Cinta itu semakin tumbuh jika sering bersama
Zivanya Melka
🍃🍃
Hari sabtu adalah hari yang di tunggu oleh kebanyakan murid, karena setelah hari itu mereka bisa mengistirahatkan otak mereka, main ke tempat biasa nongkrong, berlibur, atau hanya sekedar tidur sepanjang hari. Risa dan Vanya telah mengumpulkan tugas sejarah mereka dan bersiap menyambut liburan. Ya, walaupun libur dua hari, sudah membuat mereka kegirangan.
"Lo yakin mau di rumah aja, Nya?"
Vanya mengangguk, "Gimana lagi, gue harus jagain adik gue, bawain oleh-oleh ya."
"Iya, gue bawain yang banyak." Risa nyengir.
"Hati-hati lo sama Revan."
Risa menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa?"
"Ya lo di zona bahaya, lo liburan sama dia, pasti akan terjadi banyak hal, yang bisa aja bikin lo tambah bucin sama dia." Vanya merapikan bukunya dan memasukkan ke dalam tas.
"Enggak, lagian kita bertiga kali Nya sama kak Nadia juga."
"Gue harap lo bisa jaga perasaan Ris, cinta semakin tumbuh karena sering bersama. Gue gak mau lo sakit hati, gue tau fans nya Revan banyak, tapi lo juga harus ingat dia sudah punya pacar."
Risa menunduk, Vanya benar. Ketika bersama Revan, kadang ia lupa bahwa cowok itu sudah memiliki pacar.
"Gue ngerti kok, tenang aja." Risa tersenyum pada Vanya.
🍃🍃
Risa menggerakkan tubuhnya tidak nyaman, beberapa kali ia meremas kedua tangannya, menggerakkan kakinya dan memandang ke segala arah. Kini ia berada di dalam pesawat, sebentar lagi pesawat akan segera take off. Dan sialnya lagi ia duduk di sebelah Revan.
"Lo kenapa? Gue risih." Revan menatap Risa tak nyaman.
"Gak usah lihat gue." Risa berusaha menyembunyikan kegugupannya.
"Takut?"
"Hah, yang benar saja." Shit, kenapa gue gak jujur, gue beneran takut, batin Risa.
Ini bukan pertama kalinya Risa naik pesawat, tapi Risa memang takut saat pesawat mulai take off. Setelah itu dia bisa menyesuaikan diri. Biasanya ada ibu, ayah atau Gavin yang memegang tangannya. sekarang? Sepertinya Risa harus berusaha sendiri mengendalikan ketakutannya.
Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan Sriwijayan Air dengan tujuan Penerbangan Yogjakarta. Penerbangan akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dan 10 menit, dengan ketinggian jelajah 35 ribu kaki di atas permukaan air laut.....
Suara announcement dari Paramugari membuat Risa semakin gugup. Revan melirik ke arah Risa, ia tau gadis di sampingnya ini sedang menahan rasa takutnya.
"Sok berani!" Revan menarik tangan kanan Risa dan menggenggamnya.
Risa kaget langsung menatap ke arah Revan.
"Apa..gue berani kok." Risa menarik tangannya tapi Revan justru menggengamnya lebih erat.
"Ck, masih berlagak sok berani."
Risa menoleh ke cendela, menghindari tatapan Revan.
"Makasih."
Revan tersenyum. Melirik ke arah Risa yang masih menatap cendela. Risa merasa sangat nyaman sekarang, genggaman Revan terasa hangat, sangat hangat.
Pesawat landing di bandara Adi Sucipto International Airport pukul 18.10 WIB. Nadia langsung memesan taksi online untuk mengantarkan mereka menuju Hotel.
Risa, Revan dan Nadia memasuki hotel. Dua kamar telah di pesan atas nama Nadia. Risa dan Nadia tidur di kamar yang sama, sementara Revan di kamar sebelahnya.
"Istirahat sebentar trus kita jalan-jalan malam Ris." Nadia merapikan batang-barangnya.
"Mau kemana kak?"
"Makan malam sekalian ke Malioboro dong Ris."
"Wah asiik banget," ucap Risa semangat.
"Telepon Revan dong Ris, bilangin suruh siap-siap."
"Gak punya nomernya kak."
"Hah? Yaudah catet, dan telepon." Nadia mendikte nomer Revan. Risa segera mencatat di handphone nya.
Hallo - Risa
Siapa? - Revan
Gue! lo di suruh kak Nadia siap-siap, nyari makan dan jalan-jalan - Risa
Males - Revan
Di marahin kak Nadia loh - Risa
Bodo amat - Revan
Bangke - Risa
Gue mau tidur - Revan
Dih, tidur mulu - Risa
Terserah gue - Revan
Lo yaa.. - Risa
Bye - Revan
Revan memutus sambungan telepon. Risa kesal dan tidak habis pikir dengan manusia batu itu.
"Ih kesel gue, pantesan gak asik banget di ajak jalan-jalan," monolog Risa.
"Mau?" teriak Nadia, ia baru saja keluar dari kamar mandi.
"Gak kak, mau tidur katanya."
Nadia menghela napas pendek, "Selalu seperti itu tiap di ajak liburan."
"Pantesan garing." Risa dan Nadia tertawa.
Risa dan Nadia bersiap untuk wisata malam, mereka tidak peduli Revan ikut atau tidak, dua gadis ini terlalu semangat untuk menghabiskan waktu menikmati keindahan Yogjakarta. Mereka keluar dari kamar hotel, Risa dan Nadia terkejut Revan sudah ada di depan kamarnya.
"Ngapain? Lama banget," runtuknya kesal.
"Katanya gak ikut?" ucap Nadia.
"Gak jadi ngantuk."
"Heleh, paling juga takut sendirian di hotel," Risa mengejek.
"Emang lo? Sama tinggi aja takut, pantesan lo pendek," ejek Revan.
"Heeeh, kurang ajar, kak Nad lihat tuh body shaming lagi, sini lo gue pukul heh." Revan berlari keluar, disusul Risa yang mengepalkan tangannya ke udara.
Nadia tersenyum. Ia mengambil handphone nya, menekan sebuah nama dan melakukan panggilan.
"Rencana pertama berhasil."
"...."
"Oke siaap."
Nadia menutup handphone nya dan menyusul Risa dan Revan.
🍃🍃
Risa, Revan dan Nadia makan di sekitar jalan Malioboro sambil menikmati suasana malam disana. Banyak wisatawan berlalu lalang. Di jalan ini memang selalu ramai setiap malam.
Selesai makan mereka menjelajah di sepanjang jalan Malioboro. Nadia begitu semangat memasuki area pertokoan yang menjual baju-baju dan pernak penik lainnya. Risa yang memang tidak terlalu suka belanja hanya mengikuti Nadia.
"Yang ini bagus Ris?" Nadia menunjukkan kulot bermotif batik.
"Bagus kak."
"Perasaan dari tadi komentar lo bagus semua Ris."
"Hehe, ya memang bagus kak,semua baju cocok di pakai kak Nadia." Risa bingung harus berkata apa lagi. Selera fashion nya amatlah buruk, dia hanya tau kaos, celana dan seputar itu saja, karena itu yang sering ia pakai. Seperti sekarang, ia pakai kaos dan celana joger, sementara Nadia? Jangan di tanya, dia mah anak hits yang fashionable.
Revan menarik tangan Risa, ia tahu gadis itu bosan.
"Ikut gue!"
"Hah, kemana?" Revan menarik tangan Risa keluar dari toko.
"Kak Nadia gimana?"
"Udah gue chat."
Risa mengangguk dan mengikuti langkah Revan. Ia berhenti di kerumunan orang-orang yang menyaksikan musik angklung. Mereka menikmati musik jalanan yang di suguhkan. Risa melirik ke arah Revan dan melihat cowok itu tersenyum melihat pertunjukan di depannya.
Kok cakep, astagaa Ris, lo kenapa terpesona begini, Risa menggeleng dan memukul kepalanya.
"Lo kesambet?" tanya Revan.
Suara Revan mengagetkan Risa, "Oh.. Gak."
Anjir, gue ngapain dah, batin Risa.
"Ngapain mukul kepala?"
"Oh, nyamuk."
Gue ngomong apa sih? batin Risa.
"Lo beneran lagi gak kesambet? Atau mendadak bego?"
Risa melotot pada Revan dan memukul lengannya, "Enak aja kalau ngomong." Risa mendengus kesal.
"Lo duduk di sana, gue mau beli minum." Revan menunjuk kursi kosong pinggir jalan. Di pinggir jalan tersebut memang ada area khusus untuk pejalan kaki dan terdapat kursi-kursi untuk duduk. Risa mengangguk.
Tbc