🍃🍃
Seminggu berlalu semenjak Risa mulai masuk sekolah lagi. Keadaan sekolah masih sama seperti sebelumnya, Risa masih sering mendapat tatapan sinis dari beberapa murid yang bergerombol, bahkan ia masih mendengar hujatan-hujatan yang mengarah padanya. Risa tetaplah Risa yang cuek. Ia sama sekali tidak peduli dengan perkataan mereka. Ia memilih untuk masa bodoh dengan hal-hal yang menurutnya negatif. Lebih baik ia respect pada orang-orang yang masih peduli padanya.
Risa dan Vanya sering bertemu Arsen dan Galih saat jam istirahat. Hubungan mereka semakin baik. Galih si kutu buku itu menunjukkan gelagat menyukai Vanya. Ia sangat antusias saat mendengarkan Vanya bercerita, bahkan akan tertawa saat Vanya menunjukkan ke-absurd-annya. Sementara Arsen semakin bersikap baik pada Risa, hubungan keduanya baik-baik saja. Arsen bahkan tak peduli dengan perkataan para murid yang memojokkan Risa, terutama Alessa dan siswi lainnya yang menyukai Arsen, selalu memberikan tanggapan miring terhadap Risa.
Lalu bagaimana hubungan Risa dan Revan? Tidak ada perkembangan sama sekali.
****
Risa membaringkan tubuhnya di sofa. Ia memejamkan matanya sejenak, sampai terdengar derap kaki seseorang. Risa membuka matanya mendapati Revan sudah berpakaian rapi.
"Mau kemana?" tanya Risa.
"Gue ada urusan."
"Urusan apa?"
"Jalan sama kevin dan lainnya."
"Oh, jangan pulang malam terus dong, gue kan gak ada temannya."
"Gak janji." Revan tersenyum dan pergi.
Risa mendengus kesal. Beberapa hari belakangan Revan sering pulang malam. Risa merasa bosan sendirian di rumah, hubungannya dengan Revan juga stuck di keadaan seperti ini saja. Mereka pengantin baru tapi tak ada momment istimewa sama sekali seperti jalan-jalan atau makan malam di luar, apalagi bulan madu seperti pasangan pengantin baru pada umumnya.
Risa yakin belakang ini Revan menemui Rindi. Risa sering melihat Revan menelepon seseorang dengan nada bicaranya yang lembut, berbeda sekali jika suaminya itu berbicara dengannya. Risa juga yakin hari ini Revan menemui Rindi lagi. Tiba-tiba hatinya terasa sakit. Kenapa ia harus berada di keadaan seperti ini?
*
***
Risa melihat jam dinding, waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB. Risa duduk di sofa dengan kesal karena Revan belum pulang.
Beberapa saat kemudian seseorang masuk kedalam rumah, ia melihat Risa yang menatapnya dengan kesal.
"Lo belum tidur?" Revan duduk di sebelah Risa.
"Dari mana?"
"Apartemen Kevin." Revan mengambil remot dan menyalakan televisi.
"Bohong, gue telepon Kevin dan dia gak tau lo di mana," ucap Risa dengan tatapan sedih.
Revan menghela napas pelan, sial gue lupa bilang ke Kevin, batin revan.
"Dari mana?" tanya Risa lagi.
"Bukan urusan lo!"
"Kenapa gak ngangkat telepon?"
Revan hanya diam saja. Ia menatap televisi yang menyala.
"Van, kok lo diam, gue ini is---" Risa memilih tak melanjutkan bicaranya. Ngomong apa Risa barusan? Istri? Memangnya laki-laki di sampingnya ini menganggapnya istri?
"Gue ketemu Rindi."
Risa tersenyum kecut, dugaannya benar, "Jadi, karena lagi sama Rindi, lo gak mau ngangkat telepon gue?"
"Gue punya privasi sama Rindi yang gak boleh di ganggu siapapun," teriak Revan.
"Termasuk gue?"
Revan mengangguk.
"Van gue istri lo dan dia itu---"
"Cukup Ris! Lo harus inget, gue lebih dulu berhubungan dengan Rindi. Gue punya janji-janji yang harus gue tepati ke dia. Dia butuh gue. Lo gak perlu ikut campur urusan gue." Revan berbicara keras dan setengah membentak.
"Lalu, janji-janji lo sama Ayah?" Risa menahan air matanya agar tidak jatuh. Perkataan Revan membuat dadanya sesak.
"Gak lebih penting dari janji gue ke Rindi." Revan menghindari tatapan dengan Risa.
Risa menahan dirinya untuk tidak menangis di depan suaminya. Ia memilih untuk beranjak dari sofa.
"Tadi ayah dan ibu datang, mereka nungguin lo 5 jam disini, ah gue lupa, gue dan orang tua gue gak penting buat lo." Risa mengusap air matanya, kemudian berjalan menuju kamar.
Revan mengusap wajahnya gusar. Ia mengumpat dan memukul sofa tempatnya duduk. Ia benar-benar di bingungkan oleh keadaan. Saat ini Rindi membutuhkannya dan ia harus menepati janjinya untuk menemani gadis itu. Ia bahkan lupa ada hati lain yang harus ia jaga, yaitu istrinya. Bagaimanapun Risa adalah istri sahnya. Ia juga berjanji pada orang tua Risa untuk menjaga Risa dengan baik. Nyatanya ia sering meninggalkan istrinya sendiri untuk bertemu gadis lain. Bahkan hari ini ia sudah mengecewakan tidak hanya Risa tapi orang tuanya juga.
Revan melihat Risa keluar dari kamar membawa bantal dan menuju kamar yang lain. Revan menghela napas kasar. Maaf Ris, gue harus begini, batin Revan.
🍃🍃
Sudah dua hari Risa tidur di kamar berbeda dengan Revan. Risa belum bisa melupakan perkataan Revan malam itu. Revan juga diam, ia tak mengatakan apapun pada Risa. Mereka memiliki aktivitas masing-masing di rumah. Risa tetap memasak dan menyiapkan makanan, ia juga membersihkan rumah.
****
Risa berjalan menuju kelasnya. Hari ini ia agak kesiangan, untung saja bel belum berbunyi saat ia sampai di sekolah. Sepanjang koridor ia mendengar murid-murid membicarakan sesuatu. Bukan soal dirinya tapi soal Revan.
Vanya menarik Risa ke tempat yang lumayan sepi.
"Kebiasaan deh narik-narik gue," ucap Risa kesal.
"Lo tau gak? ada berita besar dan membuat semuanya heboh."
Risa menaikkan sebelah alisnya, "Berita apaan?"
"Revan dan Rindi pacaran. Beritanya sudah menyebar dimana-mana, anak-anak heboh membicarakannya. Dan gue dengar, Rindi di teror oleh fans-fans nya Revan di medsos nya."
"Hah? Lo serius?"
"Serius lah, sekarang katanya Rindi lagi sama Blue Devil. Dia nangis-nangis karena bangkunya di coret-coret penuh umpatan, lokernya juga di masukin sampah-sampah busuk."
Risa menatap Vanya tak percaya. Siapa sebenarnya yang menyebarkan kedekatan Revan dan Rindi? Tentu saja efeknya ke Rindi benar-benar luar biasa. Ia mendapat teror yang menakutkan bagi gadis itu.
"Yaudah yuk masuk kelas, Blue Devil pasti punya rencana buat nyelesain masalah ini." Risa mengajak Vanya masuk ke kelas.
Bel istirahat pertama berbunyi, teman sekelas Risa masih heboh dengan berita hangat yang baru saja menyebar. Sebagian berkomentar negatif, ada pula yang berkomentar positif. Risa menghela napas pelan, ia berusaha untuk tidak peduli, tapi tetap saja sangat menganggu telinganya.
"Kalian gak ada kerjaan lain apa selain ngomongi orang, panas telinga gue," teriak Risa pada teman sekelasnya.
"Lo kenapa sih Ris? Cemburu?" tanya salah satu siswi bernama Bella.
"Gue? Ngapain coba cemburu?"
"Betul, Risa kan dekat sama Arsen, ya masak mau maruk juga dapatin Revan, baguslah si Revan sama si Rindi," ucap seseorang lagi bernama Siska.
"Mulut kek cabe banget kalian ya, mau gue ambilin cobek buat nguleg tuh cabe?" Vanya melotot pada teman sekelasnya itu.
"Mulut lo tuh pedes," ucap Siska
"Biarin mulut-mulut gue." Vanya tersenyum sinis.
"Udah yuk Sis, kita ke kantin, males ngelihat mereka berdua." Bella menunjuk ke arah Risa dan Vanya.
"Dasar cabe busuk!"
"Udah Nya ngapain nanggepin mereka sih." Risa menenangkan sahabatnya. Vanya memang kesal dengan dua teman sekelasnya itu. Mereka suka mengadu domba Risa dan Vanya dengan teman sekelas lain. Licik, Vanya menyebutnya begitu.
Risa mengajak Vanya ke kantin, saat hendak keluar dari kelas, Revan sudah ada di pintu kelasnya.
"Ikut gue!" perintah Revan.
"Lo ngomong sama gue?" tanya Risa.
"Ikut gue!" Revan menarik tangan Risa.
Risa menghela napas kasar kemudian meminta Vanya menunggu di kantin.
Tbc
Hai, kali ini konflik nya berkaitan sama Rindi. Perjalanan cinta Risa masih panjang kok, jangan lupakan Alfaroz dan Gerion ya, mereka bakal bikin kisruh lagi..