Hari Pertama,
setelah menguping percakapan rahasia.
Clare memeriksa tiap sudut ruangan Luke tanpa melewatkan apapun. Bukan hanya ruangan Luke, melainkan seluruh asrama selagi mereka bertujuh sedang diluar.
Mengingat percakapan teman temannya tadi membuat Clare semakin gelisah. Dia tidak bisa berhenti memikirkan nasib orangtuanya. Akal sehat Clare sudah hilang!
Clare mengacak acak rambutnya frustrasi karena tidak menemukan apa yang dia cari sejak tadi. Ini sudah malam, Clare sudah sangat lelah untuk ini semua.
"Thumbelina!" Clare memanggil Thumbelina dengan telepati. Dalam sekejap, Thumbelina melesat hadir kehadapan Clare dengan mengepakkan sayapnya.
"Clare memanggil Thumbelina? Ada yang bisa Thumbelina bantu?"
"Carikan benda ini." Clare menunjukkan bentuk botolnya melalui ingatannya pada Thumbelina. Ini mudah saja dilakukan seperti mentransfer ingatan.
"Apa itu?" Thumbelina bertanya.
"Kau tidak perlu tahu. Ingatlah, jangan beritahu siapapun baik temanmu ataupun temanku." Clare menegaskan.
"Siap!" Thumbelina membentuk tangan hormat kemudian melesat terbang mencari diseluruh tempat.
Clare menghela napas. Dia harus membereskan asrama dan kembali ke kamar sebelum teman temannya dan Luke kembali ke asrama.
Clare menggunakan kekuatannya kembali untuk membuat asrama seperti semula. Benda benda melayang diudara dan kembali ke tempat asal sebelum di obrak abrik oleh Clare demi mencari sebuah botol kecil.
Setelah selesai merapikan asrama, Clare kembali ke kamarnya dan mengurung diri disana.
Hari Kedua,
malam hari dimana semua orang sudah tidur.
Clare terbangun di tengah malam berniat melakukan rencana yang dia susun tadi pagi. Malam ini, dia tidak akan mencari keberadaan botol darah itu seperti kemarin, melainkan menggunakan cara yang lebih ekstrem. Butuh nyali untuk melakukannya.
Sebelum keluar dari kamar, Clare mencoba memeriksa sekitar untuk memastikan bahwa semua orang sudah tidur. Dia kembali mengaktifkan mata jiwa yang keluar melalui lubang kunci menelusuri ruangan asrama.
Mata jiwa memasuki sebuah lubang kunci sebuah pintu. Tampak sosok pria tengah tidur di ranjang dengan tenangnya tanpa merasakan kehadiran energi yang masuk.
Clare menarik kembali mata jiwanya setelah yakin targetnya sudah pulas kemudian beranjak dari kasur. Kali ini, rencananya harus berhasil. Demi Marine dan Clark.
Perlahan pintu terbuka, Clare pelan pelan berjalan ke arah kamar Luke yang menjadi targetnya untuk mencari keberadaan botol darah. Ini memang ekstrem dan Clare berharap Luke tidak menyadari kehadirannya.
Setelah berhasil masuk kedalam kamar Luke, Clare berjalan sangat pelan sampai di sebelah ranjangnya. Clare berjongkok, melihat wajah Luke yang terlihat polos ketika tidur.
Tanpa disadari Clare tersenyum melihat wajah Luke yang polos, tidak datar seperti yang sering dia lihat. Ingin sekali Clare mengusap wajahnya tapi tindakannya terhenti seketika ketika mengingat tujuannya kesini bukan untuk bersenang senang.
Clare mengubah arah tangannya yang awalnya ke rahang Luke menjadi ke dahinya. Sebuah sinar emas muncul di jari telunjuk Clare yang menempel di dahi Luke, sungguh Clare berharap Luke tidak bangun hanya karena hal ini.
Iris mata Clare berubah menjadi emas. Pandangannya tidak lagi seorang pria yang sedang tidur melainkan klip kejadian yang terundur sampai ketika Luke menghentikan Clare yang ingin minum darah.
"Aku tahu kau membuntuti ku sejak tadi."
"Kenapa harus dia?"
"Dulu aku menginginkan Armstrong, tapi dia terlalu tua dan lemah sekarang. Clare lebih cocok untukku. Jika kau ingin menggantikannya juga tidak masalah. Aku lihat kau sudah mencapai keabadian di usia muda, itu lebih mengagumkan dibanding pak tua itu. Begini saja, dalam lima hari aku memberi kalian kesempatan, salah satu dari kalian harus meminum itu atau aku akan langsung membunuh mereka. Jika kalian patuh, aku akan membebaskan mereka."
"Aku tahu kau tidak percaya. Pikirkanlah sekali lagi."
Clare tersentak kaget ketika menyadari Luke menggenggam lengannya. Aksinya gagal seketika karena Luke terbangun. Clare tidak bisa melacak ingatannya lebih jauh terutama tentang dimana Luke meletakkan botol darah itu.
Luke duduk di pinggir ranjang, tepatnya didepan Clare yang masih merenung karena terkejut.
"Clare? Kamu belum tidur?"
Clare menatapnya kosong. Dia bingung harus mencari alasan apa. Semua alasan yang ada dipikirannya tidak masuk akal sehingga Clare tidak berani bicara. Otaknya blank karena misinya gagal lagi!
Bagaimana Clare menjelaskannya? Clare benar benar bingung. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa Clare tidur berjalan, kan?
"Aku mimpi buruk ... Aku takut dan mencari Zoya...." Clare tidak tahu kalimat itu terlontar begitu saja.
Justru itu semakin aneh. Bahkan Clare berpikir dirinya mulai bodoh. Daripada tidak ada alasan, lebih baik melanjutkan kalimat yang dilogiskan walau tidak logis.
Tapi apa hubungan Zoya dengan Luke! Kan Clare nyari Zoya, kenapa malah pergi ke kemar Luke! Ingin sekali Clare memukul kepalanya sendiri.
"Aku tersasar." Tidak tahu lah, itu terlontar begitu saja membuat Clare ingin menangis. "Aku pikir ini kamar Zoya. Pandanganku sedang tidak baik karena mimpi buruk, jadi salah arah."
Clare mencaci dirinya sendiri dalam hati. Bisa bisanya mengatakan omong kosong sepanjang itu didepa Luke. Tentu Luke sudah menebak kebohongan Clare dari awal. Bodohnya!
Luke tersenyum tipis. "Kau sedang mengigau." Dia mengusap wajah Clare. "Tidurlah."
"Iya, ngigau," gumam Clare tersenyum miris. Untung saja Luke berpikir seperti itu atau tamatlah riwayat Clare.
Luke menggeser tubuhnya dan membiarkan Clare tidur disebelahnya. Awalnya, Clare merasa sedang sial karena ketahuan. Tapi, sepertinya ini kesempatan emas.
Setelah Luke tidur nanti, Clare bisa mengambil kesempatan melacak ingatannya tentang botol darah tanpa harus takut ketahuan. Memikirkan itu, membuat Clare lega.
Sepanjang malam Clare terjaga karena memikirkannya. Tapi tidak mendapat kesempatan karena tiap kali Clare ingin melakukan aksi, Luke mengetahuinya. Clare ragu Luke hanya menganggapnya mengigau. Memang Clare merasa sedang bodoh hari ini.
Hari ketiga,
Clare terbangun kembali ketika mengingat misinya untuk melacak ingaran Luke. Dia tidka boleh melewatkan kesempatan ini selama Luke masih tertidur disebelahnya. Sebentar lagi pasti Luke akan bangun sedangkan Clare sangat mengantuk sampai matanya seperti mata panda.
Clare melakukan hal yang sama seperti semalam. Ketika sedang melacak ingatannya, entah kenapa tidak ada hal apapun yang berkaitan dengan botol darah. Apa yang terjadi? Apa yang dilakukan Luke?!
Clare menarik tangannya kembali dengan raut wajah masam. Percuma saja dia tidak tidur demi mencari tahu, rupanya Luke sudah tahu apa yang sedang Clare lakukan sehingga menghapus ingatannya sementara tentang botol darah.
Ini buruk bagi Clare. Dia sama sekali tidak mendapat informasi apapun setelah berjuang mati matian!
Clare sudah sangat lelah semalaman tidak tidur demi melacak ingatan Luke. Ingin sekali Clare menangis.
Hari keempat,
"Clare!" Thumbelina berteriak memanggil Clare yang masih mengurung diri di kamarnya. Ini sudah hari keempat, hari yang membuat tingkat frustrasi Clare meningkat drastis karena besok sudah hari penentuan.
"Aku sudah menemukan botolnya!"
Mata Clare menjadi cerah seketika dan keluar dari ranjangnya menghadap Thumbelina yang masih terbang di depan pintu.
"Dimana itu?"
"Di laci lemari Luke terdapat sebuah kotak. Aku tidak bisa mengambilnya karena ada sesuatu yang menghalanginya."
Apapun yang menghalanginya, Clare tidak peduli. Yang penting dia sudah menemukan botol darah yang selama ini dia cari sampai tidak bisa tidur seharian.
Tanpa mendengarkan perkataan selanjutnya dari Thumbelina, Clare langsung pergi begitu saja ke arah kamar Luke. Untung saja Luke sedang diluar bersama dengan yang lain dan hanya Clare sendiri disini. Clare harus mendapatkannya.
Sampai di kamar Luke, dia langsung membuka kotak yang dimaksud Thumbelina. Itu memang berisi sihir penghalang yang kuat sehingga membuat Clare semakin yakin kalau itu adalah botol darah Vrochis yang selama ini dilindungi dari pemburu seperti Clare.
Clare mengeluarkan sihirnya untuk membuka segel tersebut secara paksa. Masa bodo ketahuan, Clare sudah memutuskan untuk pergi setelah mendapatkannya.
Segel rusak seketika. Clare dapat mengambil isi dari kotak tersebut yang merupakan botol yang selama ini dia cari. Akhirnya Clare bisa bernapas lega setelah lama mencarinya.
Dengan segera,Clare menutup kembali lemari dan keluar dari kamar Luke. Clare mengenakan jaket hitamnya kemudian keluar dari asrama.
"Clare, kamu ingin kemana?" Thumbelina tiba tiba hadir didepannya dengan raut bingung.
"Katakan pada mereka, aku akan kembali nanti." Setelah itu, dia langsung buru buru pergi keluar markas.
Bahkan Chasper yang sejak tadi menontonnya hanya diam didepan pintu menatap kepergian Clare.
***
"Proses pertukaran jiwa yang dimaksud adalah dengan mencampurkan darah ke tubuh inang. Darah inang harus lebih kuat dari darah monster karena jika tidak, inang itu akan langsung dikendalikan saat itu juga. Jika sebaliknya, tubuh inang akan baik baik saja dan perubahan terjadi secara perlahan." Kata nenek tua itu menjelaskan jawaban dari pertanyaan mereka.
"Bagaimana cara menghentikannya?" Zoya bertanya dengan serius. Jarang jarang kan Zoya seserius ini.
"Tidak ada yang bisa menghentikannya jika kedua darah sudah tercampur. Sudah ribuan tahun kasus ini selalu berakhir buruk. Jika ingin menggantikannya, maka lakukan sejak awal dengan membunuh monster itu."
"Tapi ... Vrochis sulit dibunuh." Jules menunduk sedih. Sepanjang hari dia memikirkannya dan melihat keadaan Clare yang kacau. Da tidak kuat melihatnya sehingga memutuskan berada di luar markas.
"Tidak ada yang benar benar abadi di dunia ini. Untuk membunuh monster yang menyerahkan darahnya dengan niat pertukaran jiwa, maka harus mendapatkan inang abadi lain dan membunuhnya. Pada umumnya, setelah kedua darah bersatu maka nyawa mereka menjadi satu juga."
Mereka bertujuh terdiam beribu bahasa. Apa mereka harus mengorbankan hal lain? Apa yang harus mereka korbankan? Clare tidak akan pernah setuju dan akan sangat marah jika mengetahuinya.
Di Aternum World hanya Nenek ini, Clare, Luke, dan Profesor Armstrong yang memiliki kekuatan penyihir sempurna. Tidak ada lagi yang bisa melakukannya. Clare juga tidak akan mengizinkan siapapun berkorban.
"Apa tidak ada solusi lain? Tidak harus mengorbankan sesuatu juga, kan?" Eryk bertanya.
"Segala sesuatu harus ada pengorbanan. Ini dunia keabadian, Aternum World. Untuk mendapatkan sesuatu, tidak ada yang gratis."
Setelah mendengar penjelasan nenek yang merupakan penyihir seperti Profesor Armstrong yang tersisa, mereka kembali ke mobil yang terparkir dihalaman kedai si nenek.
Nenek itu memiliki kedai barang antik sebagai tempat tinggalnya karena tidak ingin menonjol. Itu sebabnya jarang ada yang mengetahui kehadirannya.
"Aku yakin masih memiliki solusi lain." Blaire tiba tiba bicara ketika mereka hendak masuk kedalam mobil.
"Kau mengetahui sesuatu?" Luke bertanya.
Blaire terdiam memikirkannya. Dia ingin memberitahu ramalan itu, tapi sepertinya hanya akan memperburuk keadaan. Ramalan mengatakan hal yang tidak diinginkan tanpa ada solusi.
"Blaire?" Zoya memperhatikannya dengan seksama.
Blaire tidak menjawab mereka dan langsung masuk ke dalam mobil begitu saja. Sikap Blaire membuat mereka curiga bahwa Blaire mengetahui sesuatu yang tidak diketahui mereka.
Mereka kembali ke markas. Sepanjang jalan, mereka semua hanya diam tanpa ada satupun percakapan dalam mobil hingga akhirnya sampai di markas. Markas tampak sangat sepi seakan tak berpenghuni.
"Clare tidak ada disini." Zoya memberitahu setelah merasakan ketidak hadiran Clare.
"Kemana dia?" Eryk bertanya tanya.
Tepat ketika pertanyaan itu terlintas, Thumbelina terbang ke arah mereka bersama dengan peri lain yang kebetulan sedang bermain main.
"Hei! Kau curang!"
"Kalian tahu dimana Clare?" Tiba tiba Jules bertanya membuat peri peri itu mengalihkan perhatian ke arah mereka.
"Clare pergi dua jam yang lalu dengan terburu buru. Katanya akan kembali nanti." Thumbelina memberi pesan Clare. Dia sendiri heran kenapa Clare bisa terburu buru seperti itu. Apalagi perginya tanpa berkendara dan sangat ekstrem alias terbang.
Jules terbelalak. "Terburu buru? Luke—"
"Sepertinya dia sudah menemukannya," sela Luke yang wajahnya itu sama sekali tidak berubah sejak tadi.
"Jadi...." Ucapan Zoya menggantung dan mengeluarkan botol kecil berisikan darah hitam dari sakunya.
Luke bicara, "Dia tidak sebodoh itu. Clare akan kembali sesuai yang dia katakan."
Di lain tempat tepatnya disebuah rumah dua lantai yang tampak kosong tak berpenghuni, sosok gadis pirang yang sejak tadi memperhatikan botol kecil di tangannya, matanya menjadi emas seketika.
Dia menutup telapak tangannya, menggenggam kuat botol kecil tersebut dengan kuat. Sangat kuat sehingga botol tersebut menjadi serpihan emas yang mengeluarkan cairan hitam dari sela sela tangannya.
To be continued
09/09/2021