Kriiiiing
Kelas berakhir, dan kini saatnya makan siang. Semua murid berbondong bondong pergi ke area makan dan duduk di kursi masing masing. Dihadapan mereka sudah ada hidangan breakfast beserta dessert yang begitu menggiurkan, mereka tinggal menyantapnya dan mengisi kekosongan perut mereka, bukan kekosongan hati :v
Kemarin ketika membuka hadiah dari Gavin, Clare mendapat bungkusan cokelat yang begitu panjang, sungguh Clare merasa sangat senang sampai tidak ingin berbagi. Ia membawa cokelat tersebut dan memakannya setelah makan makanan utama. Teman temannya hanya melihat Clare makan dan terasa sangat menikmatinya, sungguh Clare sangat pelit soal makanan apalagi cokelat.
"Clare, bagi dong" pinta Zoya yang sejak tadi meneguk salivanya
"Beli aja sendiri" sahut Clare enteng
"Pelit" cibir Jules
"Tidak pelit tidak kaya" sahut Clare terkekeh
Mereka bertiga menghela napas menghadapi Clare yang super pelit soal makanan. Tak lama kemudian, Thumbelina datang membawa sebuah kotak yang terlihat berat. Bahkan sampai terbang Thumbelina naik turun saking beratnya dan dibantu oleh Chasper yang mendorong kotak tersebut ketika Thumbelina sudah menyerah.
Clare mengambil kotak tersebut sedangkan Thumbelina segera terbang ke atas meja depan Clare selagi Clare membuka kotak tersebut.
Clare melihat secarik surat yang diletakan tepat diatas kotak dalam kotak tersebut.
"Happy Birthday My Daughter. Mungkin ketika kamu menerimanya, ulangtahunmu sudah berakhir, tapi setidaknya dad and mom sudah memberimu hadiah. Lebih baik telambat daripada tidak sama sekali. Oh iya, besok bulan depan akan sada stok cokelat juga, jangan lupa sikat gigi setelah memakannya. Love you baby" baca Clare tersenyum geli kemudian menutup kembali suratnya
"Dari orangtua mu, beruntung sekali" ucap Zoya iri karena dirinya yatim
"Kau memiliki orangtua yang menyayangimu. Jangan sia sia kan itu" lanjut Zoya
"Bukankah kau memiliki nenek yang sangat mencintaimu? Tidak perlu iri begitu" sahut Clare
"Cepat buka hadiahnya" seru Blaire penasaran
Clare segera membuka isi hadiah tersebut dan rupanya terdapat banyak sekali cokelat tersusun rapi, ada sekitar 30 cokelat dan itu membuat mata Clare berbinar binar seakan melihat perhiasan mahal.
"Cokelat bulanan kuuuuu" teriak Clare senang seperti anak anak
"Bagiiiiii" teriak Jules meraih kotak tersebut tapi segera di ambil Clare dan disembunyikan di pelukannya.
"Beli sendiri" sahut Clare geli
"Clare jangan pelit begitu, setidaknya satu saja" rayu Blaire
"Hanya cokelat biasa, kalian sudah seperti ini" gumam Clare menurunkan bibirnya
"Satuuuu sajaa, Clare kan anak baik" rayu Zoya menampilkan small eyesnya berusaha untuk meluluhkan hati Clare yang polos
Mereka berdua mengikuti gaya Zoya memelas dihadapan Clare membuat Clare tidak kuat.
"Oke oke, satu saja" ucap Clare pasrah
"Dua" tawar Zoya
"Tiga" tawar Jules
"Yaudah gak usah" sangkal Clare
"Iya iya, satu saja" ucap Jules menyengir
Clare mengambilkan mereka masing maisng satu cokelat kemudian menutupnya kembali masih dalam pelukannya seakan tidak boleh ada yang menyentuhnya.
Kemudain Gavin lewat di belakang mereka dan melihat Clare yang memeluk kotak berisi cokelat, cepat cepat Gavin mendekati Clare bermaksud meminta cokelatnya.
"Clare, bagi dong" ucap Gavin membuat Clare mengerutkan dahinya
"Beli sendiri" sahut Clare acuh
"Tidak mungkin kau memakan sebanyak itu" ujar Gavin meyakinkan
"Bahkan aku bisa memakannya dalam waktu sehari, ini cokelat harianku dan aku harus menghemat" sahut Clare tetap tidak mau berbagi
"Gav, dia pelit" bisik Zoya tapi masih kedengaran Clare yang tidak peduli kata kata Zoya
"Kalian dikasih kenapa aku tidak?" protes Gavin
"Jika aku memberi satu kelas, maka kau boleh protes. Aku hanya memberi ketiga temanku, apa salahnya jika merelakan 3 cokelat?" sahut Clare
"4 cokelat, kau harus relakan itu"
Clare menghela napas, "Kau sangat pemaksa"
"Gavin, pergilah menemui kakakmu, jangan usik kami. Aku tahu kau sedang mencoba untuk mendekati Clare tapi aku tahu bagaimana anak kecil polos ini, dia tidak akan peka" bisik Zoya
"Clare memang polos, tapi tidak bodoh" ucap Gavin kemudian pergi setelah meledek Zoya
"Sialan kau mengataiku bodoh!" teriak Zoya membuat gendang telinga Clare, Blaire, dan Jules disampingnya nyaris pecah
"Dasar toa" cibir Blaire tanpa harus melirik Zoya
Clare kembali memakan dessertnya, setelah selesai makan, ia beranjak dari kursi. Tanpa sengaja dirinya melempar sebuah gelas dengan kekuatannya membuat dirinya dan semua orang terkejut.
"Sorry" ucap Clare pelan sekaligus malu sedangan teman teman laknatnya hanya cekikikan melihat ekspresi lucu Clare.
Clare begitu tidak diuntungkan dengan kekuatannya yang kerap kali aktif sendiri dan membuat kekacauan. Sungguh Clare bingung bagaimana cara mengontrolnya.
~°~
Kini Clare tengah merapikan asramanya dan menyusun kotak cokelatnya sebaik mungkin dan menguncinya agar tidak dicuri, dasar sang posesif makanan. Apapun Clare akan berbagi kecuali makanan.
Tiba tiba seekor merpati terbang ke arah Clare membawa secarik surat untuknya. Clare segera mengambilnya dan membaca iai surat tersebut
Datanglah ke ruang kepala sekolah Prof. Amrmstrong sekarang
Rupanya Prof. Armstrong memanggilnya, ada apa? Itulah yang dipikirkan Clare. Ia akan tahu jawabannya ketika dirinya bertemu dengan kepala sekolah.
Dengan segera Clare pergi ke lantai 20 dimana kantor kepala sekolah berada. Dirinya bertemu dengan Mrs. Ganger, selaku wakil kepala sekolah Neuvrost Academy.
"Clare Davish?" katanya dan Clare mengangguk cepat
"Prof. Armstrong sudah menunggumu" katanya yang suaranya terdengar elegan
Clare mengangguk kemudian mengikutinya ke arah ruangan Prof. Armstrong yang begitu privasi. Mrs. Ganger, membuka akses pintu menuju ruangan Prof. Armstrong dengan sidik jari kemudian membiarkan Clare masuk sendiri.
Clare menelusuri lorong menuju sebuah pintu besar di ujung, ketika sudah sampai di depan pintu, baru saja ia hendak membukanya, pintu tersebut terbuka dengan sendirinya membuat Clare nyaris tersentak.
Terdapat sebuah ruangan klasik yang begitu besar dan mewah. Clare melangkahkan kakinya dan terpama dengan ruangan sejuk dan tenang ini, matanya terarah pada tumpukan buku yang begitu banyak di rak dan tersusun rapi, lebih rapi dari perpustakaan. Terdapat perapian yang cukup besar dan beberapa pajangan atau aksesoris dinding maupun nakas dimana mana membiat ruangan ini terlihat hidup.
"Putih warna cahaya dan hitam warna kegelapan. Tiap pilihan menentukan arah hidup dan takdir yang akan dimiliki" ucap seseorang di kursi bersama sosok peri yang terlihat seperti hewan dan bisa terbang.
"Apa maksudnya?" tanya Clare
"Clare Davish, kau memilih kotak putih bermakna kesucian. Kau tahu kenapa kau memilihnya?" tanya Prof. Armstrong walau ia sudah tahu jawabannya
"Aku suka putih, hanya itu alasannya" sahut Clare tidak ada alasan lain
"Putih melambangkan kesucian dan kepolosan, itu sebabnya kau terlalu polos untuk segala hal. Bukan hanya karena putih merupakan warna kesukaanmu, tapi kepolosanmu yang menarikmu dalam segala hal" jelasnya
"Profesor tahu, apa yang kudapatkan?"
"Walau tidak diberitahu, aku tetap tahu"
"Bisakah Profesor membantuku? Saat makan siang tadi aku membuat kekacauan sejenak. Aku merasa dirugikan oleh kekuatanku sendiri belakangan ini" pinta Clare
"Apa saja masalahmu?" tanyanya
Clare menceritakan pengalamannya semenjak mengetahui kekuatannya yang dapat mengendalikan benda. Selain menghancurkan gelas gelas ketika dipesta, dirinya juga membuat elf milik Loraine terbang tidak beraturan tanpa sengaja, awalnya Loraine memang hendak menindas Clare tapi sebelum itu terjadi keadaan segera berbalik. Itu sebabnya Clare keluar dari pesta dan merenung di luar castil.
Kemudian pagi tadi, Clare juga mendapat masalah oleh Louis. Dirinya yang memang tidak suka Louis membuat Louis tercebur secara tiba tiba karena Louis awalnya menyuruhnya untuk mengambilkan barang lagi ke hutan terlarang. Ingin sekali Clare tertawa, tapi dirinya malah merasa bersalah dan kabur, sungguh Clare sangat malu. Ditambah lagi baru saja yang membuat seisi ruang makan hening sekilas karena ulahnya memecahkan gelas karena tidak sengaja.
Profesor Armstrong mengangguk angguk mengerti masalah yang dihadapi Clare, Clare benar benar kesulitan.
"Kekuatanmu muncul tiba tiba ketika emosimu tidak stabil, kau harus bisa mengendalikan emosimu" katanya
"Emosiku selalu stabil, tapi tetap saja masalah terjadi padaku"
"Ini bukan yang pertama kali gadis sepertimu mengeluh. Sebelumnya ada 3 gadis yang sama hal nya mengeluh tentang kelebihan yang mereka pilih" ujar Prof. Armstrong
"3? Apa itu Blaire, Jules, dan Zoya?" tebak Clare
Profesor Armstrong mengangguk, "Itu sebabnya aku memindahkan mereka ke asrama lain selain asrama kelas 1. Kalau dilihat kembali, sepertinya kau bukan menguasai telekinesis, melainkan melebihi dari itu. Telekinesis hanya bisa mengendalikan benda, tapi kau bisa mengendalikan semua hal termasuk manusia dibawahmu" jelas Prof. Armstrong
"Aku bisa mengendalikan Louis, itu berarti Louis ada dibawahku" gumam Clare tidak percaya
"Benar, masih ada hal lain menyangkut dirimu yang masih tidak kau ketahui" sahut Prof. Armstrong
"Apa itu?" tanya Clare
"Kau yakin ingin mengetahuinya sekarang?"
Clare mengangguk yakin, dirinya sangat penasaran rahasia apa lagi yang ada dalam dirinya yang ia tidak ketahui selain makan banyak tapi tidak gemuk, makan cokelat tiap hari tapi giginya kuat, dan polos seperti kertas hvs.
Profesor Armstrong beranjak dari kursi dan berjalan ke arah sebuah air dalam sumur di sudut ruangan. Clare mengikutinya dan melihat pantulan dirinya di air sumur.
"Bagaimana menggunakannya?" tanya Clare
"Masukan tanganmu dan lihat airnya akan berubah warna menjadi apa" perintah Prof. Armstrong
Clare menurutinya dan memasukan tangannya kedalam air, selama selang beberapa detik tidak ada yang terjadi membuat Clare bingung, hingga akhirnya air tersebut perlahan berubah warna menjadi putih seputih susu. Apa maksudnya?
To be continued
02/15/2021