Udah Cukup! (12)

87 23 7
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be All In

"Be all in or get out. There is no halfway".

***

PIM! PIM!!!

"SHA!"

Siapa? Kenapa? Please Tuhan tolongin gue, gue enggak mau!

Batin Asha tersiksa sampai-sampai ia merapalkan semua itu dengan rilih.

"Sha ..., masuk." Cowok itu menghampiri Asha yang sedang menutup mata dan telinganya. Ia begitu tak ingin mendengar apa yang sudah diminta Sean berkali-kali sejak tadi.

"Sha ...." Sean menarik kedua tangan Asha yang sedang menutup telinganya. Akhirnya cewek itu pun membuka matanya. Ia menengok ke arah mobil Sean yang hampir menabraknya, padahal sebenarnya memang niat Sean untuk menghampiri cewek itu secara mendadak. Ia melihat mamanya yang sedang duduk di bangku samping. Namun tiba-tiba saja Sean menarik tangannya dan membawanya secara paksa masuk ke mobilnya.

"Nda!" Namun gertakannya tak akan mampu menghentikan Sean yang sudah sejak tadi memaksanya untuk ikut acara.

Asha hanya mampu mendengus kasar dan menutup matanya saat ia sudah masuk di mobil Sean. Ia tak ingin merasakan bahwa ia sedang berada bersama orang yang tak pernah ia inginkan untuk bersama. Sean dan juga mamanya sendiri. Sementara mulutnya terus menggumamkan kata-kata kasar untuk melampiaskan betapa kesalnya dirinya karena Sean yang pemaksa itu.

***

Asha membuka matanya tepat ketika mobil itu berhenti di suatu tempat makan. Sean dan juga mamanya sudah turun terlebih dahulu meninggalkan cewek itu sendirian. Namun tak disangka-sangka, ternyata Sean membukakan pintu untuk adiknya yang memiliki selisih dua tahun darinya itu.

Asha pun turun dari mobil ketika Sean membukakan pintu untuknya. Bukannya berterima kasih pada kakaknya, Asha justru memandang aneh pada cowok yang berusaha tersenyum untuk menyambutnya itu.

Dasar weirdo! Ejek Asha dalam hati.

Sean dan mamanya mulai berjalan memasuki restoran besar yang terletak di bukit itu. Maka dari itu diperlukan waktu yang lama untuk menempuh perjalanan dari rumah sampai sini. Entah Sean yang kebanyakan uang atau kurang kerjaan sampai-sampai ia mengajak keluarganya ke sini hanya untuk makan malam.

Asha hanya diam di tempat memandang jalannya kedua orang itu dan diam di dekat mobil sambil melipat tangan di depan dada. Prinsipnya saat ini adalah ia takkan melakukan apa pun bila tak di suruh. Namun bukan berarti dia akan melakukan segalanya yang mereka suruh.

"Sha! Ngapain?" pekik Sean dari kejauhan seraya membalikkan tubuhnya.

Tanpa jawaban atau seulas senynum, Asha mulai berjalan perlahan menddekati kedua orang yang sudah jalan duluan itu. Ia berjalan tepat di belakang Sean karena ia sama sekali tak berniat untuk menyejajarkan langkahnya dengan mama ataupun kakaknya itu.

ChasséWhere stories live. Discover now