Immortal Witch ✓

بواسطة Chintyaboo

47.7K 6.1K 68

Clare, seorang 'penyihir gagal', tiba-tiba diterima di Neuvrost Academy, sekolah sihir paling bergengsi di Ae... المزيد

Visual
Prologue
Immortal Witch | Act 1 - Invitation
Immortal Witch | Act 2 - Academy
Immortal Witch | Act 3 - Dormitory
Immortal Witch | Act 4 - Fairy
Immortal Witch | Act 5 - Forbidden Room
Immortal Witch | Act 6 - Looking a die
Immortal Witch | Act 7 - Jules
Immortal Witch | Act 8 - Change
Immortal Witch | Act 9 - Manipulation
Immortal Witch | Act 10 - Knowing
Immortal Witch | Act 11 - Unlucky Day
Immortal Witch | Act 12 - Chasper
Immortal Witch | Act 13 - Birthday
Immortal Witch | Act 14 - Let's Fly!
Immortal Witch | Act 15 - Some Gift
Immortal Witch | Act 16 - Chasper's Friend
Immortal Witch | Act 17 - Vrochis
Immortal Witch | Act 18 - The Highest
Immortal Witch | Act 19 - Luke Orlane
Immortal Witch | Act 20 - Dead End
Immortal Witch | Act 21 - "Aidez Moi!"
Immortal Witch | Act 22 - It's All My Fault
Immortal Witch | Act 23 - Zero
Immortal Witch | Act 24 - Welcome
Immortal Witch | 25 - Work Hard
Immortal Witch | Act 25 - Meeting
Immortal Witch | Act 26 - Griffin
Immortal Witch | Act 27 - Nervous
Immortal Witch | Act 28 - Subway
Immortal Witch | Act 29 - Contradicting
Immortal Witch | Act 30 - Blaire's Secret
Immortal Witch | Act 31 - After Tomorrow
Immortal Witch | Act 32 - Summer Party
Immortal Witch | Act 33 - Mission
Immortal Witch | Act 34 - Secret Weapon
Immortal Witch | Act 35 - Heart Problem
Immortal Witch | Act 36 - Rain in Summer
Immortal Witch | Act 37 - Headquarters
Immortal Witch | Act 38 - Living Doll
Immortal Witch | Act 39 - Clare's Refining Process.
Immortal Witch | Act 40 - You Like Her?
Immortal Witch | Act 41 - Attack in the Forest
Immortal Witch | Act 42 - Sealing
Immortal Witch| Act 43 - Immortal Blood
Immortal Witch | Act 44 - Dance Party?
Immortal Witch | Act 45 - What are u Doing?
Immortal Witch | Act 46 - Core Couple
Immortal Witch | Act 47 - Joint Training
Immortal Witch | Act 48 - Curious
Immortal Witch | Act 49 - Quarrel and Chaos
Immortal Witch | Act 50 - Fairy Girl
Immortal Witch | Act 51 - Uncontrollable
Immortal Witch | Act 52 - First Plan
Immortal Witch | Act 53 - You're Immortal Witch!
Immortal Witch | Act 54 - True Power
Immortal Witch | Act 55 - Question
Immortal Witch | Act 56 - Duty
Immortal Witch | Act 67 - Another Monster
Immortal Witch | Act 68 - Foggy Forest
Immortal Witch | Act 69 - Illusion World
Immortal Witch | Act 70 - Total Suppression
Immortal Witch | Act 71 - Overnight
Immortal Witch | Act 72 - Chasper's Monster?
Immortal Witch | Act 73 - What are u Hiding?
Immortal Witch | Act 74 - Final Exam?
Immortal Witch | Act 75 - Divination
Immortal Witch | Act 76 - Back to Base
Immortal Witch | Act 77 - Dark Hole
Immortal Witch | Act 78 - Spirit POV Eyes
Immortal Witch | Act 79 - Osborne Mansion
Immortal Witch | Act 80 - Adopted Child?
Immortal Witch | Act 81 - Stubborn
Immortal Witch | Act 82 - 5 Day Mission
Immortal Witch | Act 83 - Clare vs Luke
Immortal Witch | Act 84 - Melody
Immortal Witch | Act 85 - Bitter Truth
Immortal Witch | Act 86 - Weiss City
Immortal Witch | Act 87 - Last Problem
Immortal Witch | Act 88 - Monster Side
Epilogue

Immortal Witch | Act 89 - Fight (End)

538 60 0
بواسطة Chintyaboo

Aug Aug Aug

Chasper yang sejak tadi mengikut mulai menggonggong kebarah selatan dimana terdapat seseorang hadir disana.

