Surat Masa Lalu (42)

45 12 10
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be Back

No matter how far you run backwards, you won't be able to return everything to how it used to be

***

Pagi ini, cewek dengan segalanya yang berantakan itu terbangun. Matanya masih menyipit seraya beberapa kali berkedip. Begitu ia benar-benar membuka matanya, ia terbelalak. Otaknya mengingat-ingat kejadian tadi malam. Apa saja yang telah ia lakukan?

Ia pun perlahan bangun dari posisi tubuhnya yang seluruhnya ditutupi oleh selimut padahal seingatnya dia tidak mengambil selimut. Asha kemudian teringat bahwa terakhir kali, Sean mendatangi kamarnya. Akhirnya serentetan ingatan itu semakin membuat dirinya merasa aneh.

Jadi semalam itu gue nangis-nangis sesenggukan di depan Sean?! Batinnya berteriak.

Saat itu juga, ia sebenarnya ingin berteriak sekencang mungkin sebagai bentuk penyesalannya. Ia benar-benar merasa malu jika membayangkan bagaimana wajahnya terlihat semalam.

Ia kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas melihat cermin. Betapa terkejutnya dia melihat wajahnya sendiri dengan mata yang sembab parah dan wajahnya begitu lengket karena air mata yang bercucuran malam tadi.

Kepalanya masih terasa sangat pusing. Ia terduduk. Cewek itu memegangi kepalanya seraya berjalan jongkok menuju tempat tidurnya. Tangannya merogoh untuk mencari ponselnya. Dunia benar-benar serasa berputar mengelilinginya. Kian lama kian cepat frekuensi putaran yang ia rasakan mengelilinginya.

Asha cepat-cepat mencari nomor Bara dalam kontaknya lalu menelponnya.

"H-hal-lo, Bar...," ucapannya terhenti sejenak untuk menggigit bibir, menahan rasa pusing luar biasa yang ia rasakan.

"Gue enggak berangkat," sambungnya. Tentu saja ia harus mengabari Bara, karena sebelumnya cowok itu selalu menjemputnya untuk berangkat sekolah. Asha berencana untuk tidak berangkat karena sakit hari ini. Ia benar-benar tidak bisa berangkat sekolah dalam keadaan seperti ini.

"Kenapa?" sahut cowok itu dari seberang sana.

"Sakit...."

"Hah?!" Suaranya terdengar seperti terkejut.

"Lo sakit?!" Tidak lain, tidak bukan, Bara panik. Padahal tidak seharusnya ia bereaksi seperti itu. Namun, entah apa yang membuat dia merasa panik ketika Asha sakit seperti ini.

Meskipun demikian, Asha juga tidak mempermasalahkannya karena dia sendiri tak tahu jika Bara bereaksi seperti itu.

"Lo sendirian?" Tak ada jawaban. Asha masih sibuk memegangi kepalanya yang begitu pusing itu. Ia bahkan menjatuhkan ponselnya.

"Gue ke sana nanti!" seru cowok itu tanpa terdengar oleh Asha.

***

Bunyi ponsel itu terus-terusan mengganggu tidur Asha. Kini, cewek itu berbaring dengan bantal yang menutupi kepalanya.

Mendengar bunyi yang semakin keras itu, ia bangkit menyingkirkan bantal dari atas wajahnya.

Cewek itu langsung menyahut ponselnya dan menerima telepon masuk itu.

ChasséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang