Bara Lagi? Kenapa Sih? (20)

99 24 2
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be Broken

“Sometimes we create our own heartbreaks through expectation”.

***

"Serius enggak apa-apa, Jun?" tanya Asha ragu-ragu. Karena sesungguhnya baru kali ini Juna menawarkan diri untuk mengantarkannya. Apalagi momen langka ini terjadi sewaktu mepet sekali dengan jam masuk sekolah.

"Lo enggak telat?" Asha kembali memastikannya meski Juna sudah bergeleng berkali-kali.

Cowok itu terus menepuk jok belakangnya supaya Asha duduk di sana. Dan akhirnya cewek itu melakukannya sebelum Sean mendekati mereka.

Juna pun segera menancap gasnya. Hal itu membuat Sean menatap dengan pandangan kecewa dari kejauhan. Ia akan terus seperti ini. Ia akan terus kehilangan kesempatannya untuk berbaikan dengan adik satu-satunya itu. Semua kesalahpahaman ini menjadi semakin besar tak terhingga dan menciptakan tembok penghalang antara keduanya.

"Jun, thanks, ya," celetuk Asha di tengah perjalanan menuju rumahnya.

Juna diam-diam menyunggingkan senyum. "Yoi, lagian gue juga emang niat buat samperin lo juga."

"Tau aja gue sebel sama dia." Dari celah spion motornya, Asha terlihat sedang menggerutu dan berubah menjadi murung dalam seketika ketika ia membicarakan cowok itu.

Sebenarnya, Juna juga merasa khawatir akan hubungan kakak-beradik yang tak baik itu. Bagaimanapun seorang sahabat akan selalu mengharapkan hal terbaik untuk temannya. Ya memang, Asha memang tak pernah cerita tentang apa yang terjaid padanya dan juga Sean, namun itu bukanlah hal sulit yang bisa Juna pahami.

Cowok itu pun mengulas senyum yang dipaksakan, lalu menoleh sedkit. "Iya, Sha." Dia tak memiliki jawaban lain untuk itu.

Sisa perjalanan yang lumayan panjang itu berakhir sampai di sana. Ketika akhirnya mereka sampai di depan rumah Asha. Cewek berambut sepunggung itu turun dari motor Juna.

"Gue duluan ya, bro." Asha kemudian berbalik tanpa ekspresi lalu perlahan berjalan menuju rumahnya.

Belum sempat banyak langkah yang ia ambil, ia menoleh pada Juna untuk mengatakan sesuatu yang benar-benar mengganggunya.

"Jun, gue salah enggak sih kalau pulang ke rumah? Di sekolah masih ad—"

"Sha," sela Juna seraya menghela napas panjang, "lo tuh sakit. Sebelah mana salahnya coba? Udah deh! Lo enggak usah mikirin apa-apa di sekolah. Lagian juga bukan cuma lo yang bisa kerjain semuanya."

"Istirahat. Jangan paksain diri lo cuma buat hal yang enggak bermanfaat buat lo. Ambisi itu enggak murni keinginan lo. Itu paksaan." Cowok itu menurunkan helm yang ia angkat. "Sekeras apa pun lo coba buktiin diri. Kalau dia benci sama lo ya benci, dia enggak akan benci lo lagi kalau dia mau. Lo ...." Ucapannya terputus, tak sadar kalau dia telah melewati batasannya.

"Lebih baik istirahat. Enggak usah mikirin orang lain sekali punpun itu keluarga lo."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ChasséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang