Malam ini sangat gelap. Lagi lagi tidak ada cahaya bulan yang menyinari. Seluruh kota, hanya ada lampu lampu jalan yang berjejer di jalan juga lampu lampu rumah dan gendung ditiap pinggiran.
Sudah tengah malam, semua orang telah terlelap di hotel. Keempat gadis tidur bersamaan di ranjang yang sama. Berbeda dengan keempat senior yang lebih memilih memesan kamar masing masing karena mereka tidak saling akur seperti keempat gadis itu.
Sudah dua malam mereka lewati, namun tidak ada petunjuk. Malam ini, sesuatu membuat Clare terbangun di tengah malam. Clare mengusap usap matanya dan melihat ketiga temannya sudah terlelap pulas. Clare yang tidur di tengah, pelan pelan bangun tanpa suara agar ketiga temannya tidak terganggu.
Setelah berhasil turun ranjang, dia pergi ke dalam toilet. Menyalakan lampu toilet agar terang dan melakukan aktivitas toilet. Setelah selesai, dia cuci tangan di wastafel depan cermin. Melihat pantulan dirinya dicermin, tiba tiba matanya berubah menjadi emas sekilas membuat Clare terkejut. Karena saking terkejutnya, tangannya terbentur keran dan tergores hingga berdarah.
Clare segera membersihkan darah ditangannya buru buru menggunakan air. Darah keluar dari tangannya dan dialiri dengan air keran. Cairan merah itu, lambat laun berubah menjadi hitam membuat Clare bingung. Bagaimana itu bisa terjadi? Di tangannya itu masih merah, namun di wastafel berubah menjadi hitam.
Clare tidak ingin berpikir terlalu banyak dan kembali melirik cermin. Dia melihat sepasang mata emas itu lagi di matanya, Clare terkejut apalagi ketika dalam sekejap cermin didepannya menjadi retak seperti akan pecah kapanpun. Clare berusaha menenangkan batinnya dan langsung keluar dari kamar mandi kembali ke kamarnya. Perasannya campur aduk, dia sudah duduk kembali di sisi ranjang dan hendak kembali tertidur.
Dia sudah menutup mata, namun sangat sulit untuk tidur kembali walau sudah berkali kali mengatur posisi hingga akhirnya Clare bangun kembali. Mengusap wajahnya dengan cemas berharap dapat menenangkan diri.
Dalam kurun beberapa detik, suara bisikan kembali terdengar. Kali ini, bisikan berasal dari bawah tempat tidur. Clare tidak ingin memeriksanya, tapi dorongan penasaran yang terus memaksanya. Pelan pelan Clare beranjak dan kepalanya menunduk kebawah — mengintip kebawah ranjang — melihat apa yang mengusiknya. Namun, itu kosong dan tidak melihat apapun yang mencurigakan.
Baru saja Clare hendak mengangkat kepalanya kembali, tiba tiba sesuatu menarik kepalanya hingga dia terjatuh kebawah. Suara dentuman terdengar oleh ketiga temannya, mereka bersamaan terbangun dan melihat Clare yang sudah ada dibawah.
"Clare, ada apa?" Blaire segera turun dari ranjang dan diikuti dua lainnya.
Clare memegangi kepalanya yang terbentur, itu sangat sakit dan membuatnya pusing. Baru saja hendak berdiri, tiba tiba sesuatu menarik kakinya dan dia terjatuh kembali.
Ketiga temannya bingung. Detik berikutnya, mereka dibuat panik. Tiba tiba saja sesuatu menarik Clare kebawah kasur ketika dia ingin bangun kembali. Kakinya terasa mati rasa dan tidak dapat digerakkan.
Clare berteriak ketika seseorang menariknya dan tangannya segera ditangkap oleh ketiga temannya dengan erat. Kakinya sudah berada di bawah ranjang dan tidak dapat digerakkan.
"Zoya, cepat panggil mereka! Cepat!" Jules meninggikan suaranya pada Zoya. Dia masih menahan tangan Clare dan 'sesuatu' itu terus menarik kaki Clare dengan kuat hingga Clare merasa kakinya akan putus.
Zoya bergegas keluar kamar dan berlarian ke kamar empat senior masing masing. Menggedor pintu masing masing sambil berteriak.
Didalam kamar Clare, mereka masih berusaha menahan Clare agar tidak dibawa lebih jauh. Lama kelamaan, mereka semakin kesulitan menarik tangan Clare sedangkan Clare Juga kesulitan mempertahankan diri. Tenaga 'sesuatu' yang menariknya itu terlalu besar hingga mereka tidak dapat menyeimbangi.
Semakin lama, Clare semakin kedalam menyisakan kepala dan tangannya yang ada diluar. Mereka berdua sekuat tenaga menahan Clare. Tarikan itu semakin cepat dan semakin kuat hingga pegangan mereka berdua benar benar terlepas. Clare tertarik kedalam tepat ketika Zoya kembali bersama dengan keempat senior.
Mereka melihat sendiri bagaimana Clare terbawa. Seakan Clare telah ditelan bumi, tidak ada jejak sama sekali yang menunjukkan bahwa Clare dibawa. Mereka sudah menggeser ranjang, tapi tidak ada apapun disana atau bahkan bekas sihir sekalipun.
"Bagaimana bisa?" Zoya bergumam. Dia benar benar tidak percaya Clare telah dibawa sesuatu yang diluar pemikirannya.
"Apa yang terjadi sebelumnya?" Xavier bertanya.
"Awalnya kami sedang tidur. Tiba tiba Clare terjatuh dari ranjang dan ditarik kedalam." Jules menjawab dengan frustrasi.
Luke melihat ke arah kamar mandi yang ternyata cermin kamar mandi telah pecah. Juga ada bekas darah yang tersisa di sisi wastafel yang telah menghitam dan kering. Vrochis tidak mungkin menggunakan trik ini untuk membawa Clare. Vrochis tidak memiliki kemampuan itu, yang berarti sesuatu yang lain telah menarget Clare.
"Apa itu ulah Vrochis? Aku tidak tahu Vrochis dapat melakukan hal ini." Louis berpikir.
"Tidak. Itu monster lain." Luke keluar dari kamar mandi dan kembali bergabung dengan mereka.
"Ada monster lain? Bagaimana bisa?" Blaire tidak percaya.
Luke menjawab. "Setidaknya tidak lebih kuat dari Vrochis. Clare akan baik baik saja jika tidak bertemu Vrochis diluar sana."
"Bagaimana kau bisa tahu?" Eryk penasaran.
"Di kota ini, tidak ada monster yang lebih kuat selain Vrochis. Jika Clare bisa hampir membunuh Vrochis, seharusnya Clare bisa bertahan dari monster ini," sahut Luke. "Kita harus mencari tahu monster apa ini dan mencarinya."
Louis mendesah. "Kau bilang Clare bisa bertahan."
"Tapi belum tentu bisa kembali. Walau Clare membunuhnya, Vrochis juga akan datang tak lama lagi." Luke menyahuti.
"Kenapa kita tidak menunggu Clare menghubungi? Setelah Clare menghubungi kita, kita akan tahu dimana posisinya." Jules berpendapat.
"Dalam keadaan seperti itu, apa dia sempat?" Xavier meragukan.
Mendengar ucapan Jules tadi, Zoya berinisiatif mengambil tablet Clare dan membukanya. "Lihatlah, aku menemukan posisi Clare."
Mereka semua spontan datang pada Zoya dan melihat dalam tablet. Posisi Clare menunjukkan arah hutan dan itu tidak terlalu jauh dari kota.
"Sepertinya Clare sengaja membawa pelacak sebelum pertahanannya terlepas agar kita bisa menemukannya." Luke mengambil kesimpulan.
Mereka akhrinya merasa sedikit lega telah menemukan posisi Clare. Mereka juga tidak perlu terlalu khawatir karena monster yang menculik itu hanya mencari kematian terhadap Clare. Yang mereka khawatirkan hanyalah jika Vrochis datang disaat saat seperti itu.
"Sekarang, kita cari Clare." Luke tidak ingin banyak basa basi dan langsung keluar terlebih dahulu.
Karena disana yang memiliki akses tablet hanya tiga orang yakni Clare, Luke, dan Zoya, maka Zoya ditinggal di dalam hotel untuk berjaga. Zoya tidak sendirian berada di sana, ada Blaire yang menemaninya. Jika sewaktu waktu ada yang terjadi, Blaire sudah ada disana dan bisa menghubungi lima lainnya.
Mereka berlima pergi ke kedalaman hutan. Sambungan Zoya dan Blaire pada kelima temannya itu terhubung dan mereka berdua menginstruksikan arahnya.
Kedalaman hutan sangat gelap tanpa penerangan bulan. Untungnya mereka memiliki pengelihatan yang tajam dan tidak terlalu terganggu akan kegelapan. Mereka tetap bisa melihat dengan jelas, namun jika dengan bantuan cahaya bulan akan lebih jelas lagi.
Lima orang itu masih terus berjalan ke arah yang diinstruksikan Zoya dan Blaire. Beberapa saat kemudian, mereka sampai di tempat yang dituju. Tidak ada siapapun disama.
"Apa yang terjadi?" Zoya bergumam. Tidak ada pergerakan apapun dari pelacak yang Clare bawa dan itu berhenti di satu tempat.
"Kalian menemukannya?" Blaire bertanya.
Mereka berlima sudah ada di satu tempat yang dituju, namun tidak ada siapapun disana selain pepohonan tinggi memenuhi mereka. Kemudian, Xavier melihat sesuatu yang familiar. Di balik dedaunan kering di tanah, dia mengambil sesuatu yang tampak seperti pelacak yang sama seperti anggota misi lainnya.
"Pelacaknya terlepas!" Xavier mengabarkan ke yang lain. Sontak membuat mereka tercegang, bagaimana itu mungkin?
Mereka menghampiri Xavier kecuali Luke dan memeriksa apa itu benar benar pelacak milik Clare atau bukan.
Selagi mereka memeriksa, Luke masih berkeliling mencari sesuatu yang salah. Dia selalu merasa salah ketika sampai di tempat itu hingga akhirnya menemukan sehelai kain putih dengan bercak darah yang menghitam tersangkut di antara pepohonan.
Luke mengambilnya dan merasakan aroma Clare dalam kain tersebut. Darahnya juga menghitam, persis seperti darah yang terdapat di wastafel kamar mandi tadi. Sesuatu terjadi pada Clare!
To be continued
07/15/2021