Mereka dikejutkan dengan penampilan seorang pria dengan jubah hitam yang menutupi penampilannya. Dia membuka tudung dan menampakkan wajah sangar dan tentunya mengejutkan beberapa dari mereka.

"Siapa dia?" Xavier bertanya-tanya.

"Vrochis." Blaire menjawab tepat sasaran. Disini, hanya Blaire dan Luke saja yang mengetahui wujud manusia Vrochis.

Hal yang mengejutkan kambali membuat mereka semua mematung begitu pula dengan Luke yang awalnya bersikap datar. Tampak Clare disisi Vrochis dalam keadaan berdiri dan menunduk tidak sadar seperti posisi Marine dan Clark sebelumnya.

"Clare...."

"Kalian datang tepat waktu, aku membawa kejutan." Vrochis menyeringai sambil melangkah ke arah mereka.

"Sepertinya kau yang terkena jebakan." Luke bicara acuh tak acuh walau dia mengkhawatirkan Clare disana. Dia tahu rencana Clare setelah mendengar ramalan dari Blaire sebelumnya.

"Benarkah? Tapi aku tahu rencananya," katanya menoleh ke arah Clare dibelakangnya kemudian menatap Luke kembali. "Pikiranku dan dia saling terhubung."

Sekarang, Luke tampak tenang dan tersenyum miring. "Kau salah. Pikiranku dan dia yang saling terhubung, bukan kau."

Bukk

Sebuah tangan mendarat di wajah manusia Vrochis yang mengeluarkan sihir merah kemudian sihir merah tersebut mengenai perutnya hingga terpental jauh dan membentur pohon.

Itu adalah Clare. Iris merahnya menatap teman-temannya terutama Luke dan tersenyum padanya begitu pula sebaliknya.

"Bagaimana? Aku tidak terlambat, 'kan?" Clare menghampiri mereka dengan senyuman yang tidak luntur.

"Kau tidak lepas kendali, 'kan? Kau benar-benar Clare?" Zoya membulatkan mata.

Clare terkekeh. "Menurutmu?"

Mereka semua kecuali Luke saling pandang dan melihat Clare tidak percaya. Sayangnya pengaruh Vrochis terhadap Clare masih ada karena Vrochis belum mati.

"Luke, kau utang penjelasan. Bagaimana pikiran kalian saling terhubung seperti yang kau katakan tadi?" Louis menuntut.

"Tanyakan padanya." Luke menggedikkan dagunya ke arah Clare sedangkan gadis itu hanya melotot tidak terima.

Pada akhirnya Clare menyerah dan menjelaskannya, "Ketika aku melacak pikiran Luke beberapa waktu lalu untuk mencari keberadaan darah Vrochis, otomatis pikiran kami saling terhubung saat itu, namun aku lupa menarik kembali sihir pikiranku. Luke memanfaatkannya untuk menyadarkanku tadi pagi. Tapi itu hanya ketika Luke menatap mataku."

Mereka semua menatap keduanya tidak percaya. Hal ini tidak diketahui mereka berenam. Pantas saja Luke tidak mengejar Clare tadi pagi karena mereka sempat bertukar pikiran sebelumnya untuk melakukan rencana ini. Itu juga sebab mengapa Luke terburu-buru meminta Blaire membuka ramalan.

"Aku sudah memancing Vrochis kesini. Kita akan melawannya bersama." Clare menyimpulkan dan beralih pada Vrochis yang kembali bangkit.

"Reuni yang bagus." Vrochis tersenyum miring di kejauhan sana.

