Pain of Life (24)

91 26 6
                                    

Don't forget to pay for my work by tap the star icon

Let's mutual if you want, ask me

Berikan umpan balik jika Anda menemukan kesalahan ketik. Komentari bagian yang menurut Anda menarik.

HAPPY READING FIGHTER!🖤

***

Be a Pain

"Life never looks at how much pain humans feel. Life is only doing its job. That's destiny."

***

Cowok berambut cokelat kehitaman itu melajukan motornya menuju sebuah tempat. Pemberhentian pertamanya adalah sebuah coffe shop yang berada di perempatan jalan.

Kafe itu nampak begitu ramai meski hujan baru saja berhenti setelah turun untuk waktu yang lama. Ya, mungkin memang kopi adalah tradisi yang tak terlewatkan untuk menyambut hujan pertama yang turun di tahun 2017 kala itu.

"Bar, lo rapiin meja sudut," ucap seseorang seraya menyodorkan nampan kosong pada Bara. Cowok itu sudah siap dengan celemek berwarna cokelat muda yang menempel di tubuhnya.

Tanpa balasan, dia langsung menyambar benda persegi itu lalu berjalan menuju sudut ruangan untuk membersihkan meja seperti yang sudah diperintahkan sosok tadi.

Tulisan "Noire Cafe" yang bersinar itu terpampang jelas di salah satu sudut ruangan. Membuat siapa pun yang melihatnya kagum akan objek yang lebih terang daripada ruangan itu sendiri.

"Bar, anterin ini ke meja depan." Sosok yang sama itu memerintah lagi. Dan tanpa perlu mengucap apa pun, Bara langsung melakukannya.

Ya, benar. Bara memang bekerja part time di coffe shop yang baru didirikan beberapa bulan yang lalu. Bara adalah salah satu pekerja part time baru karena memang dia baru saja pindah ke kota Bogor sebulan yang lalu karena persoalan keluarga yang dialaminya.

Satu tahun yang lalu, kedua orang tuanya bercerai. Sebelumnya Bara ikut dengan ayahnya, sayangnya beberapa bulan yang lalu ayahnya meninggal. Dan karena itulah ia terpaksa pindah untuk ikut dengan ibunya yang sudah menikah lagi pasca cerai dari ayahnya.

Meskipun ia masih memiliki sosok ibu, bukan berarti ia tak harus hidup seperti ini. Seperti bekerja part time untuk mendapatkan uang jajan. Karena semuanya akan berbeda ketika ibunya sudah menikah dengan orang lain lagi. Ibunya tak lagi peduli dengan anak semata wayangnya yang sudah berusia delapan belas tahun itu.

Ia sudah masa bodoh dengan bagaimana kehidupan sekolah putranya atau berapa uang yang dibutuhkan putranya untuk memenuhi kebutuhan.

Ia tak peduli lagi kapan putranya akan pulang ke rumah dan tak peduli lagi alasan apa yang menyebabkan putranya tak pulang selama sehari penuh.

Entah apa yang membuatnya seperti itu. Sepertinya terlalu banyak masalah yang tak diungkapkan atau memang tak dapat diungkapkan.

"Lo mau pulang duluan malam ini?" Sosok yang sama bertanya lagi pada Bara. Lantas, cowok itu menengok padanya. "Iya, ada balapan," jawabnya santai sembari mengambil duduk di bangku kasir.

"Lo mau nekat lagi?" Bara menengok kembali ketika temannya itu menanyakan hal itu.

Ia tertawa seraya menyeringai. "Hidup mana yang enggak nekat." Kemudian dia beranjak, menyambangi pelanggan yang baru saja datang.

Ya memang benar ucapan Bara. Hidup mana yang tidak nekat? Hidup mana yang tak ada tantangan di dalamnya?

Semuanya pasti seperti itu. Selalu saja menemui suatu rintangan yang menantang dan pasti berakhir untuk nekat melakukan segalanya demi bertahan hidup.

ChasséWhere stories live. Discover now