22. Perasaan Kacau

465 44 2
                                    

"Hei kamu! Yang duduk paling belakang. Coba ulangi apa yang saya jelaskan barusan," ucap Dosen sambil menunjuk ke arahku.

"Saya, Pak?" tanyaku dengan bingung.

"Iya, siapa lagi kalau bukan kamu," ucapnya sambil menatapku. "Coba ulangi yang saya jelasin tadi."

"Maaf, Pak." Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutku.

"Dari awal saya masuk, saya lihat kamu hanya melamun saja," ucap Dosen. "Kamu mau belajar atau tidak?"

Aku cuma diam tak menjawab dosen itu, sedangkan mahasiswa lain menghujaniku dengan berbagai macam pandangan. Dari ekspresi kasihan, tertawa dan mengejek. Aku seketika menjadi pusat perhatian di kelas. Termasuk juga Adellia yang memandangku dari posisi bangku yang jauh.

"Kok kamu cuma diam saja? Kalo gitu kamu keluar saja dari kelas ini sekarang!" ucapnya dengan nada yang tinggi.

Tanpa berkata-kata aku langsung mengambil tasku dan bergegas pergi meninggalkan kelas. Aku sudah tak peduli lagi akan respon orang lain, aku hanya ingin menenangkan diriku terlebih dahulu di tempat yang sepi.

Sialnya kalau pagi seperti ini, semua tempat telah dipenuhi oleh mahasiswa lain untuk sekedar nongkrong ataupun kegiatan lainnya. Sepertinya aku ingat satu tempat yang sepi dan jarang ditempati orang lain. Tak banyak pikir, aku langsung bergegas berjalan ke tempat itu.

Seperti yang kuduga, tak ada orang lain yang sedang berada di belakang kantor BEM. Soalnya tempat ini berada di ujung fakultas dan tidak terhubung dengan jalan utama. Jadi hanya anggota organisasi saja yang biasanya datang ke lokasi ini.

Aku mengambil dua kursi plastik yang ada disana lalu kusejajarkan posisinya. Setelahnya aku mengambil posisi senyaman mungkin sambil berbaring di kedua kursi itu. Aku hanya menikmati suasana hening sembari memejamkan kedua mataku. Persetanlah dengan semua masalah, ucapku dalam hati.

Saking menikmati suasana yang hening itu, kesadaranku mulai perlahan menghilang, hingga pada akhirnya aku pun tertidur di kursi itu. Tak tahu sudah berapa lama aku sudah tertidur di sana, saat aku mulai sadar dan membuka kedua mataku, tampak wajah seseorang di dalam pandangan mataku yang masih kabur.

Aku mulai mengedipkan kedua mataku dengan cepat, hingga aku mulai tersadar bahwa wajah yang kulihat itu adalah Riska. Dia hanya diam memandangku sembari memancarkan senyuman di bibirnya. Spontan aku langsung mencoba berdiri, tapi sialnya keseimbanganku goyah dan akhirnya aku pun terjatuh.

"Eh, Ram. Kamu gak kenapa-napa kan?" ucapnya khawatir.

"Iya gapapa kok kak, hehehe," ucapku sambil menggaruk kepala.

"Makanya hati-hati dong. Kayak ngeliat hantu aja sampe panik gitu, hahaha," ucapnya sembari tertawa.

"Kamu ngapain sendirian di sini, Ram? Kok bisa sampe ketiduran," tanya Riska bingung.

"Ga ngapa-ngapain kok kak, cuma lagi pengen sendiri aja," jawabku pelan.

"Lagi ada masalah Ram?" Aku tak menyangka dia langsung berhasil menebak.

"Nggak kok, kak. Cuma lagi jenuh aja kayaknya, haha," ucapku dengan tawa palsu

"Ekspresi kamu gak bisa bohong, Ram. Tapi gapapa kok kalo kamu gak nyaman ceritainnya," ucapnya sambil tersenyum

"Hehe, kok bisa datang kesini, kak?" tanyaku.

"Ini kantornya BEM kali, Ram. Aku kan salah satu staff di sana. Aku iseng ngeliat jendela, eh ada orang yang lagi tidur di kursi. Waktu aku perhatiin lagi, ternyata itu kamu yang lagi ngorok," jelasnya.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang