Saya Jemput Besok (31)

96 18 14
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be Tricky

"Two souls don't find each other by simple accident"

***

“Makasih, Nda!” bisik Asha ketika ia berjalan di belakang Sean. Di sampingnya, Wendy membantunya berjalan meski dia baik-baik saja. Dokter bilang, ada beberapa masalah pada tulang lengannya, namun pada kaki, Asha masih baik-baik saja dan tak perlu dikhawatirkan. Mungkin hanya cukup memberi perhatian pada beberapa luka yang ada di kaki dan pelipisnya.

“Ya elah, lo kalau ngomong enggak usah setengah-setengah, dong. Lagian rugi apa, sih lo?” Wendy ikut berbisik karena takut jika Sean mendengarkan ucapan mereka berdua dan akhirnya dipergoki. Padahal kalaupun kepergok, Sean juga enggak mungkin membunuh mereka hidup-hidup. “Heran gue!” tambahnya.

Ya memang betul, sih. Sikap Asha pada Sean memang mengherankan. Kenapa pula ia begitu sulit untuk mengucap terima kasih pada kakaknya sendiri? Apa ruginya coba?

Ya mungkin saja, sih. Itu semua karena dirinya yang selama ini selalu bersikap dingin pada cowok tampan itu. Ia juga pasti merasa gengsi untuk berterimakasih meskipun apa yang Sean lakukan membuatnya merasa begitu senang. Pada intinya, ia belum siap untuk berbaikan pada dirinya sendiri, atau lebih tepatnya untuk menerima Sean seperti dulu sebelum tragedi kelam itu melandanya. Bagaimanapun, setiap orang akan selalu membutuhkan waktu untuk menerima setiap hal. Tidak ada yang bisa memaksa seorang pun untuk itu.

Waktu itu, malam sudah begitu larut. Setelah berjam-jam Sean beradu mulut untuk memarahi Bara, akhirnya cowok itu menerima juga. Ya, bagaimana lagi? Dia harus rela mengabdikan dirinya menjadi bodyguard Asha sampai cewek itu sembuh dari patah tulang yang diakibatkan olehnya. Ia juga harus menerima kenyataan bahwa kali ini pacarnya marah lagi karena ia tak bisa menepati janjinya untuk datang bertemu. Tahu, ‘kan kalau dia harus singgah beberapa jam di rumah sakit karena kecerobohannya sendiri?

Hari ini memang hari yang lumayan sial baginya. Namun tidak untuk Asha. Meski beberapa waktu lalu ia harus menerima kenyataan bahwa ia tak bisa menggerakkan tangan dengan seenak jidatnya selama kurang lebih tiga bulan, endingnya tidak begitu buruk.

Akhirnya ia mendapatkan kesempatan untuk PDKT alias pendekatan dengan manusia es yang menjadi gebetannya kali ini setelah Johan. Ya, ia tetap menerimanya meski ia tak akan bisa dengan mudah mengikuti ujian akhir semester yang akan dilaksanakan beberapa hari ke depan.

Harusnya ia meneriakkan terima kasih pada Sean yang kali ini sedang fokus menyetir untuk pulang ke rumah. Karena tanpa murkanya, Bara pasti ogah untuk melakukan apa yang Sean suruh tadi. Tetapi itu bukan masalah kecil yang bisa langsung ia lakukan, jadi tak apa lah kalau menunggu nanti dulu baru ucap terima kasih.

“Teman kamu rumahnya mana, Sha?” tanya Sean mendadak.

Kedua orang yang duduk di kursi penumpang itu saling bertatapan. Bingung tentang siapa yang akan menjawab pertanyaan dari sang bintang. Namun akhirnya, Wendy membuka suara setelah beberapa kali bertukar pandang dengan Asha seperti orang bodoh.

“Perumahan Bintang Cempaka, Hun.” Eh! Mampus! Cewek itu spontan menepuk mulutnya sendiri beberapa kali. Ingat woi! Ini abang teman lo bukan artis di TV! Batinnya kesal pada diri sendiri. “Eh! Maksudnya ‘kak’!” Gadis itu begitu panik seolah takut digigit, padahal Sean yang dijawab pertanyaannya hanya mengangguk-angguk seadanya.

ChasséWhere stories live. Discover now