Don't be Afraid (36)

93 18 7
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be Beautiful

"It turns out that the only beautiful smile comes when this eyes force not to think it exists."

***

“Sha, gue tahu. Gue jelas tahu gimana perasaan lo ketika mama melakukan semua ini ke lo. Gue juga minta maaf atas semua yang telah terjadi. Gue juga minta maaf kalau selama ini gue enggak bisa jaga lo dengan baik di saat seharusnya gue ngelakuin itu.

"Jadi gue mohon, untuk seterusnya jangan hindari gue lagi. Biar gue bisa lindungin lo, biar lo bisa ngerasain gimana rasanya punya abang. Berhenti merasa bersalah ke gue dan bikin lo sakit kayak gini.” Cowok yang sedang menyetir mobil itu berbicara dengan panjang lebar di saat biasanya ia hanya membuka mulutnya untuk hal penting saja.

Ia kemudian menoleh sejenak pada cewek yang sedang duduk tegak dan menunduk dalam seraya menahan tangisnya yang mungkin akan pecah.

“Asha ....” Sebenarnya Sean ingin mengatakan lebih banyak hal, namun ia tak ingin membebani adiknya lagi. Terlebih cewek itu sudah cukup menahan rasa sakit dan tangisnya pagi ini. Ia tak ingin membuatnya berpikir mengenai hal lain lagi.

Lagipula, ia cukup beruntung pagi ini karena dia bisa melakukan perannya sebagai kakak dari seorang Ashalina. Di saat Asha selalu menolak Sean dalam setiap keadaan, pagi ini akhirnya Asha memanggil nama panggilan Sean lagi setelah sekian lama.

“Yan.” Suara itu menggema di pikirannya. Memberikan setitik kebahagiaan yang begitu berarti baginya. Tetapi ternyata, kali ini, Asha melakukannya lagi. “Yan,” panggil Asha masih dengan kepala yang menunduk.

“Harusnya gue enggak minta tolong ke lo tadi.”

“Turunin gue sekarang.”

Lantas, cowok itu langsung mengerem mendadak.

Pada akhirnya, patah hati terdalamnya memang tak akan pernah berakhir. Asha masih menolaknya untuk kesekian kali dalam hidup Sean.

Sean menarik napas dalam, kemudian mengucap, “Sha. Kenapa lo kayak gini lagi? Gue capek ....” Ia mendadak frustasi dengan keadaan. “Dan enggak bisa, gue enggak akan turunin lo di sini.” Ia mengeraskan rahangnya kemudian mulai menancap gas lagi untuk mengantar Asha ke sekolah.

Sesampainya di sana, ia tak langsung membukakan pintu untuk Asha, melainkan mengambil kotak obat di jok belakang baru kemudian membukakan pintu untuk Asha. “Hadap sini,” tegas cowok itu sembari memegang kedua bahu Asha. Sementara cewek itu hanya mampu menunduk.

Sean langsung mengobati luka di lutut Asha tanpa sepatah kata pun. Meskipun saat itu ia sangat ingin mengomeli adiknya yang ceroboh, tetapi mulutnya terpaksa bungkam karena ia tak ingin ada penolakan lain lagi. Sepanjang hidupnya ia hanya akan terus berusaha membuat adiknya menerimanya lagi setelah tragedi kelam dulu.

“Enggak usah lakuin apa yang enggak penting. Jangan sampai jatuh lagi karena nanti gue enggak akan bisa nolongin lo. Kalau tambah sakit langsung telepon gue, biar gue anterin lo ke rumah sakit lagi. Kalau sakit banget jangan sekolah, istirahat di rumah,” celoteh Sean panjang dengan rasa khawatir yang terus menyelimutinya.

ChasséWhere stories live. Discover now