Semua karena terbiasa
Rasa itu muncul karena sering bersama
🍃🍃
Flashback 2 tahun yang lalu,
Risa menguap lebar, upacara penerimaan siswa baru di SMA Dirgantara bhakti membuatnya bosan. Risa menggaruk kepalanya, menoleh ke kanan kiri. Ia yang berdiri paling belakang karena terlambat, bahkan belum mengenal teman-teman sekelasnya.
Beberapa saat kemudian, datang seorang gadis berambut panjang dengan poni menutupi dahinya.
"Lo telat juga, 'kan?" tanyanya.
Risa mengangguk.
"Gue Vanya." Gadis itu mengulurkan tangannya.
"Risa." Risa ikut mengulurkan tangannya.
"Yang telat hari ini, sehabis upacara dapat hukuman, tadi gue denger dari guru di gerbang," jelas Vanya.
"Oh. "
"Irit banget lo bicaranya, yaudah gakpapa sih, karena lo yang pertama ngobrol sama gue, kita temenan akrab deh, jangan jutek-jutek ya." Vanya nyegir.
"Terserah lo deh," jawab Risa sambil tersenyum.
Pertemanan yang di awali dengan paksaan itu nyatanya berjalan mulus sampai sekarang.
Selesai upacara murid yang terlambat di minta guru berkumpul di halaman belakang sekolah.
"Pssst, geng Blue Devil yang ganteng-ganteng juga di hukum loh, Ris. Lumayan bisa cuci mata." Vanya berbicara pelan.
"Hah? Itu apa?" Risa tidak mengerti apa yang dibicarakan teman barunya itu.
"Geng cogan, lihat aja deh, mereka menuju kesini," jawab Vanya.
Risa menoleh melihat empat murid menuju tempatnya berdiri. Bener juga, mereka samua terlihat eye catching, wajah tampan, badan bagus dan sepertinya memiliki banyak fans, mirip di drama-drama korea. Tidak sengaja mata Risa bertatapan dengan salah satu dari mereka. Cowok itu berhenti dan masih menatap Risa.
"Sekolah di sini juga lo?" tanyanya tegas.
"Iya, emang kenapa?" Risa menjawab santai, diperhatikannya sudut bibir cowok itu, masih merah.
"Bagus lah, gue bisa balas dendam." Cowok itu mendekatkan tubuhnya ke Risa. Sementara gadis di depannya sama sekali tidak bergerak dan tidak ada rasa takut sedikitpun.
"Berati sekarang giliran gue nonjok lo." Cowok itu mengepalkan tangannya. Wajahnya merah karena emosi.
Vanya dan ketiga teman cowok itu hanya melongo tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi.
"Eh Van, lo kenapa? Masa lo mau nonjok cewek? Atau jangan-jangan---," kata salah satu cowok disitu.
"Iya, gue yang nonjok teman lo yang kurang ajar ini." Risa masih bersikap santai, malah kelewat santai.
"Si cewek bar-bar dong," ucap salah satu dari mereka.
"Jangan harap gue iba ya sama lo, gue gak nganggep lo cewek, jadi gue gak segan-segan buat mukul," ancam cowok didepan Risa.
"Enggak takut tuh." Risa malah menjulurkan lidahnya meledak, membuat cowok di depannya semakin emosi.
"Lo yaa--" Cowok itu mengangkat kepalan tangannya di udara hendak memukul.
"Kalian sedang apa?" suara teriakan mengangetkan semuanya. Cowok itu langsung menurunkan tangannya.
"Kalian ini di minta menunggu sebentar malah buat keributan. Mau berkelahi? Merasa jagoan?" Guru bernama ibu Merlin memijat kepalanya, ekspresi mukanya kelihatan sangat marah. Sementara semua murid disitu menunduk, tidak ada yang berani membuka suara.
"Kalian itu murid baru, bersikaplah yang baik, kalian itu sudah terlambat sekolah, masih mau buat keributan. Kamu juga!" menunjuk cowok di depannya, "Nama kamu siapa?"
"Revan, Bu."
"Kamu?" tanya bu Merlin pada Risa.
"Risa, Bu."
"Kalian semua membersihkan halaman belakang sampai bersih. Untuk Revan dan Risa, pulang sekolah masih harus membersihkan lapangan depan. Mengerti?"
Semenjak hari itu, Blue Devil dan Risa tidak pernah berdamai. Vanya yang awalnya mengangumi geng itu berubah membenci mereka. Vanya adalah sahabat satu-satunya Risa yang membela Risa apapun yang terjadi, terutama jika menyangkut Blue Devil.
Flashback end
****
Risa menyeret kopernya dengan malas. Saat ini dia berada di halaman rumah teman ibunya. Sang ibu memencet bel rumah itu, kemudian pintu terbuka, memperlihatkan seorang wanita paruh baya seumuran ibunya. Mereka bertegur sapa, Risa mengenalkan diri lalu wanita itu mempersilahkan masuk.
"Maaf ya Rani, aku merepotkan, aku benar-benar tidak tega meninggalkan Risa sendirian di rumah," ucap Regina.
"Kamu ini Na, kaya sama siapa aja. Udah tenang aja, Risa aman di sini, Nadia pasti senang." Rani tersenyum.
Para orang tua mengobrol, Risa mengedarkan pandanganya ke segala arah, melihat sudut-sudut ruangan dan beberapa hiasan dinding yang terpasang rapi. Risa melihat seorang gadis baru saja masuk, dengan ramah menyapa dan menyalami satu persatu orang di ruangan itu.
"Ini putriku Nadia, sekarang kuliah semester 6." Rani memperkenalkan anaknya.
"Wah, kamu cantik dan sudah tumbuh besar, Nad." Ayah Risa, Imran, memuji Nadia.
"Makasih om." Nadia tersenyum.
"Nad, kamu bantu Risa ke kamar, ya," perintah Rani.
Nadia membantu menyeret koper Risa menuju kamar yang akan ia tempati selama sebulan tinggal dirumah ini.
"Makasih, kak Nadia." Risa tersenyum ramah, berusaha menciptakan kenyamanan diantara mereka.
"Sama-sama, kamar yang kosong tinggal ini, di lantai dua, btw, lo sekolah di SMA Dirgantara bhakti?" tanya Nadia.
"lya, Kak," jawab Risa sambil memasukkan bajunya ke dalam lemari.
"Loh, berati satu sekolah dengan--- "
"Nadia, turun sebentar, bantu ibu," teriak Rani.
"Nadia turun, Bu," teriak Nadia, "Nanti cerita-cerita lagi ya, gue seneng lo nginep disini, berasa punya adik cewek." Nadia tersenyum sebelum pergi.
Risa merapikan semua barangnya di kamar, lalu turun untuk makan. Selesai makan orang tua Risa berpamitan. Entah bagaimana dua gadis di rumah itu langsung akrab. Mereka bercerita banyak hal, Nadia begitu semangat menceritakan masa kuliahnya. Rani merasa lega, ia berharap Risa akan betah tinggal di rumahnya.
"Eh sampai lupa belum cerita kalau gue punya---."
Handphone Risa berbunyi, ada panggilan masuk. "Eh maaf kak, teman gue telepon, gue ke atas dulu ya kak, sekalian mau mandi." Nadia mengangguk, kemudian Risa beranjak menuju lantai dua.
Risa menaiki tangga, berhenti didepan kamarnya. Di depan kamar Risa, terdapat satu kamar lagi, dan sepertinya ada yang menempati. Risa bahkan lupa bertanya kepada kak Nadia.
"Lama banget ngangkatnya, bengek nih gue," ucap seseorang di handphone Risa.
"Lebay lo!" Risa tertawa.
Risa menceritakan semuanya kepada Vanya. Dua sahabat ini selalu terbuka dan saling bertukar kisah hidup mereka masing-masing. Mereka tertawa bersama dan saling menyemangati saat down. Risa begitu beruntung memiliki sahabat seperti Vanya, begitu pula sebaliknya.
Risa yang selesai mandi, memainkan handphone nya di dalam kamar. Dia seperti mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi.
Mungkin kak Nadia?
Atau penghuni kamar depan?
Risa penasaran dan keluar kamar. Risa melihat seorang cowok keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melilit bagian tubuh bawahnya.
"Aaaaaaaaaaakkkkkh." Risa menutup wajahnya. Cowok di depannya lebih terkejut lagi.
"Marmut? Ngapain lo disini?"
"Es batu."
Tbc
Lanjut?
Follow, vote, dan comment ya kak..
Terimakasih..