Kuesioner (27)

85 22 7
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be a Healer

"To heal a wound, you need to stop touching it".

***

"Sha? Lo enggak apa-apa?" Asha menengok. Ia juga bersiap untuk menerima kenyataan bahwa yang harus ia hadapi kali ini adalah kakaknya sendiri.

 Ia juga bersiap untuk menerima kenyataan bahwa yang harus ia hadapi kali ini adalah kakaknya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan benar, Seananda memang sedang berdiri di sana dengan raut cemas yang menguasai paras tampannya. Asha hanya diam, tak berminat untuk menjawab pertanyaan apa pun dari Sean. Ia harus berhenti untuk membuat keributan dengan kakaknya itu.

Ia kemudian berbalik, melanjutkan jalan masuk menuju ke dalam rumah. Meskipun ia tahu, Sean dan dia memiliki tujuan yang sama yaitu masuk ke rumah itu ia tak khawatir. Karena menurutnya, Sean akan berhenti berulah jika Mama sudah ada di hadapannya.

"Asha, please. Gue cuma nanya," lirih Sean lagi dengan penuh harap.

Sebelum melangkah lebih jauh, Asha berhenti untuk memijakkan kakinya. Hatinya merasa terenyuh akan ucapan Sean saat itu. Dan hal itu juga membuatnya memikirkan hal-hal yang selama ini ia lakukan pada Sean.

Ia akhirnya menoleh, membuat sedikit harapan untuk Sean. "Gue enggak apa-apa." Ia berbalik lagi setelahnya.

Namun, ia masih ingin berpesan banyak pada cowok keras kepala itu. Akhirnya ia memilih berhenti sejenak untuk mengatakan beberapa kalimat pada kakaknya itu.

"Enggak usah urusin urusan gue. Lo sibuk, banyak kerjaan." Setelah itu, Asha melanjutkan langkahnya lagi, mencoba meninggalkan kakaknya yang sedang berharap lebih untuk kesekian kalinya.

"Sha, lo urusan gue." Singkat, padat, tegas namun kejelasannya masih Asha tanyakan. Apa memang benar?

"Sini!" Sean tak sebodoh itu untuk membiarkan kesempatan berlalu begitu saja. Dan tak disangka juga, ia meraih tangan Asha dan menariknya paksa masuk ke dalam rumah. Tak sesuai ekspektasi, tetapi ternyata Sean masih berulah meskipun beberapa saat lalu Mama memerhatikan mereka berdua.

"Apaan, sih, Lo?!" serang Asha begitu Sean menghempaskan tubuhnya untuk duduk di kursi. Sementara Sean melangkah untuk mengambil kotak obat di lemari. Kemudian cowok itu berjongkok.

"Kayak gini lo bilang enggak apa-apa?!" Loh, kok dia ikutan ngegas?

Sean berdecak kesal karena adiknya itu masih saja menghiraukan luka yang ada di kedua lututnya. "Lo tuh, ya ...." Sean berhenti sebentar lalu segera membersihkan luka Asha menggunakan kapas dan juga alkohol. "Masih aja sama kayak dulu. Apa-apa enggak pernah hati-hati dan selalu ngomong baik-baik aja. Padahal enggak ada yang baik-baik aja." Ia terus melanjutkan fokusnya mengobati luka Asha.

ChasséWhere stories live. Discover now