Kagum dalam Detik (13)

86 24 4
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be Stronger

"It doesn't get easier, you just get stronger".

***

Asha berjalan dengan tergesa-gesa karena ia tak ingin Sean mengikutnya dari belakang. Ia juga enggan untuk berlari karena ia tak ingin orang-orang memandang aneh padanya. Cewek itu menuju ke tepi jalan raya yang sangat ramai dengan lalu lalang kendaraan besar semacam bis dan truk. Setiap kali kendaraan itu lewat, Asha semakin merinding ketika ia merasakan hawa dingin perbukitan yang menusuk itu.

Tangannya terlambai untuk menghentikan taksi yang mungkin lewat. Namun tak semudah itu, ia bahkan terus berpindah sisi jalan hanya untuk mendapatkan taksi karena saat itu hanya kendaraan besar saja yang lewat. Namun akhirnya setelah berpuluh kali berpindah ke sisi kanan ataupun kiri jalan ia pun mendapatkan taksi. Untung saja kartu milik Sean masih ia bawa. Jadi ia bisa membayar taksi menggunakan kartu Sean terlebih dahulu.

Ia segera masuk ke dalam taksi setelah sang sopir mempersilakan. Punggungnya ia senderkan ke kursi penumpang setelah mengatakan tempat yang ia tuju pada sang sopir. Ia pun meniup tangannya yang baru terasa perih meski sudah sejak tadi ia terluka. Kedua matanya kemudian terpejam dan kepalanya mendongak. Asha hanya merasa sangat lelah atas semua yang terjadi padanya hari ini.

Ia tak mungkin pulang ke rumah karena ia pasti akan melihat wajah-wajah orang yang membuatnya lelah hari ini. Asha bahkan mengatakan pada sang sopir untuk mengantarkannya ke rumah Wendy. Bagaimana lagi? Ia tak tahu harus pergi ke mana karena ia tak punya siapa-siapa selain Wendy yang sudah menjadi temannya selama setahun penuh.

"Makasih ya, Pak." Cewek itu meraih uluran kartu dari pak Sopir. Setelah taksi itu pergi, ia berbalik untuk memandang rumah Wendy lama. Ia tahu bagaimana cara ke sini, tetapi dia tak tahu bagaimana caranya ia masuk ke sana untuk menginap. Memang, ia sudah serinng menginap di rumah Wendy. Namun kali ini, malam sudah begitu larut. Ia tak mungkin mengetuk pintu rumah karena rasanya tak enak jika mengganggu malam-malam seperti ini.

Semacam ikatan batin, lampu ruangan Wendy menyala dan tak lama kemudian pintu rumahnya terbuka. Wendy yang masih mengusap-usap matanya itu melambaikan tangan dari ambang pintu. Asha pun mendekat setelah mendapat sinyal dari Wendy. Kemudian mereka berdua masuk tanpa perlu penjelasan dari Asha karena Wendy sudah tau maksud kedatangan Asha.

"Lo ngapain, sih enggak pulang?" tanya Wendy seraya menyiapkan tempat untuk Asha tidur.

Asha menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur Wendy tanpa dosa. "Gue enggak mood banget, Wen."

"Enak banget lo kalau badmood nyampernya ke gue, lo pikir gue moodbooster lo?" Wendy berdecih, ikutan menghempaskan tubuhnya di samping Asha. "Lo tuh tau sendiri, kalau nginep pasti besoknya demam. Batu banget lo jadi orang." Cewek itu mulai memejamkan matanya yang sedari tadi masih belum terbuka dengan sempurna. Sementara Asha hanya mampu mendengus kecil karena ujung-ujungnya Wendy sudah tertidur duluan sebelum ia menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan.

***

"Asha, bangun nak." Wanita paruh baya itu mengguncangkan tubuh Asha yang tertutup selimut.

ChasséWhere stories live. Discover now