65. Jatuhu

362 35 4
                                    

Suara keras hasil benturan itu telah sepenuhnya mengisi telingaku. Begitu juga dengan guncangan kuat hasil dari tabrakan itu. Saking kuatnya benturan itu, sampai berhasil membuat kepalaku terbentur ke dashboard.

Aku seketika shock dan tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali. Tubuhku terasa sangat lemas, aku hanya bisa melihat ke depan dengan pandangan mata yang tampak kabur.

Detik demi detik berlalu dan setiap dari detik yang berjalan terasa sangat lama bagiku. Suara tawa yang kudengar tadi juga tak kunjung hilang. Suara tawa itu malah menjadi semakin keras terngiang-ngiang di telingaku. Hingga perlahan-lahan, mataku terasa semakin berat.

"Apakah aku akan mati sekarang?" ucapku dalam hati.

Menyadari itu, aku berusaha sebisa mungkin untuk tetap sadar dan membuka kedua mataku lebar-lebar. Namun sayangnya, walau sudah kulawan dengan sekuat tenaga, pada akhirnya pandanganku telah berubah menjadi gelap.

Saat aku sudah pasrah dan berpikir bahwa semuanya sudah berakhir, perlahan aku menyadari bahwa saat ini aku masih sadar dan bisa merasakan tubuhku seperti sedang melayang di udara. Aku bahkan bisa merasakan tekanan angin di sekujur tubuhku, ditambah lagi dengan suara bagaikan badai yang memenuhi pendengaranku. Saat berada dalam keadaan gelap gulita seperti ini membuatku bertanya-tanya di dalam hati.

"Apakah aku sudah mati?"

"Apakah aku sedang berada di akhirat?"

"Apakah aku masuk surga atau neraka?"

"Kenapa tidak ada apa pun di sini?"

Hingga beberapa saat kemudian, entah kenapa aku merasa bahwa tempat ini terasa sangat familiar. Aku merasa pernah berada di tempat ini sebelumnya. Tak lama kemudian, aku menyadari bahwa aku pernah berada di tempat ini saat pertama kali mencoba berlatih meditasi. Di mana aku pertama kali bertemu wujud manusia si pria berjubah merah di depan sebuah istana.

Tapi perlahan-lahan aku mulai berpikir, "Kalau aku sedang berada di alam gaib, bagaimana nasib dan keadaan tubuhku yang sedang kecelakaan?"

"Atau jangan-jangan aku sebenarnya sudah mati dan akan berada di sini selamanya?"

Menyadari itu, aku langsung mencoba menggerak-gerakkan tubuhku sesuai keinginanku. Walau masih terasa sedikit janggal, akhirnya perlahan-lahan aku mulai bisa menggerakkan tubuhku sesuai dengan keinginanku.

Di dalam keadaan yang gelap gulita, aku memberanikan diriku untuk bergerak ke arah depan. Berharap bahwa apa yang sedang kucari masih berada di tempat yang semula, berharap untuk menemukan suatu jawaban di sana.

Anehnya, aku merasa kecepatanku bertambah berkali-kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan pengalamanku saat pertama kali berada di tempat ini. Semakin lama aku terbang melayang, semakin cepat pula laju kecepatannya. Saat itu aku merasa diriku bagaikan karakter super saiyan yang ada di dalam serial kartun dragon ball.

Hingga beberapa saat kemudian, akhirnya aku dapat melihat sebuah sinar putih yang muncul dari kejauhan. Tanpa berpikir panjang, aku langsung bergerak menuju arah sana dengan cepat.

Namun setelah bergerak dalam beberapa saat, aku mulai merasakan suatu kejanggalan. Aku menyadari bahwa jarak sinar putih itu masih tetap sama. Kemungkinannya hanya ada ada dua, antara bahwa jarak sinar itu dengan posisiku yang memang jauh, atau memang aku masih berada di tempat yang sama sejak tadi.

Aku sadar, bahwa dengan berpikir saja tidak akan mengubah hasilnya. Jadi aku memutuskan untuk tetap bergerak menuju sinar itu dengan perasaan khawatir. Di sepanjang perjalanan, aku hanya memusatkan perhatianku menuju sinar putih yang ada di pandanganku.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang