55. Pesan Singkat

407 35 1
                                    

Saat tinju Yudha hampir melayang ke wajahku, aku langsung mengucapkan sesuatu yang membuatnya berhenti seketika.

"Adek lo!"

Tinju Yudha seketika terhenti lalu dia bertanya, "Kenapa Adek gua?"

"Sebelum lo mukul gua, mending cek apa yang ada di dalam mobil sana dulu," ucapku dengan nada dan ekspresi datar.

Yudha menatapku sesaat lalu langsung pergi menuju mobil Dipa yang masih dalam keadaan pintu terbuka. Saat Yudha masih baru saja di depan pintu, dia langsung tampak panik dan terkejut karena melihat siapa yang ada di dalam.

Yudha pun langsung masuk ke dalam mobil dengan ekspresi wajah bercampur takut dan panik. Setelah itu aku tak tahu dia berbuat apa di sana, karena aku masih sibuk mengunci tubuh Dipa agar tidak bisa pergi kemana-mana. Beberapa saat kemudian, Yudha keluar dari mobil lalu langsung berjalan mendekati posisiku.

"Minggir lo," ucap Yudha dengan suara dan ekspresi datar.

Aku memandangnya sejenak, lalu mengangguk dan menuruti perkataannya. Di sisi lain, Yudha langsung menduduki tubuh Dipa layaknya menggantikan posisiku yang semula.

"Woi Yud, dengerin gua dulu. Kita dua lagi dijebak sama dia!" ucap Dipa dengan panik dan ketakutan.

"Cuma itu aja?" tanya Yudha masih dengan ekspresi dan suara datarnya.

"Kita omongin baik-baik dulu," bujuk Dipa dengan suara selembut mungkin. "Masa lo lebih percaya dia ketimbang gua?"

"Gua ga percaya sama kalian berdua," balas Yudha sambil menatap Dipa dengan tajam. "Tapi buktinya ada di sana, jelas di mata kepala gua sendiri."

Dipa tampak terkejut mendengar ucapan dari Yudha.

"Jangan sampe pertemanan kita rusak gara-gara hal sepele macam ini, Yud." Dipa tetap berusaha membujuknya.

"Pertemanan kita udah rusak, sejak lo udah berani-beraninya nyentuh Adek gua, bangsat!" teriak Yudha.

Yudha pun langsung melayangkan pukulan demi pukulan menuju wajah Dipa yang tampak bonyok.

"Dari awal gua udah bilang ke lo, jangan pernah coba macem-macem sama adek gua bangsat!" ucap Yudha dengan penuh amarah.

Sementara itu, Dipa hanya bisa meraung kesakitan, setiap kali tinju dari Yudha berhasil mendarat ke wajahnya. Dia bahkan sampai memohon ampun agar Yudha menghentikan serangannya.

"Sorry Yud, habis ini gua ga bakal gangguin adek lo lagi, gua janji," ucap Dipa dengan suara yang serak.

Selagi mereka bertengkar, aku pun menelpon taxi untuk membawa pulang Nadia. Aku pun menyuruh Rara untuk menemani dan menjaga Nadia nantinya.

"Masih belom kelar?" tanyaku ke Yudha.

"Urusan gua belom selesai sama lo!" jawab Yudha sambil menatapku tajam.

Yudha pun berdiri lalu meninggalkan Dipa yang masih tergeletak lemah di tanah. Wajahnya bahkan sudah susah untuk dikenali, karena telah membengkak dan berlumuran oleh darah.

Tak lama kemudian, taxi yang kuhubungi tadi pun telah tiba. Yudha pun langsung mengangkat Nadia lalu memasukkannya ke dalam mobil. Begitu juga Rara yang masuk ke dalam mobil untuk menjaga Nadia, sesuai dengan permintaanku.

Aku dan Yudha pun langsung menaiki motor masing-masing, lalu mengikuti taxi itu dari belakang. Kami pun tak memperdulikan lagi nasib dari Dipa, kami hanya membiarkannya tergeletak sendirian di sana.

<><><>

"Ra, lo nunggu di kamar Nadia aja," ucapku pelan.

"Iya, Ram ...." balas Rara pelan lalu pergi meninggalkanku dan Yudha di ruang tamu.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang