Dia Membahayakan (38)

68 15 0
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be Dangerous

"Sometimes, words are more dangerous than your sweet behavior."

***

Sore itu mereka berdua menerobos angin sore yang begitu dingin. Cewek yang sedang duduk di jok belakang itu menggigil seolah ditimpa balok es besar. Hal itu membuat Asha berulang kali mengeratkan dekapan satu tangannya ke pinggang Bara.

Sebetulnya bisa saja sih dia meminta jaket dari Bara lalu menggunakannya. Hanya saja Asha tak tega, bahkan ketika yang berada di belakangnya saja masih merasakan dingin yang luar biasa, bagaimana dengan Bara yang ada di depan jika ia tidak menggunakan jaketnya sendiri?

Jika dipikir-pikir, ini adalah pertama kali Asha pergi ke Puncak naik motor dengan seorang cowok. Sepertinya hanya Bara yang bisa mengajaknya ke sana. Dia rasa, hal ini tidak begitu buruk meskipun cuacanya sangat tidak mendukung, karena yang terpenting bagi Asha adalah mendapatkan pengalaman baru untuk melihat hal indah yang jarang ia lihat secara langsung.

Setelah berkilo-kilo meter mereka lalui perjalanan dari Puncak menuju Bogor Kota, mereka berdua pun akhirnya sampai ke rumah Asha.

"Thanks, ya Kak," ucap Asha terdengar agak aneh.

"Ha? Lo ngimpi?" Reaksi Bara tak sesuai dengan ekspektasi Asha yang ia kira akan senyum-senyum salah tingkah karena merasa dihormati dengan title "Kak".

"Alah, ya udah deh. Lo enggak asik, dipanggil 'kak' malah enggak mau," sinis Asha agak kesal.

"Ya enggak lah, orang gue bukan kakak lo." Bara langsung menurunkan kaca helmnya, kemudian segera menancap gasnya lalu pergi begitu saja setelah bilang "Udah ya" pada Asha.

Cowok itu mulai menghilang dari pandangan. Setelah memerhatikannya secara tak sadar alias melamun, Asha membuka kepalan tangan kirinya yang ia pertahankan sedari tadi karena hawa dingin. Ia mengingat tentang pegangannya ke pinggang Bara. Kesadarannya kembali, karena mungkin tadinya ia agak tidak waras setelah apa yang ia lakukan tadi.

Tangan itu, tangan yang pernah memeluk Bara dari belakang. Dan tentunya, hal itu akan selalu menggentayangi ingatan Asha.

"Bego! Bego! Bego!" Cewek itu meringis seraya mengumpat dirinya sendiri.

Ia berkali-kali mendesis seperti ular karena terus ingat akan hal bodoh yang ia lakukan. Kenapa juga ia harus memeluk Bara? Ya meskipun hanya dengan satu tangan dan sulit dikatakan sebagai pelukan, tapi tetap saja ia seperti seenaknya saja pada Bara yang meskipun sebenarnya dia sedang bertanggung jawab atas kesalahannya.

Cewek itu berjalan dengan satu kaki yang ia seret karena malas merasakan sakit di lututnya. Wajahnya terus-menerus murung karena mungkin ia merasa lelah setelah menjalani hari ini. Namun kemalangan terus menimpanya karena ternyata mamanya sedang berada di ruang tamu.

Di saat seperti inilah dia bingung akan apa yang harus dia lakukan. Menyapa mamanya atau berpura-pura tidak lihat dan langsung naik ke kamarnya?

"Kenapa baru pulang?" Suara itu menghentikan langkahnya.

ChasséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang