk acara akhir tahun, Alisha dan Maudy ikut menjadi panitia perwakilan kelas bersama perwakilan dan anggota OSIS lainnya.

Pelita memang membiasakan anak muridnya untuk lebih awal berkenalan dengan soal-soal UTBK atau sekedar latihan meskipun hanya satu sampai tiga soal. Pengalaman materi ini jelas dipungut biaya, sekolah swasta memang memakan sangat memakan uang orang tua.

Belum lagi buku yang harus dibeli. Padahal buku pelajaran saja, tapi tetap mereka harus mengeluarkan uang. Ya beginilah hidup di SMA swasta. Alisha juga ngga pernah kepikiran si buat masuk ke Pelita. Kalau Maudy emang dari awal maunya di Pelita, entah apa alasannya. Padahal Maudy bisa masuk negeri, jelas. Gadis itu pintar.


"Al, kemarin si Ferra ke kelas tau," bisik Maudy.

Alisha menoleh. "Kelas kita?"

Maudy mengangguk. "Nyamperin tunangannya"


"Lo kok kayak kepanasan?" Ledek Alisha diiringi tawa.

"Mana ada. Gue ngasih tau doang" balas Maudy ketus.

"Tapi emang mereka kayaknya udah deket deh, Dy. Orang Barra pernah bilang, mereka jalan berdua ke mall" bisik Alisha melanjutkan gosipnya di tengah-tengah pembelajaran.

"Ya bagus sih. Tapi lo kadang mikir gini ngga sih, Lo bisa nikah sama orang yang emang cinta sama lo"

"Hah maksudnya?" Alisha bertanya dengan alisnya yang mengerut.

"Gini, lo lebih pilih si cowok yang cinta sama elo, atau elo yang cinta sama si cowok sedangkan si cowok ini engga" Maudy memperjelas tapi tidak menatap Alisha.

"Ya mendingan si cowok yang cinta sama gue lah,"

"Yakan" ucap Maudy. "Ini kan awalnya Ferra yang suka sama Biel. Bukan gimana-gimana si, takut ngga sih lo kalo di posisi Ferra?"

Alisha mengangguk. "Lagian ya, kenapa Ferra mau sama Biel?  Mereka ngobrol aja gapernah deh,"

Maudy nengok. "Itu cara kerjanya cinta"

"Bisa gitu kah?"

Maudy mengangguk. "Lo gapernah bisa nentuin perasaan lo kedepannya, Al. Mungkin kalo sekarang lo bisa jamin, tapi gaada yang tau"

"Eh kok lo ngomong gitu sih? Seakan-akan gue bakal ngekhianatin Barra aja" balas Alisha agak kesal.

"Ya hubungan gue aja dijadiin pelajaran. Lo liat gue bisa suka lagi sama Aldo kan? Padahal lo tau dulu gue udah ilfeel sama dia. Kita gapernah tau apa yang kita bakal rasain kedepannya" jelas Maudy. Perempuan itu banyak mengambil pelajaran dari kisah-kisahnya di umur 17 tahun ini.

"Lo kenapa akhir-akhir ini sering overthinking deh?" Tanya Maudy selang beberapa menit.

Alisha berhenti menulis. Menopang dagu dengan tangannya sambil melihat ke depan. Memikirkan jawaban apa yang akan keluar dari mulutnya. "Kenapa ya? Jujur gue ngga tau sih. Kayak tiba-tiba tuh gue kepikiran semuanya aja. Gue juga pernah mikir kalo kita ngga temenan lagi gimana ya, Dy?"

Maudy menoleh. "Sama. Gue juga takut dah"

"Yakan. Ya walaupun selama jadi temen lo gue beban, egois, maunya apa-apa dingertiin. Tapi lo gapernah marah ke gue"

"Ya untung lo nyadar sih perlakuan lo kayak gitu" balas Maudy membuat keduanya terkekeh.

Obrolan random kadang-kadang sering membawa obrolan ke arah yang lebih serius. Entahlah mau masih bersahabat atau tidak nantinya dengan Maudy, tapi Alisha tetap tidak akan melupakan Maudy. Kayaknya Maudy masuk ke orang terbaik yang Alisha temuin. Padahal pertamanya, gadis itu melihat Maudy cukup sombong karena tidak mau memberi jawaban. Namun sekarang malah sahabatan. Seperti kata Maudy tadi, kita gapernah tau apa yang bakal kita rasain kedepannya.

🌼🌼🌼

"Lomba kamu dimajuin jadi akhir Desember. Apakah siap?" Tanya pak Hendra.

"Kalo boleh tau tanggal berapa, pak?" Tanya Barra.

"Sekitar 27"

"Boleh saya minta waktu, pak?"

"Silahkan. Bapak tunggu jawaban kamu besok ya"

Barra mengangguk. Memundurkan kursi dan keluar dari kantor. Ia melihat kelas Alisha yang masih tertutup. Bayangannya...

Mata itu.

"WOI!"

Pundak Barra sedikit terangkat menandakan pria itu terkejut dengan suara di depannya. "Lo bengong aja, mikirin Alisha ya?" Tanya Herry.

"Ngapain lo?"

"Galak banget. Gue mau ke kelas Alisha nih, nitip salam ga?"

Barra menggeleng lalu meninggalkan Herry. Herry mengedikan bahu lalu pergi. Barra belok bukan ke arah kelasnya. Ia melangkah masuk ke toilet laki-laki. Melihat dirinya di cermin dan berusaha membuang apa yang ia pikirkan saat ini.

Ia memejamkan mata.

Flashback on

Lama bertatapan membuat pengendara lain membunyikan klakson dari belakang. Barra langsung mengambil jalur lain dan pergi meninggalkan perempuan yang masih di aspal membuat beberapa orang berteriak kepadanya.

Ia merasakan keringat dingin yang mengucur di kepalanya. Bahkan sampai sekolah pun ia belum bisa menguasai diri hingga bertemu Darren dan Biel.

Flashback off

"Bar, jangan tidur disini oi" seru murid lain.

Barra membuka matanya. Membasuh wajahnya dengan air dan menarik nafas. Menutup pintu kamar mandi lalu kembali ke kelas.

"Lo ngga lagi sakit kan?" Tanya Chandra.

"Engga. Tadi agak panas dingin aja"

Tania jalan ke meja Barra. "Apa kata pak Hendra?"

"Olim gue dimajuin. Akhir Desember ini"

"Hah? Serius?" Tanya Tania.

Barra mengangguk.

"Apa engga terlalu kecepetan?" Sahut pria yang duduk di depan Barra.

"Gue masih mikirin sih"

"Gila. Lo latihan olim aja belom juga ada dua Minggu, kita juga Desember perlu libur kali.  Masa iya mau dipake buat olim juga" Kata Tania dengan nada kesalnya.

"Lo aset Pelita sih, jadi apa-apa dianggep bisa. Semua guru naro ekspetasi ke elo" cetuk pria di depan tadi.

Tania diam. Ya benar sih. Walupun sering olim berdua tapi tetap saja Barra masih berada di atas Tania sehingga pria itu dijuluki sebagai 'Aset Pelita' maka tak heran kemarin Bu Auli menyuruh Alisha putus, karena memang sebaik itu citra Barra disini.

Waktu tetap berjalan. Pikiran Barra sudah bisa ia kuasai. Terlebih sekarang ia sedang bersama Alisha. Gadis itu selalu bisa membuat perubahan yang baik pada Barra.

Alisha ke kelas akselarasi tanpa Barra suruh. Perempuan itu membawakan bekal untuk persiapan pendalaman materi.

Barra juga sudah berbicara soal olim yang akan dipercepat. Seperti biasa, Alisha mengangguk dan memberi semangat. Tidak ada keluhan yang terlontar, tapi Barra tau pikiran gadis itu tidaklah seindah apa yang ia ucapkan.

Barra sudah bertanya pada Tania kenapa Alisha suka mikir yang aneh-aneh, lebih ke arah negatif, padahal itu belum kejadian. Tania hanya menjawab kira-kira seperti ini.

"Ya namanya juga perempuan, Bar. Apalagi lo pacar Alisha, jelas yang disorot dia mulu lah. Yang penting lo yakinin sama buktiin aja kalo lo ngga kayak apa yang dia pikirin"

"Btw, hari ini aku rapat kedua soal acara akhir tahun loh" Alisha memberi tau.

"Iya? Dimana?"

"Di sekolah. Eh kamu hari ini les kan? Nanti ngga usah nungguin, aku dijemput papah aja"

"Kamu rapatnya lama?"

Alisha mengedikan bahu. "Ngga ada yang kasih tau,"

"Yaudah. Nanti sebelum rapat kita beli kartu dulu ya"

Alisha berhenti mengunyah.

"Ngga usah deh, Bar. Egois banget aku minta kamu sampe ganti nomor" ucapnya berubah pikiran.

"Jangan mikir apa-apa kamu yang egois, Sha. Aku seneng diginiin, aku oke-oke aja ganti nomor"

Alisha yang di tatap Barra itu mengalihkan pandangan. "Tapi nanti nomor papah kamu?"

"Bisa di save ulang. Kamu udah login instagramnya?"

Iya. Barra langsung memberikan kata sandi instagramnya pada Alisha semalam.

Alisha mengangguk. "Tapi gapapa ini...?"

Barra memegang tangan Alisha. "It's okay. Gapapa. Kalo mau apa-apa, kalo lagi mikirin apa-apa, bilang. Jangan biasain di pendem sendiri, jangan dipikirin sendirian, sini berbagi ya?"

Alisha perlahan mengangguk. Barra selalu memiliki kalimat yang sebelumnya tidak Alisha sangka bahwa pria di depannya ini akan mengatakan hal seperti itu. Mengatakan hal yang mampu membuat Alisha tenang. Apakah ini salah satu cara cinta bekerja?

Bel masuk untuk pendalaman materi sudah berbunyi. Alisha berjalan cepat ke kelasnya.

Ia melihat segerombolan orang di depan kelasnya.

"Eh kenapa?" Tanya Alisha pada salah satu murid yang ada disana.


"Maudy sama Gabriel lagi berantem"

Alisha langsung masuk kedalam, menyelinap diantara orang-orang. Lalu melihat Maudy yang mengarahkan telunjuknya depan muka Biel.

"Eh, Dy. Udah-udah" Cegah Alisha.

"Jaga mulut lo bangsat" balas Maudy lalu pergi kembali duduk.

Alisha di mejanya mengusap-usap punggung Maudy dan memberi minuman. Tidak MAU bertanya banyak daripada nanti kena imbasnya.

"Kesel banget gue tai lah" ujar Maudy.

"Lo kenapa bisa..." Tanya Alisha. "Tapi kalo belom mau cerita gapapa si..."

Flashback on

Maudy yang sedang menonton film di mejanya dengan beberapa cemilan cukup terusik karena anak kelas yang duduk di belakang sangat berisik.

Tak lama Gian duduk disampingnya dan bertanya sedang nonton apa. Akhirnya mereka berdua nonton film itu berdua. Tak lama setelah itu, karena tidak memakai earphone, Maudy mendengar ada yang mengejek dirinya.

Ia masih diam. Sampai suara yang sangat ia kenal mengangkat suara.

"Gue juga baru tau dia punya anger issue. Dulu perasaan engga kaya gitu deh,"

Perkataan itu membuat Maudy bangun dan langsung menampar pipi Biel. Murid kelas juga langsung memperhatikan mereka.

"Ngomong apa lo barusan?"

Gabriel diam. Tidak ada Darren disini.

"Ulangin. Sini ngomong depan gue"

"Gue cuman nyampein pendapat" balas Biel.

Maudy terkekeh. "Lo bukan nyampein pendapat, nada bicara lo tadi keliatan ngejek gue. Lagian tau darimana gue punya anger issue hah? Lo tuh kenal sama gue cuman sebentar, ngga usah belaga paling tau semuanya tentang gue"

"Dy, Dy. Udah" kata Gian.

Kelas sudah dipenuhi oleh anak-anak lain. Gerombolan Biel tadi diam saja melihat Maudy yang sedang emosi.

"Kalian juga. Kalo mau berisik, kalo mau nyanyi, diluar aja bisa? Dari kemarin juga udah ditegor kan?"

Sampai disitu, Alisha masuk dan melerai semuanya.

Flashback off


"Hah...Biel apaan dah kayak gitu"

"Gue juga awalnya kaget dia ngomong gitu. Mulutnya kaya cewe" timpal Gian.

Maudy tak berbicara lagi sampai guru mata pelajaran Biologi masuk dan memulai pendalaman materi hari pertama. Pasti mereka langsung belajar, mana ada istilahnya Pelita memberikan waktu anak murid untuk leyeh-leyeh?

Pendalaman materi dilakukan selama dua jam sampai jam setengah lima sore. Mengingat sudah sore, kebanyakan orang yang langsung pulang ke rumah.

Maudy sudah bisa mengontrol dirinya. Ngga tau kenapa tiba-tiba emosi aja denger Biel ngomong kayak gitu.

Mereka berdua langsung ke lab IPA sesuai dengan arahan panitia lainnya. Maudy masuk duluan, sementara Alisha bertemu Barra dibawah pohon dekat lab. Pria itu sudah menunggunya daritadi.

"Ayo ganti kartu dulu"

"Ngga usah deh, Bar. Ini juga udah setengah lima, kamu ntar ngga keburu lesnya" tolak Alisha.

"Besok ya? Sekalian jenguk bunda mau?"

Alisha mengangguk. "Yaudah udah kan? Sana keburu telat"


"Can i..." Barra menyeka perkataanya.

Alisha mengerutkan alis. "Kenapa?"

"Can i hug you, for a minute?" Kata Barra. "Sebentar aja,"

Alisha melihat sekeliling. Ia langsung memeluk Barra. Yang dipeluk tersenyum, mengelus punggung Alisha.

"Tumben banget,"

"Pengen aja"

Seperti kata Barra hanya sebentar. Ini juga masih di area sekolah. Takutnya dilihat guru-guru.

"It's everything okay?" Tanya Alisha.

Barra mengangguk. Memegang pipi gadis itu dengan tangan kanannya. "Lagi males les aja,"

"Lagi jenuh ya?"

Barra mengangguk lagi.

Alisha mengambil tangan Barra di pipinya. "Gapapa, istirahat aja dirumah dulu ya? Kamu kan manusia bukan robot. Robot aja harus ganti baterai dulu kan?"

Barra juga menguatkan genggamannya. "Iya, makasih yaaa"

"Semangat. Aku tau kamu bosen denger kata semangat, tapi thats all i can do now"

"No. It's means a lot"

Alisha tersenyum. Ia membiarkan pria itu pergi duluan dan melambaikan tangan.

"Alisha, Alisha. Kok bisa si udah satu tahun masih romantis gitu?" Tanya Hani. Dari kelas dua belas IPA dua yang juga jadi panitia.

Alisha terkekeh malu. "Harus bucin sih"

Hani dan Alisha berjalan ke lab barengan.

"Eh by the way,"

Alisha menoleh.

"Barra tadi pagi nabrak siapa deh?"

"Hah nabrak?"

"Ya engga nabrak juga sih, hampir nabrak orang"

"Dimana?"

"Loh lo ngga tau?" Tanya Hani. Alisha menggeleng.

"Di deket perempatan sebelum rumah makan naspad. Tapi Barra pergi gitu aja ngga nolongin orangnya"

"Serius?" Tanya Alisha. Biasanya Barra tidak seperti itu.

Hani mengangguk lagi.

"Sempet tatapan gitu, gue ngeliatnya dari samping sih"

Alisha menganggukkan kepalanya. Kenapa pria itu tidak cerita? Atau mungkin karena dari pagi Barra sudah jenuh makannya bersikap seperti itu?

Karena yang Alisha tau, pria itu sangat bertanggung jawab. Yang sembarang pergi, itu bukan Barra.

tbc

ketemu kamis malam atau ga jumat pagi yupsss

selamat berteori....

Continue Reading

You'll Also Like

1M 19.5K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
677K 19.8K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 71.9K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
3.3M 209K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...