Tubuh Vrochis perlahan membengkak menjadi lebih besar. Tubuhnya semakin lama semakin besar meninggalkan wujud manusianya ke bentuk monster mengerikan. Energi gelap menyelimutinya, menyebar ke segala arah sehingga menutupi area mereka agar tidak ada yang bisa pergi selama pertarungan.

Kedelapannya bersiap ketika melihat Vrochis yang sudah dalam bentuk monster yang lebih besar dari sebelumnya. Besarnya mencapai belasan meter disertai erangan keras.

Di belakang kedelapan remaja tersebut, tampak Chasper menggonggong keras dan tubuhnya membengkak menjadi lebih besar. Suara gonggongan imutnya berubah menjadi raungan yang sesekali menggonggong seperti kerberos yang lebih besar.

Roarrrr

Kedua monster meraung keras. Sihir gelap bertaburan menyerang ke delapannya bersamaan dengan berbagai jarum air dari atas bertebaran.

Kedepannya menghindar ke arah berbeda. Louis dan Eryk berteleportasi. Clare dan Jules melesat cepat ke arah Chasper. Blaire menarik Zoya lari menjauh dua monster. Luke dan Xavier menahan serangan sekaligus membuat perlindungan untuk kedepannya.

Sihir merah muncul mematahkan serangan Vtochis hingga terjadi ledakan tepat di wajah Vrochis. Luke dengan pedangnya menghantam tubuh Vrochis begitu juga dengan Jules dan Eryk.

Tanah sekitar Vrochis menjadi larva merah yang panas sehingga membuat Jules termundur karena takut terkena larva. Pasalnya, hanya Jules yang tidak bisa menyerang dari udara.

Ketika Luke dan Eryk menjaga jarak, semburan lava mengenai tubuh Vrochis hingga terdapat luka bakar yang cukup parah nyaris meleleh. Namun, luka itu dengan mudahnya sembuh.

"Bagaimana bisa?" Zoya terbelalak.

"Dia menggunakan regenerasiku," jawab Clare. "Kekuatan kami sudah terbagi." Hal yang membuat Clare heran, Vrochis begitu mudah menggunakan kekuatan Clare padahal Clare sendiri kesulitan mengontrolnya.

"Hahaha."

Hap

"Makan tuh." Zoya mencibir setelah melempar cairan yang pernah dibuat ketika bosan.

"Apa yang kau lempar?" Blaire bertanya.

"Ramuan sakit perut khusus monster." Zoya menjawab dengan polosnya. Ramuan itu bukan sekedar ramuan sakit perut, jika manusia yang meminumnya maka perutnya akan terbakar dan mati, bisa dibilang akan terjadi keracunan makanan. Jika monster yang meminumnya, perut monster itu akan terbakar tapi tidak sampai mati, hanya tersiksa.

"Aku tidak tahu apa itu ampuh atau tidak." Jules tersenyum miris. Ingin sekali dia memukul otak Zoya.

Roarrrr

Vrochis meraung kembali merasa direndahkan gadis itu. Dia melesat menyerang Zoya, namun Blaire langsung menahannya kemudian menendangnya. Sayangnya, tendangan Blaire tidak berarti hingga Vrochis dengan mudah menghempasnya.

Sebuah sinar merah langsung menghantamnya begitu juga sinar biru dari dua sisi yang berbeda. Clare menarik Zoya ke sisinya kemudian melesat dan melancarkan serangan ke arah Vrochis.

Mereka semua menyerang bergantian, tak terkecuali Chasper yang terus mendaratkan cakaran bahkan gigitan maut pada Vrochis.

Darah hitam bersimbah hingga akhirnya Luke berhasil menghentikan regenerasi Vrochis. Dengan api Louis, Vrochis terpojok dan tubuhnya dipenuhi api yang membakarnya.

Aaaaaargh

"Apa dia akan mati?" Jules bertanya-tanya.

Luke menggeleng pelan melihat mata merah Vrochis. "Belum."

Sihir gelap kembali menyebar membelah ke dua arah hingga membentuk sebuah tembok transparan yang dipenuhi kegelapan. Mereka semua menghindari sihir yang tiba-tiba membelah hingga terjatuh ke dua arah yang berlawanan.

Sekarang, delapan menjadi empat. Para gadis dan senior mereka terpisah sedangkan Chasper terkena serangan barusan hingga pingsan.

Luke berusaha menghancurkan dinding begitu juga dengan yang lainnya tapi tidak berhasil. Dia melihat Clare dibalik dinding terduduk memeluk Chasper yang kembali kecil.

"Zoya, dia baik-baik saja, 'kan?" Clare begitu khawatir. Dia merasa gagal melindungi Chasper hingga seperti ini. Andai Chasper tidak ikut mencarinya.

Zoya menjawab, "Luka Chasper tidak buruk. Dia hanya kehilangan banyak tenaga karena menahan serangan Vrochis."

Duarrr

"Hei kalian!" Blaire berteriak memanggil mereka karena berusaha menahan serangan Vrochis yang tiba-tiba.

Pandangan ketiganya teralih ke arah Blaire, Clare meletakkan Chasper ke tempat aman kemudian menutupnya dengan sihir. Setelah mengurus Chasper, Clare kembali pada teman temannya yang sudah menunggu. Terlihat Blaire yang tersungkur karena serangan ketika mereka bertiga datang.

Clare baru menyadarinya. Vrochis membelah dirinya menjadi dua dengan ukuran yang sama. Kini salah satu Vrochis ada di hadapan mereka sedangkan yang satunya melawan para senior.

"Ini buruk," gumam Jules.

Hanya ada Clare sebagai penyerang jarak jauh. Jules jarak dekat. Sedangkan Zoya dan Blaire penyerang mental. Sudah dipastikan Jules yang paling tidak beruntung disini sebagai penyerang jarak dekat dan yang pertama kali mendapat serangan Vrochis. Sedangkan Blaire dan Zoya akan sulit menggunakan kekuatannya pada saat ini.

Di samping itu, keadaan para senior lebih baik karena memiliki dua penyerang jarak dekat dan dua jarak jauh. Mereka bisa bertempur maksimal.

Kedua tangan Clare bersinar merah menyerang Vrochis. Jules dengan pedangnya berkali-kali melancarkan serangan dan menyatu dengan unsur lainnya sehingga tampak Jules yang menghilang lalu muncul kembali demi menghindari serangan.

Zoya mulai mengendalikan pikiran Vrochis. Membuatnya mematahkan tangannya sendiri sehingga membuatnya meraung kesakitan. Clare sudah siap dengan serangan lanjutan. Jarum-jarum berterbangan di sekitarnya dan dikombinasikan dengan kekuatan Blaire sehingga semakin mematikan.

Melepaskan jarum jarum bersamaan hingga menusuki tubuh Vrochis sedangkan Jules langsung ditarik Clare kembali dengan kekuatannya agar tidak kena serangan. Sihir ungu bermunculan di sekitar jarum membuat luka semakin dalam hingga mengenai organ. Terakhir, Clare melancarkan serangan sihir merahnya kembali hingga Vrochis terpental jauh dan dinding pembatas hancur bersamaan dengan kedua Vrochis terluka parah.

Kerja sama ini lebih baik.

"Clare!" Zoya berteriak bahagia melihat tangannya menciptakan sebuah sinar hijau cemerlang. Irisnya bahkan menjadi hijau daun. Bukan hanya Zoya, Blaire dan Jules juga sama. Jules warna orange sedangkan Blaire berwarna violet.

"Sepertinya ini rahasia Luke mendapatkan kekuatan penyihirnya dan mencapai keabadian. Menyatu dengan kekuatan dan mengenalinya, sulit melakukannya." Blaire menyimpulkan.

"Setelah ini semua selesai, kita harus merayakannya!" Jules meninju udara dengan semangat.

"Benar! Kita menjadi genius di generasi ini!" Zoya ikut-ikutan sedangkan Clare hanya tersenyum penuh arti melihat mereka.

"Kalian mencapai keabadian?" Eryk tiba-tiba hadir lewat teleportasi di tengah mereka berempat.

"Tentu saja. Kau?" Zoya mengejek.

Eryk memasang wajah cemberut. "Aku iri dengan kalian. Selain Luke dan Clare, kalian dan Louis sudah mencapai keabadian."

"Louis?" Jules terperangah.

"Apa warnanya?" Zoya penasaran.

"Jingga," sahut Eryk mengerutkan dahi. "Apa itu penting? Yang penting kekuatan apinya meningkat."

"Sudahlah. Aku hanya penasaran." Zoya bicara acuh tak acuh.

"Wah, kalian sudah mencapai tingkat itu?" Xavier ikut datang beserta Luke dan Louis.

Mereka bertiga mengangguk bersamaan dan saling bicara sedangkan Clare menghampiri Louis sambil sekilas melihat ke arah Vrochis. Dia merasa semua ini belum berakhir.

"Menurutmu dia sudah mati?" Luke bertanya. Dia tidak dapat merasakan apapun dari Vrochis yang sudah tergeletak.

Lama berpikir, pada akhirnya Clare bicara sambil menatap Luke. "Luke ... Aku pikir dia belum mati. Ini belum berakhir."

Luke tahu betul Clare dapat merasakannya. Anehnya, pikiran mereka berdua tidak lagi terhubung sehingga Luke tidak tahu apa yang menjadi kegelisahan Clare kali ini.

"Clare! Luke! Sini!" Jules berteriak memanggil mereka berdua.

Mereka berdua saling tatap kemudian menghampiri mereka berenam. Tidak banyak bicara, hanya mereka berenam yang bicara karena merasa masalah telah selesai. Namun, mereka tidak tahu dibalik semua itu masih ada yang menunggu.

"Haha, jadi Louis harus mentraktir kita nanti!" Jules berkata dengan semangat. Dia senang sekali menggoda Louis.

"Clare?" Blaire beralih ke arah dimana Clare berada tadi, rupanya disana hanya ada Luke. Tidak ada Clare. "Luke, kau lihat Clare?"

Menyadari Clare tidak ada disisinya, Luke mulai bingung. Jelas-jelas Clare disebelahnya berdiam diri tanpa pergerakan. Perasaan Luke mulai tidak enak.

Sebuah sihir merah muncul mengelilingi hutan menutupi area seperti dinding transparan merah.

Mereka semua tersentak kaget, kemudian pandangan mereka terarah pada sosok gadis pirang dengan mata hitam legam berdiri seorang diri sejauh 5 meter dari mereka.

"Seharusnya aku tahu ini akan terjadi." Luke masih membeku ditempat. Tidak disangka, dia akan benar-benar melawan Clare melebihi dari sebelumnya.

Enam lainnya juga sama seperti Luke. Padahal mereka sudah berencana liburan setelah mendapat keabadian walau Eryk dan Xavier sedikit terlambat.

"Clare...." Zoya tidak bisa menahan diri. Dia ingin menghampiri Clare dan mencoba kekuatan sesungguhnya untuk membantu Clare, tapi Xavier dan Eryk bersamaan menahan kedua lengannya untuk tidak ikut campur. Mereka tahu Clare lebih kuat dan hanya Luke yang bisa melawannya.

Jiwa Vrochis telah berhasil menyatu dengan jiwa Clare. Kedua kekuatan bersatu menciptakan sebuah sihir terkuat dan keabadian yang nyata. Clare tidak bisa mati setelah semua ini jika jiwa Vrochis masih ada dalam tubuhnya.

"Clare, kau mendengar kami?" Jules berusaha menyadarkan Clare dari jauh namun Clare yang jiwanya dikuasai Vrochis itu hanya diam menatap mereka tajam.

Clare yang dikendalikan melangkah dengan langkah cepat ke arah mereka bertujuh. Kedua tangannya memunculkan sihir merah yang siap melakukan penyerangan apapun yang terjadi.

"Clare!"

"Dia bukan Clare." Luke bicara dengan dingin. Dia tahu itu bukan Clare, namun dia masih enggan menyerangnya atau bahkan membunuhnya seperti yang dipesankan Clare kemarin.

"Jika terjadi sesuatu padaku, bunuh aku."

Kalimat itu terus terulang membuat Luke frustrasi. Dia sudah tahu hal ini akan terjadi, tapi dia tidak siap. Dia akan siap untuk membunuh ribuan monster atau bahkan manusia sekalipun, tapi tidak akan siap menghadapi Clare.

Sebuah sinar merah yang terlihat seperti syaatan pedang melayang ke arah mereka bersamaan dan tepat mengenai mereka semua sampai tersungkur bersamaan.

Dalam sekejap, Clare sudah menghilang dari pandangan mereka. Luke bangkit, mencari keberadaan Clare dan menemukan sosok gadis pirang di udara menatap mereka dengan tatapan dingin.

Luke tidak bisa menahan lagi. Dia harus melakukan sesuatu sebelum Clare menghancurkan segalanya. Ini misi sebenarnya dan alasan kenapa penyihir abadi harus diawasi selama ini.

Keduanya melakukan serangan diudara. Merah dan biru saling berlawanan menciptakan ledakan disekitar hutan dan mengejutkan burung-burung hingga berterbangan. Burung-burung yang terkejut menarik perhatian termasuk dalam pengelihatan Profesor Armstrong di akademi.

Sihir merah semakin membesar. Keenam remaja yang masih di tanah tiba-tiba terbangkan, melayang diudara dalam keadaan sinar merah yang melingkari leher mereka bersamaan.

Mereka telah sekarat.

Clare tampak tidak manusiawi membiarkan mereka semua tercekik dan menendang-nendang udara dibawah. Luke tidak bisa diam lagi melihatnya. Dia kembali melancarkan serangan pada Clare agar mau melepaskan mereka, namun serangannya selalu meleset seakan Clare telah tembus pandang.

"Sudah kubilang, kau tidak bisa melakukannya." Clare yang dikuasai monster berbisik di telinga Luke kemudian menghilang kembali.

Luke hanya diam, tidak mendengarkan ucapan gadis tersebut. Dia tetap pada tempatnya merasakan perpindahan Clare yang tidak beraturan dan terus memancing emosinya.

Bayangan Clare terus bermunculan hingga akhirnya, Luke mulai bergerak. Tangannya tepat mencengkram leher Clare hingga Clare dipaksa diam diudara bersama dengan Luke yang mencekiknya.

"Lepaskan mereka," ucap Luke datar.

Luke tidak menatap Clare. Pikirannya dipenuhi keraguan dan tidak berani menatap gadis yang dia cekik itu. Dia takut jika melihat Clare, hanya akan ada rasa bersalah.

Clare yang dikuasai melihat keraguan Luke tertawa. Seakan cekikan itu tidak mempengaruhinya padahal tubuhnya sudah membeku karena Luke. Dia punya rencana lain.

"Aku tidak sebodoh itu," katanya kemudian memutar lengan Luke dan menendangnya ke tanah.

Tendangan itu terlalu keras sehingga Luke tidak bisa menahannya dan jatuh ke tanah disertai dengan dentuman keras. Keenam temannya melihat dengan panik, mereka berenam tidak bisa melepaskan diri dari sihir merah yang terlalu kuat. Bahkan dengan kekuatan teleportasi, itu tidak mungkin.

Langit semakin gelap. Clare di udara lama menatap kegelapan dengan tatapan datar. Mata hitamnya berubah. Kepalanya terasa terbentur ribuan kuali. Dalam sekejap, perisai sihirnya hilang, begitu juga cekikan keenam temannya sehingga keenam remaja itu berjatuhan ke tanah.

Kepalanya terasa berat. Bahkan tubuhnya mulai oleng terutama ketika iris merahnya kembali menguasai matanya. Melihat teman-temannya tergeletak lemah. Luke sudah kembali bangkit, tapi dia juga sama seperti yang lainnya.

Kesadaran Clare setengah kembali hanya sebentar. Dia dapat melihat segalanya. Perasaan bersalah menghujamnya bertubi-tubi.

"Maaf...." Clare menutup mata. Ketika membuka mata kembali, matanya menjadi hitam tanda monster mengendalikannya lagi.

Luke melihat keadaan Clare dengan jelas. Bahkan dapat mendengar bisikannya sebelumnya. Dia tahu, Clare masih hidup. Itu sebabnya dia tidak tega menyakitinya meski dirinya harus terluka.

Di bawah Clare yang melayang di udara, terdapat lubang hitam yang pernah diperiksa sebelumnya. Clare berusaha mengambil alih kesadarannya kembali berusaha meluruskan rencananya agar tidak berbelok. Dia tahu hal ini akan terjadi.

"Tidak...." Blaire teringat ramalannya. Ramalan dimana akhir dari Clare. Ini tidak bisa dibiarkan!

"Blaire, ada apa denganmu? Apa yang akan dilakukan Clare?" Zoya bergetar. Dia bahkan tidak bisa berpikir jernih setelah cekikan itu nyaris membunuhnya.

Sinar merah mengelilingi tubuh Clare. Gadis itu menutup mata, membiarkan sinar merah meredup perlahan dan menenangkan dirinya sendiri. Dia masih sekuat tenaga mengambil alih tubuh walau merasakan sakit kepala berlebih.

"Tidak ... Clare!" Jules mengerti apa yang akan dilakukan Clare. Dia berlari ke arah Clare, namun sebuah pembatas transparan merah muncul menjadi dinding pemisah antara daerah lubang dan teman-temannya.

Jules berusaha menghancurkan pembatasnya begitu juga yang lain yang mulai bangkit. Dinding pembatas terlalu kuat sama seperti dinding pembatas milik Vrochis.

"Clare!" Zoya berusaha sekuat tenaga. Kekuatannya tidak bisa menembus dinding hingga membuatnya nyaris pasrah.

Clare tetap menutup mata disertai air mata yang menetes. Kegelapan menguasainya dan melepaskan segala sihirnya yang mengakibatkan dinding pembatas melemah. Namun, semakin sihirnya melemah, tubuhnya semakin melemah diatas lubang hitam.

Luke yang masih berusaha menghancurkan dinding pembatas, menyadari kelemahannya. Dia menggunakan kekuatan bawaannya dan berhasil menembus dinding pembatas walau tidak menghancurkannya.

"Luke, bagaimana kau...." Xavier terperangah begitu juga yang lain. Mereka lupa kalau dinding itu adalah sihir dan sihir tidak terlalu mempengaruhi Luke.

Luke mengabaikan tatapan mereka sedangkan Zoya masih menangis di tanah sambil memukul mukul dinding pembatas. Melihat tubuh Clare melemah dan meluncur kebawah tanpa tenaga, Luke langsung menangkap lengannya hingga menggantung ke bawah.

"Clare ... Aku mohon." Ini kali pertama Luke memohon pada seseorang. Dia tidak ingin Clare pergi begitu saja.

Clar membuka mata. Menatap iris biru Luke menatapnya dalam sedangkan tangannya berusaha mengangkat Clare. Namun sesuatu seakan menarik Clare semakin memasuki lubang.

"Luke ... Lepas, kau akan jatuh."

Luke tidak peduli. Dia tidak ingin Clare pergi dalam keadaan seperti ini. Dua beesumpah untuk melindungi Clare selama sisa hidupnya, dia tidak akan semudah itu melepaskan Clare.

"Maaf menyusahkanmu selama ini. Aku tidak akan melupakanmu ... Dan kalian semua." Clare tersenyum tipis. "Aku mencintaimu."

"Aku mencintaimu." Luke mengeratkan pegangannya dan merasa tangannya berkeringat. Dia semakin takut.

Tepat setelah mengatakannya, Clare menggunakan sihirnya yang tersisa mendorong Luke jauh hingga mencapai dinding pembatas.

Dinding pembatas hancur membebaskan mereka berenam dan langsung ke bibir lubang. Clare semakin jauh menatap langit gelap. Semakin lama semakin jauh hingga dipenuhi kegelapan.

"Clare!" Para gadis berteriak dan berusaha mencari keberadaan Clare melalui kekuatan pikiran mereka. Tapi tidak berhasil.

"Blaire, katakan Clare baik-baik saja!" Jules menuntut. Dia tahu Blaire telah melihat sesuatu sebelumnya dan itu pasti berhubungan dengan Clare.

Blaire tidak menjawab. Dia hanya menatap kosong lubang hitam dengan air mata yang menetes ke wajahnya. Sedangkan Zoya sudah terduduk di tanah sambil menangis dan berusaha ditenangkan dua pria dibelakangnya.

Jules tampak frustrasi. Dia melihat Luke yang tidak sadarkan diri terkena serangan Clare sebelumnya hingga menyebabkan dinding pembatas rusak.

"Kenapa?!" Air mata mulai menetes setelah sekian lama. Jules tidak menginginkan hari ini terjadi. Padahal dia ingat betul baru bertemu dengan Clare di hutan ketika diserang ular dan memamerkan keahlian senjatanya. Jules tidak percaya ini.

Semuanya juga begitu. Terdiam dalam kesedihan dan mengenang masa lalu dimana kebersamaan mereka yang awalnya saling bertengkar menjadi saling bekerja sama. Itu tidak akan pernah terlupakan.

TAMAT



























***

















Belum deng :v
Masih ada satu bagian lagi yang terlewat.

***

Seoul, South Korea.

Salju pertama menghujani Kota Seoul dibawah berbagai aktivitas sehari-hari warga Korea. Gedung-gedung pencakar langit disertai layar iklan memenuhi kota metropolitan yang tampak ramai akan mobil dan pejalan kaki berlalu lalang.

Langit sudah gelap sehingga kota tampak bersinar dengan berbagai cahaya yang datang dari layar iklan dan kendaraan beserta lampu baik Lampur jalan maupun lampu apartemen.

Dibawah salju yang turun, tampak seorang pria keluar dari sebuah gedung dengan wajah datarnya berjalan di trotoar. Dia sudah terbiasa dengan tatapan para gadis yang tampak meleleh melihatnya.

Kecuali satu orang.

Gadis pirang yang tampak melihat-lihat papan iklan yang baru saja dipasang disebuah toko dengan iris merahnya.

"Kau datang. Aku sudah lama menunggu," kata gadis tersebut kemudian menoleh ke arah sang pria dengan senyuman kecut. "Kau lama sekali."

Iris biru Luke melebar melihat sosok yang dia rindukan selama beberapa tahun terakhir. Ingin berpikir bahwa ini adalah mimpi, sayangnya ini bukan mimpi ataupun ilusi.

Langkah Luke melebar dan mendekap gadis yang selama ini dia rindukan. Gadis yang membuatnya terus merasa bersalah dan menghabiskan waktu sebagai pemberantas monster tanpa henti, kini sudah ada didekatnya kembali.

"Aku merindukanmu, Clare."

TAMAT

Huaaa, terima kasih yang sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita yang cukup membosankan ini.

Nggak nyangka, kan, sama endingnya. Aku sendiri tidak menyangka setelah lama memikirkan ending yang awalnya terbelit-belit kemudian aku ringkas hingga terjadilah alur yang seperti itu.

Masih ada Bab Epilog sebagai penjelasan bab ini.

Tetap Stay Tuned!

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

23.8K 3.8K 94
Trea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia ad...
51.1K 6.5K 31
-Paranormal - Kontemporer Fantasy- 16+ "Bukan! Bukan seperti itu. Lihat caraku melakukannya." Seperti mengajarkan seorang balita, Zac harus mempe...
24.2K 5.5K 69
Sharley tak pernah berpikir kalau perjuangannya bisa sepanjang ini. Selepas dia menjelajahi waktu dan membuat darah Mezcla di tubuhnya musnah, dia ha...
The Shadow Prince بواسطة ヽ(`д´;)/

الخيال (فانتازيا)

647K 48.1K 32
[Coming soon in book version] Matteo Haze atau lebih dikenal sebagai putra tunggal Kaisar Yohan dan Permaisuri Lana yang dapat ditemui di novel lain...