42. Pulang ke Kost

582 43 5
                                    

"Lo liatin siapa, Ram? Kok serius amat muka lo," tanya Putra dengan bingung.

"Ha? Gapapa, Put. Cuma ngeliatin temen gua doang," jawabku tanpa menoleh dan membalas tatapannya.

"Oh, ya udah," ucap Putra lalu melanjutkan pembicaraannya dengan Alvin.

Aku tak bisa menanggapi Putra dengan serius saat itu. Alih-alih menanggapinya, aku terus berfokus memandangi Melissa, yang tampaknya sedang berbicara dengan teman-temannya.

Entah kenapa, aku merasa sangat gelisah dan tidak tenang saat melihat figur Melissa. Soalnya, aku merasa senyuman di raut wajahnya sungguh terpaksa. Begitu juga tingkah lakunya yang terlihat sangat kaku dan tidak nyaman.

Melissa tampaknya menghindari tatapanku, sebab beberapa kali aku melihatnya melirik ke arahku. Namun dia langsung berpaling dengan cepat. Dari gerak-geriknya, sepertinya dia tidak terlalu kenal dan akrab dengan kedua pria tersebut.

Tampak dari gaya bicara serta bahasa tubuhnya yang tidak bebas dan berbeda dari dirinya yang biasanya. Sejujurnya aku tak mengerti mengapa Melissa datang ke tempat semacam ini.

Aku menjadi bingung, apakah aku harus bertanya langsung kepadanya atau membiarkannya dan tidak usah ikut campur urusannya. Pikiran dan batinku menjadi sibuk berdebat akan pilihan mana yang harusnya kulakukan. Pikiranku mengatakan untuk tidak ikut campur dan tidak memperdulikannya. Sedangkan sebaliknya, batinku berteriak agar aku mencari tahu dan bertanya langsung ke Melissa.

Beberapa saat kemudian, aku melihat kedua pria itu menawarkan minuman kepada Melissa sambil tersenyum. Tetapi Melissa menolak minuman yang diberikan oleh mereka berdua.

Tak mau menyerah, kedua pria itu sepertinya menawarkan Melissa untuk memesan minumannya sendiri. Begitu juga dengan wanita di sampingnya yang sepertinya membujuknya agar menerima tawaran kedua pria tersebut.

Tampaknya Melissa luluh akan perkataaan mereka, tak lama kemudian minuman pesanannya pun tiba. Melissa mulai mencicipi minuman itu sedikit demi sedikit. Begitu juga dengan kedua pria dan wanita di sebelahnya yang tampak berbicara dengan heboh sambil tertawa. Karena suasana club yang mulai ramai dan ditambah lagi dengan musik yang sangat kuat, aku tak bisa mendengar pembicaraan mereka.

"Ram, lo ada masalah sama orang itu?" tanya Putra.

"Nggak kok, emangnya kenapa, Put?" balasku dengan bingung.

"Dari tadi lo ngeliatin tu orang gak berhenti-henti. Emangnya temen lo yang mana sih?" tanya Putra penasaran.

"Itu cewek yang lagi duduk pake jaket hitam," jawabku sembari melirik Melissa.

"Oh, boleh juga, tuh. Tapi lo yakin itu cuma temen doang?" ucap Putra dengan nada yang ambigu.

"Iya, cuma temen doang kok," balasku.

"Serius, nih? Entar gua embat duluan loh, haha," ejek Putra sambil tertawa kecil.

"Kalo enggak biar buat gua aja," tambah Alvin.

Aku hanya diam dan merespon omongan mereka dengan senyuman kecil, sebab mood-ku mulai terasa memburuk saat itu. Melihat responku yang dingin, Putra berhenti tertawa dan mengalihkan perhatian dengan cara mengajak Alvin berbicara. Sialnya, karena sudah kebelet buang air kecil, akhirnya aku terpaksa pergi ke toilet terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian, setelah aku selesai buang air kecil, aku sengaja berjalan melewati meja Melissa untuk menarik perhatiannya. Sayangnya, dia pura-pura tidak melihat dan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Aku berpikir, sepertinya dia tidak ingin mengenalku saat ini.

Sejujurnya aku merasa kesal dan sedikit marah saat itu, apakah sikap yang ditunjukkannya selama ini hanya akting belaka. Perasaanku benar-benar terasa kacau dan campur aduk, antara harus memercayai dia memiliki alasan tertentu atau dia malu berteman denganku. Mungkin ini karena pada dasarnya sifatku yang overthinking dan ragu.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang