Hugging You (37)

92 18 7
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be Warm

"I thought the fire would only burn. But it turned out to be warm too."

***

“Lo laper, ‘kan?” tanya cowok itu memecah keheningan. Di tengah hawa dingin yang terjadi karena hujan beberapa waktu lalu, mereka berdua berjalan keluar dari sekolah dengan Bara yang memapah Asha dengan kaki dan tangan sakitnya itu.

“Lo tuh, kalau ditanya ya jawab.” Tidak seperti biasanya, kini mereka justru berbanding terbalik. Karena jika biasanya Asha tidak pernah bisa berhenti mengatakan sesuatu untuk merecoki Bara, kini Bara yang tidak bisa berhenti melontarkan pertanyaan pada cewek yang menjadi pendiam hari ini.

“Gue ‘kan udah minta maaf. Lo enggak maafin ya?” Asha masih saja diam dan tak menjawab pertanyaan-pertanyaan Bara.

“Ya udah, gue enggak akan langsung nganterin lo pulang,” ucap cowok itu seraya membenahi jaket yang ia kenakan pada Asha.

***

Pemandangan dari atas bukit menyeramkan sebenarnya bisa tampak indah jika dipandang tanpa rasa takut. Begitulah pemandangan sore itu yang Bara dan Asha lihat.

Memang benar jika Bara tak langsung mengantarkan Asha pulang karena cowok itu membawa Asha ke salah satu tempat tongkrongan di pinggir jalan yang berlokasi di Puncak. Melihat wajah Asha yang begitu murung membuat cowok itu tiba-tiba mendapat ide cemerlang untuk membawanya ke tempat yang selalu ia inginkan untuk dikunjungi bersama kekasihnya. Namun sayang sekali, ia sulit mencocokkan waktu untuk bisa bertemu dengan Keenan yang notabene mahasiswa fakultas seni dan tergolong sibuk.

“Lo ngapain ngide ke sini. Gue enggak lagi pengen mati juga kali,” sewot Asha konsisten dengan wajah murungnya.

“Ya kalau lo enggak suka pulang aja sana sendiri,” balas Bara jutek.

“Serius, nih?” Asha kemudian melepaskan rangkulannya dari Bara dan mulai berbalik untuk pergi dari tempat itu.

“Lo tuh!” Bara langsung menahan pergelangan tangan Asha. “Ck!” ia berdecak kesal kemudian segera menarik Asha untuk duduk di salah satu tikar yang sudah tergelar rapi.

“Ribet juga ya jadi bodyguard lo.” Cowok itu mendengus kasar kemudian mengangkat tangannya dan memanggil pramusaji.

“Biasa ya mas, tapi dua porsi.” Pramusaji itu lantas mengangguk lalu pergi.

“Biasa?” Asha menoleh ke Bara. “Lo udah sering ke sini?” tanya Asha penasaran.

Bara pun mengangguk mantap. Karena memang ia seringkali datang ke sini apabila ia lelah dengan kesehariannya yang begitu berat.

“Bukannya lo tuh anak pindahan, ya? Kenapa bisa sering ke sini?”

“Gue pernah break setahun. Sebenernya gue udah sering bolak-balik Bogor-Jakarta. Dan gue paling sering datang ke sini,” jawab Bara sama sekali tak memandang Asha karena matanya sibuk menelusuri pemandangan indah yang mulai ditenggelamkan petang.

ChasséWhere stories live. Discover now