About Barra 2 [TAMAT]

By najeealee

27K 2.2K 452

Kembali lagi bertemu dengan pria dingin Barra Sebastian Alexander dan perempuan yang selalu ceria, siapa lagi... More

6 November 2020
berbeda dari yang lain
pinter katanya
hamster baru
penguat
cuma sama Alisha
'sha'
12 panggilan
sakit
cemburu ceritanya
kupu-kupu
soal Biel
baikan sama Maudy!
tunangan Biel
nama kontak
pingsan beneran
kelas akselerasi
pasti ada alasannya
marahan
ala Barra
the reason is
perkara i love you
ape nih...
cara Barra
bukan Barra
see you Kevin!
keluh kesah
jangan ambil punya aku
quality time!!
perkara foto
kecelakaan
resikonya
overthinking
ribut lagi ribut lagi
disalahkan, lagi
bagi capenya
gagal
dibalik gagal dinner
pinjem peluk
lucuan kue Barra
barra's effort
kura-kura
who?
lagi jenuh katanya
kejutan-kejutan pertama
terlalu semangat
beberapa fakta lainnya
first meet
masa lalunya (?)
fakta sebenarnya
rahasia pertama
rahasia kedua
deep talk
juara dua
Barra saying 'sayang'
Alisha mode PMS
Barra ngilangin gengsi
tiba-tiba?
semua punya alasannya
gelang edelweis
after broke up
it's too hard
let her go
acara kelulusan
alasan kuliah di Berlin
Gabriel and Ferra's wedding
keberangkatan Barra
memperlambat perpisahan
time flies
a letter from Alisha
setelah enam tahun
Nanda, si masih sama
reuni
satu kantor
satu apartemen
ketemu bunda!
kebongkar
rahasia berikutnya
the only truth 1
the only truth 2
Kavindra
istirahat ya
kembali
masih ada?
pdkt beneran
lahir kembali+Maudy's wedding
pemenangnya
dua minggu pertama
deep talk #2
pulang kepada-Nya
pemakaman
Maudy's Pregnant
fiancé
finally, the ending
extra part
iklan

putus....?

332 24 2
By najeealee

"Yang di selesain masalahnya, oke? Bukan hubungan lo, Al"


Malam ini mereka beneran makan bersama di ruang keluarga. Hanya bertiga. Hanya suara piring dan garpu yang terdengar. Setelah selesai, Barra kembali ke kamar duluan. Ada les online abis ini. Ralat, bukan les online. Tapi les tambahan atas hukuman Barra.

Ia mengumpulkan buku-buku yang akan ia gunakan untuk les. Lalu duduk di meja belajar, sambil membuka ponselnya. Dulu mungkin dia terbiasa dengan notif sepi seperti ini. Namun semenjak pacaran dengan Alisha, ia merasa aneh jika ponselnya tidak menimbulkan dering notifikasi.

Perempuan itu terakhir dilihat pukul enam sore.

"Harus gue yang ngechat?" Tanya Barra bingung sendiri.

Hingga hanya kebingungan yang memenuhi otaknya. Tapi tidak membuahkan hasil. Ia tetap tidak mengirim pesan pada Alisha.

🌼🌼🌼

"Mau kemana lagi, Al? Kamu ngga cape pulang sore, sekarang keluar lagi" mamah memberi komentar saat melihat Alisha berpakaian cukup rapi.

"Bentar doang mah, ini juga sama Maudy" kata Alisha sambil memakai sendalnya. Ia buru-buru keluar dan menyalimi tangan mamah.

Ia bersama Maudy segera keluar dari area perumahan Alisha. Alisha meminta Maudy untuk pergi ke danau dekat taman kota yang akhir-akhir ini banyak jadi perbincangan. Sebelum sampai tentu saja mereka membeli cemilan di minimarket. Maudy juga sudah membawa satu tiker tipis untuk duduk disana.

Danaunya cukup terang namun tidak seterang danau yang waktu itu Alisha pergi dengan Barra. Pengunjung belum terlalu banyak, selain karena ini weekdays, ternyata ada pembatasan jumlah pengunjung. Katanya biar ngga terlalu penuh. Tiket masuk kesini hanya dua puluh ribu rupiah per dua jam. Ya memang murah. Apalagi banyak makanan yang dijual. Danaunya tidak terlalu besar, dan tidak kelihatan terlalu seram. Mereka dibiarkan duduk diatas rumput, lampu yang digunakan ialah bolam kecil berwarna kuning dan putih.

Setelah berkemas dan menyusun beberapa makanan, mereka duduk. Dan tentu saja, foto untuk update di Instagram.

"Makan dulu ya? Masa makan sambil nangis ntar" kata Alisha sambil terkekeh.

Maudy mengangguk. Percakapan tentang sekolah, les, serta orang tua Maudy yang akan pergi Minggu depan menghiasi mereka. Kemungkinan besar, Minggu depan Alisha bakalan nginep di rumah Maudy. Dan ini bukan kali pertama.

Mereka juga berbincang mengenai tugas yang mulai berat dan banyak. Tentu saja juga mengomentari soal latihan try out yang diadakan bulan depan.

Ngomong-ngomong soal bulan depan...

Bulan depan ialah November.

Hari ulang tahunnya dan hari anniversary-nya dengan Barra yang ke satu tahun.

"Kenapa lo ngelamun anjir?" Tegur Maudy.

Alisha berhenti mengunyah. "Bentar lagi gue sama Barra satu tahun,"

"Ah iyaaa. Lumayan cepet juga ya"

"Gue ragu, Dy"

Maudy tak memotong. Nampaknya sahabatnya belum selesai berbicara.


"Gue putus aja kali ya?"

"Hahh?" Reflek Maudy. Tapi sedetik kemudian perempuan itu sadar bahwa mungkin masalahnya sudah
se-serius itu sampai Alisha kepikiran buat putus.

Maudy hampir tau setiap masalah yang dihadapi dalam Alisha. Tapi baru kali ini keluar dari mulut Alisha kata 'putus'.

"Gue cape...."

Maudy langsung menaruh minuman yang tadinya mau ia minum. Ia mendekat ke arah Alisha, mengajak Alisha bersandar di bahunya sambil mengelus pelan bahu Alisha.

"Kenapa sih orang-orang ngga suka banget gue sama Barra, Dy...."

Suara Alisha mulai terdengar pelan dan berbeda. Maudy terus mengelus bahu sahabatnya itu.

"Semua orang suruh gue putus, Dy. Semua orang. Enak banget mereka bilang putus aja, putus aja. Dikira dulu gue ngejar Barra gampang kali ya?"

Alisha membiarkan air matanya yang mulai turun dengan tangan yang masih memegang pizza.

"Masa gue se-engga berhak itu buat pacaran sama Barra, Dy? Apa-apa salah gue, semua salah gue, gue lagi yang salah. Cape anjir..." Nada bicaranya mulai diiringi dengan isakan tangis pelan.

"Gapapa, nangis aja. Jangan di tahan, gue dengerin cerita lo" ucap Maudy membiarkan Alisha menangis.

Isakan Alisha makin terdengar. Selama ini mungkin ia hanya diam, berusaha menerima omongan, cacian, sindiran padanya. Dan berharap mereka akan berhenti mengolok-olok Alisha. Tapi ternyata tidak. Semua itu masih Alisha dapatkan setiap hari. Setiap pergi dengan Barra. Pandangan orang-orang yang menatapnya sinis, bisikan-bisikan mulai terdengar.

Ia sudah berusaha untuk bertingkah baik-baik saja oleh perkataan orang-orang. Berusaha tidak memperdulikan. Karena Barra hanya miliknya. Namun akhir-akhir ini, kata-kata yang dilontarkan semakin mengejek Alisha. Seolah-olah Alisha adalah kotoran untuk Barra yang sangat suci.

Makin ia pendam sendiri, makin sakit. Setiap malam, omongan itu kembali terputar. Alisha mau tidak usah mendengar juga tidak bisa, bagaimanapun juga ia memiliki telinga.

"Gue kayaknya ngga layak banget sama Barra, Dy..."

"Heh" tegur Maudy. "Jangan ngomong gitu,"

"Nyatanya gitu, Dy. Kalo gue perhatiin pas Barra jalan sama Tania, orang-orang ngga ada yang bisik-bisik, ngga ada yang ngatain Tania, malah mereka muji-muji. Kalo gue? Kenapa sih, Dy...."

Maudy diam. Hanya elusan yang bisa ia berikan. Selebihnya, Maudy hanya bisa jadi pendengar yang baik. Karena tau, mau dia ngomong 'udah ngga usah di dengerin' atau 'lama-lama mereka juga cape' itu hanya sia-sia.

"Sampe guru BK loh, Dy. Bu Auli suruh gue putus. Gue disana kayak kambing cengo aja dengernya"

Alisha menangis lagi. Mulai banyak air mata yang keluar. Sudah cukup lama memendam semuanya sendiri tanpa menceritakan keluh kesah ini pada siapapun. Kali ini, Alisha cape. Cape banget. Setiap hari harus denger ejekan tentangnya, kadang setiap mau ke sekolah ada rasa takut dalam hati kecil Alisha. Itu sebabnya ia bertingkah ceria setiap hari.

"Putus aja kali ya, Dy?" Alisha mendongak menatap Maudy.

Maudy melepas rangkulannya. Ia membenarkan rambut Alisha yang basah terkena air mata. "Yang di selesain masalahnya, oke? Bukan hubungan lo, Al"

"Tapi gue cape..."

Maudy tersenyum. "Gapapa cape, gapapa kalo mau ngeluh atau nangis. Tapi kalo lo belum bener-bener mau buat ngelepas Barra, jangan ya? Jalanin sampe lo nanti bakal bilang 'im done' yaaa?"

"Tapi kalo emang pilihan lo udah yakin buat putus, yaudah gapapa. Gue ngehargai keputusan lo" lanjut Maudy. Baru kali ini ia tau kalau ejekan, sindiran, cemoohan itu sangat berpengaruh pada Alisha. Maudy juga baru tau kalau orang-orang menyindir Alisha setiap hari.

🌼🌼🌼

Barra sampai di kelas dari pagi. Ia tidak bareng Alisha, sama seperti kemarin. Tidak ada chat yang memenuhi WhatsApp-nya juga. Barra membuka lembar buku dan mengerjakan latihan soalnya. Hanya belajar yang Barra lakukan dari semalam.

Hingga kelas mulai ramai. Pak Harto mengisi pelajaran pertama dengan membawa beberapa alat praktek Kimia hari ini. Chandra tidak masuk hari ini, jadi Barra duduk ditemani Tania. Minus gadis itu bertambah, jadi kalau ada tulisan di papan tulis, Tania bakal pindah duduk sama Barra.

Barra jadi berpikir, kalo ngga masuk sehari apakah tidak rugi? Bisa saja Chandra ketinggalan banyak mata pelajaran mengingat ini kelas akselerasi. Tapi kalau memang sakit, mau diapain juga kan?

"Lo liat sg Maudy semalem?"

Barra menggeleng.

Tania mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Alisha.


"Ohh" hanya itu yang keluar dari mulut Barra.

"Selesain, Bar. Jangan sama-sama egois"

"Ya" jawab Barra.

Tania juga merasa sebal sekaligus kesal dengan Barra. Dari mulai respon menjawab seperti itu, tidak ada usaha meminta maaf. Dasar cowok.

Pelajaran demi pelajaran mereka ikuti. Sampai istirahat, Barra bersama Tania, Darren dan Gabriel janjian di kantin. Darren mengatakan Alisha masuk dan sikapnya seperti biasa saja.

"Lo di hukum dong, Bar" kata Darren.

Barra mengangguk. "Seminggu doang,"

"Yah. Gue padahal mau ajak keluar malam Minggu ini. Keluarga Ferra yang ngajak" ujar Biel.

"Lah? Keluarga Ferra kok ngajak kita?"

Gabriel mengedikan bahu berarti belum tau apa alasannya.

"Tadi Alisha ke perpus sama Nanda. Tapi itu kayanya disuruh walas sih,"

Tania menginjak sepatu Darren lalu melototkan matanya. Bisa-bisanya jadi provokator.

"Lah lo belum baikan berdua?"

Barra menggeleng. Ia tidak bereaksi apapun pada perkataan Darren. Untuk cemburu hanya karena ke perpustakaan itu hal yang aneh.

"Lo tau tangannya kenapa, Ren?" Tanya Barra.

Darren mengerutkan keningnya. "Tangan gue?" Tanyanya sambil melihat tangannya.

"Tangan Alisha,"

"Ohh. Engga. Emang kenapa?"

"Ren, kalo orang nanya itu tandanya ngga tau astagaa" cibir Tania.

"Lo tanya lah" Biel bersuara.

Barra hanya diam. Lalu ia melihat gadis di kepang bersama Maudy yang baru memasuki kantin. Hari ini, baru sekali ia melihat Alisha. Matanya tak lepas dari gadis itu. Tapi tidak ada tatapan balik yang menatap mata Barra. Sepertinya gadis itu tidak sadar kalau ada Barra di kantin.

Alisha hanya membeli satu susu, lalu menemani Maudy membeli bakso dan pergi begitu saja. Barra berdiri. "Bentar" ucapnya pada yang lain.

Tania melihat Barra pergi ke tempat yang menjual beraneka nasi. "Ngapain tuh temen lu? Laper?"

"Dia belum baikan juga, kenapa si Tan?" Tanya Darren.

"Ngga tau. Makannya lo jangan provok anjir, orang lagi marahan malah digituin" omel Tania.

"Ya gue mana tau. Biasanya juga kalo ada masalah dia langsung selesain"

Barra kembali dengan dua nasi. Ia memberikannya pada Darren membuat pria itu tersenyum. "Alhamdulilah. Rabu berkah,"

"Buat Alisha. Jangan bilang dari gue, lo langsung taro di kolong meja aja"

Darren langsung merubah ekspresinya. "Gimana mau ngasihnya kalo dia udah di kelas?"

"Sekarang aja kasih" suruh Barra. "Lo ambil ntar nasi baru sana"

Darren langsung berdiri dan lari. Jelas. Dimana ada gratisan, disitu ia bergerak cepat.

"Makannya baikan, Bar" cetuk Biel.









Alisha menulis apa yang sudah dicatat oleh Maudy. Tadi perempuan itu abis dari kamar mandi jadi sedikit tertinggal. Alisha juga sudah mengambil buku di perpustakaan tadi bersama Nanda. Ia baru tau kalau perpustakaan Pelita memiliki banyak sekali buku novel. Alisha kira kebanyakan dari buku yang ada pasti buku pelajaran. Tapi ada novel juga.

Bel pulang berbunyi. Guru itu menyudahi pembelajaran dan keluar. Alisha maju ke depan.

"Gais minta perhatiannya sebentar!" Serunya.

Anak-anak langsung menatap Alisha di depan. Inilah yang Alisha suka dari kelasnya. Meskipun berisik, tapi lumayan gampang diatur dan disuruh.

"Yang belum ngerjain tugas Bu Vio Minggu kemarin jangan pulang dulu. Bu Vio mau kesini," jelas Alisha kencang.

"Sama besok, jangan lupa bawa peralatan bersih-bersih buat persiapan hari sumpah pemuda ya. Makasihhhh!"

Nanda dan gengnya di kelas langsung meminta tugas Minggu kemarin. Alisha memberikan bukunya. Bukan karena kasian atau apa, mau dikata apa nanti ketua kelas masa ngga mau ngerjain tugas? Selain itu bisa saja Nanda di gantikan oleh Alisha. Dan Alisha tidak mau hal itu terjadi.

"Pulang bareng kan?" Tanya Maudy.

Alisha mengangguk. Saat mau mengambil ponselnya di kolong meja, ia menyentuh kantong plastik. Alisha mengerutkan alis, mengambil kantong plastik itu. Isinya ada dua nasi yang berisi ayam mentega, dan satu lagi menu kesukaannya yaitu ayam pedas manis. Juga ada satu susu, dan satu air mineral.

"Dy, punya elo ini?" Tanya Alisha.

Maudy menggeleng. "Apaan emang?"

Alisha menunjukkan isinya. "Punya siapa ya? Tadi di kantin, gue engga beli ginian"

"Lo lupa kali mesen, Al. Lo kan suka gitu"

Alisha menerima jawaban Maudy. Ya masuk akal sih. Kadang sebelum jam istirahat Alisha suka memesan menu makan di kantin duluan, nanti ada yang nganter. Entah di titipin sama murid lain, atau kadang Alisha ambil sendiri. Tapi kali ini perasaannya berbeda. Alisha yakin ia tidak memesan itu.

"Ayoo" ajak Maudy.

Akhirnya kantong plastik itu Alisha bawa. Ia berjalan bersama Maudy. Sedikit mencari keberadaan Barra di lapangan karena hari ini harusnya pria itu latihan basket. Tapi tidak ada. Hari ini Alisha belum melihat Barra sama sekali. Ia akan menuntaskan masalahnya besok.

Namun saat di depan koridor kelas sebelas, tangannya ditahan dari belakang.

"Aku mau ngomong,"

Maudy ikutan menoleh. Ia mengangguk pada Alisha. Lalu melambaikan tangan.

Barra membawa tangan Alisha ke tempat yang sedikit sepi. Tapi masih di area sekolahan. Tidak peduli pada hukuman yang seharusnya Barra langsung pulang.

"Mau sampe kapan kayak gini?" Tanya Barra.

tbc

diterusin takut kepanjangan🙏🏻

pasti ekspresi kalian kayak gini:


JANGAN LUPA VOTE YAAAAAA

Continue Reading

You'll Also Like

276K 26K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 116K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
1.1M 44.4K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
839K 102K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...