Sean dan Maaf (35)

89 20 1
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be the Hope

Karena pada akhirnya, hanya lo yang terus membuat gue punya harapan hidup.

***

Cowok itu memejamkan matanya kuat, mencoba menahan perasaan aneh yang menghantuinya saat ia memeluk seseorang di tengah hujan lebat sore itu. Ia mulai merasa takut jika ia mungkin menghianati kekasihnya sendiri karena hal ini. Sungguh tak bisa dielakkan lagi. Bara mulai merasakan hal yang tak seharusnya ia rasakan.

"Lin, gue di sini." Namun mulutnya tetap merapalkan apa yang tak seharusnya ia ucapkan. "Enggak usah takut." Dan saat itu pula ia mulai mengeratkan pelukannya karena tangisan Asha yang terdengar semakin kencang.

"Lin! Jangan nangis," pinta Bara yang tentunya tidak didengar oleh Asha karena telinganya terus ia tutupi meski hanya dengan satu tangan.

"Sha, please. Lo enggak akan baik-baik aja kalau lo nangis terus kayak gini," ucap Bara seraya dengan perlahan melepaskan pelukannya.

Ia kemudian mengamati cewek yang sedang ketakutan itu. Melihat betapa derasnya tangisan Asha, ia sadar bahwa ketakutan itu sangat besar. Beberapa hari yang lalu ia juga mulai mempelajari tentang sesuatu yang disebut dengan 'Ombropobhia'. Keadaan di mana seseorang merasa bahwa dunia akan runtuh bersamaan dengan hujan yang turun mengguyur bumi. Memang terdengar tak masuk akal, tetapi kemungkinan masa lalu yang mengerikan mampu menumbuhkan sugesti bahwa kehancuran dunia itu benar-benar dapat dirasakan saat hujan turun oleh penderitanya.

"Lin, lihat gue!" tegasnya sembari melepaskan tangan Asha yang cewek itu gunakan untuk menutup telinganya.

Ia menatap Asha yang sedang menunduk sambil megencangkan tangisannya tanpa henti. "Ashalina, lihat gue!" Cowok itu menutup kedua telinga Asha dengan tangannya lalu mendongakkan kepala Asha supaya berhadapan dengannya.

"Lihat gue," teriak cowok itu.

Ia perlahan membuka telinga Asha seraya mengatakan, "Lo akan baik-baik saja. Dunia enggak akan hancur karena hujan Asha. Lo enggak akan kenapa-kenapa karena ada gue di sini. Gue lindungin lo dari semuanya, jadi lo enggak usah khawatir, ya?" ujar cowok itu keras-keras sembari menatap mata Asha secara intens. Ia mungkin berusaha untuk menghilangkan trauma Asha dengan caranya sendiri. Karena adanya teman berbicara di saat hujan turun bisa membuat penderita Ombrophobia merasa lebih tenang daripada ketika ia sendiri.

Sementara di sisi lain, Asha merasa bahwa ketakutannya memudar karena suara lain yang ia dengar selain suara derasnya hujan. Suara itu adalah milik Bara, yang tak pernah ia sangka akan mengucapkan kalimat seperti itu padanya. Karena ketika tak ada seorang pun yang tahu tentang phobianya, dan ketika tidak ada yang berusaha untuk menemaninya di kala terburuknya, Bara ada. Untuk semua itu.

Asha terus menatap mata Bara untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang Bara katakan bukan memang benar. Dunia tak akan hancur dan kejadian buruk lainnya tidak akan pernah terjadi. Tetapi secara tidak langsung ia justru meyakinkan dirinya bahwa Bara akan selalu ada di sana untuk membuktikan apa yang dia katakan. Padahal kenyataanya, semuanya itu sulit terjadi mengingat ia pasti akan sembuh, kemudian Bara pasti akan pergi setelahnya. Ia telanjur berharap lebih pada Bara. Dan ini seharusnya tidak boleh terjadi.

ChasséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang