45. Cerita Dibalik Rara

393 35 1
                                    

Melissa terdiam seketika, dia hanya memandang Rara dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut.

"Gue dijebak sama mereka, Mel. Mereka pakai foto dan video itu buat bikin gue nurutin semua kemauan mereka," ucap Rara dengan wajah yang menunduk.

"Gue ga tau harus gimana lagi, gua ga mau aib ini kesebar ke semua orang. Terutama Mama Papaku, mereka ga boleh tau," lanjutnya dengan tangis yang sesenggukan.

Air mata pun mengalir deras di kedua pipi Melissa, lalu dia memeluk Rara dengan erat dan berkata, "Maaf Ra, gue ga tau kondisi lo."

"Gue gak pantes nerima permintaan maaf lo, Mel. Ini memang jelas salah gue. Gue yang udah khianati persahabatan kita. Sebenarnya gue ga punya keberanian lagi buat nemuin lo, Mel."

"Kenapa bisa sampe kayak gitu Ra ...," ucap Melissa dengan suara yang bergetar.

Sejenak, mereka meluapkan semua air mata dan kesedihan yang terdalam. Suara tangisan terisak-isak yang mereka keluarkan pun memenuhi seisi ruangan.

Senja itu aku menyaksikan kerapuhan dari kedua wanita. Kerapuhan yang muncul karena dua pria brengsek yang ingin merusak mereka. Aku tak tahu, apa sebenarnya pria itu masih dapat dikatakan manusia. Bagiku, perbuatan mereka lebih hina dari binatang.

Aku tak habis pikir, bagaimana bisa dua pria itu tega menyakiti para wanita yang rapuh. Belum lagi, mereka masih ingin memanfaatkan kelemahan dan aibnya untuk kesenangan semata.

Rasa iba yang ada di hatiku bahkan tak sebanding dengan rasa amarah yang kubendung. Aku bukanlah orang yang menganggap diriku orang yang baik, tapi kali ini aku merasa kedua pria itu sudah melewati garis batas.

Yang ada dibenakku, adalah bagaimana cara untuk membalas perbuatan mereka berkali-kali lipat dan membuat mereka sadar, bahwa mereka akan merasakan penderitaan layaknya sedang berada di neraka.

Detik demi detik berlalu, hingga perlahan suara tangisan mereka pun mulai mereda. Mereka masih saling berpelukan, mencoba menenggelamkan beban dan kesedihan yang mereka emban.

"Gue akan tetap ada di sisi lo, Ra," bisik Melissa layaknya sedang mencoba meyakinkan Rara, bahwa mereka berdua akan tetap bersama, walau seisi dunia menentang mereka.

Tampak wajah Rara yang pucat dan lesu, matanya juga terlihat kosong bagai tak bernyawa. Tak tahu apa saja yang sudah dilakukan kedua pria itu kepadanya, tapi yang pasti apa yang mereka lakukan telah merusak mental Rara.

"Hidup gue udah hancur, Mel. Gue udah kotor. Gue bahkan merasa jijik sama diri gue sendiri yang sekarang," ucap Rara lesu.

Dengan bibir yang bergetar, Rara lalu berkata, "Gue kayaknya mau bunuh diri aja Mel. Biar semua penderitaan ini selesai."

"Jangan ngomong kayak gitu, Ra ...," ucap Melissa dengan suara yang bergetar.

"Jangan ditanggung sendiri, lo bisa bagi beban lo ke gue. Gue janji ga bakal ninggalin lo sendirian," lanjut Melissa sembari merangkul Rara.

"Jangan, Mel. Gue ga mau lo kena imbasnya lagi, gara-gara kebodohan gue," balas Rara sembari menggelengkan kepalanya.

"Ya udah, kalo lo mau bunuh diri, kita mati barengan aja," ucap Melissa sambil menatap mata Rara dengan serius.

Suasana hening seketika. Aku merasa sesak saat berada di dalam ruangan itu. Rasa frustasi, kesedihan, kemarahan, dan rasa iba bercampur menjadi satu, hingga memenuhi perasaanku. Tetapi aku hanya bisa diam tanpa bisa mengungkapkannya.

"Lo bisa cerita masalah lo, Ra. Mungkin kita bisa bantuin," ucap Melissa sambil melirikku sesaat.

Rara hanya diam lalu melirikku dengan ragu. Sepertinya dia kurang nyaman bila harus menceritakannya di depanku.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang