47. Hadiah

372 37 4
                                    

"Ven, lo datang ke kos dulu dong, jangan lupa bawa kunci kamar lo," ucapku ke Steven lewat ponsel.

"Lah, emangnya lo lagi di kos?" tanya Steven heran.

"Iya ... gua lagi sama Melissa," jawabku canggung.

"Haaaa? Kagak takut ketauan sama Adellia lo?" tanya Steven.

"Napa pake bawa-bawa Adel lagi dah lo," ucapku kesal.

"Hahaha, masih belum bisa move on nih ceritanya," ejek Steven.

"Lanjut bacotnya di sini aja Ven. Yang penting lo cepet dateng ke sini dulu, deh. Keburu kemaleman entar," balasku.

"Siap laksanakan tuan muda! Apa hamba perlu sekalian membeli pengaman juga?" tanya Steven sambil tertawa terkekeh.

"Beli selusin sono! Soalnya otak lu perlu dipakein pengaman!" balasku kesal.

Membicarakan tentang pengaman membuatku ingat akan pembicaraanku dengan Bu Nilam tadi sore.

"Hahaha ... yaudah, gua siap-siap dulu deh," ucap Steven.

"Oke, thank you," balasku singkat.

"Bye-bye tuan muda, hahahah," ucap Steven lalu mematikan telponnya.

Setelah selesai telpon dengan Steven, aku langsung membuka kontak di ponselku dan mencari nama Riska di sana. Setelah ketemu, tanpa basa-basi aku pun langsung menelponnya.

"Halo ...." ucap Riska.

"Halo, kak. Ada waktu buat ngomong sebentar gak, Kak?" balasku.

"Iya, Ram ... tapi kok tumben pake nelpon segala nih, emangnya ada apa ya?" tanya Riska penasaran.

"Hmmm ... sebenarnya aku mau nanyain tentang David, Kak," ucapku dengan ragu, sebab aku tau bahwa Riska pasti masih merasa sakit hati akibat diselingkuhi oleh David.

"David? Dia cari masalah sama kamu lagi ya?" tanya Melisa dengan nada yang meninggi.

"Eh ... nggak kok, Kak. Aku cuma mau tau kontak sama alamat rumahnya doang kok," balasku cepat-cepat.

"Emangnya buat apa, Ram?" tanya Riska bingung.

"Ada sesuatu yang mau aku bicarain sama dia, Kak."

"Tentang apa, Ram? Aku gak boleh tau, ya?" tanya Riska lagi.

Aku berpikir sejenak lalu menjawabnya, "Hmmm ... Aku kurang berhak buat ngasih tau masalahnya, kak. Mungkin lain kali, kalau masalahnya udah selesai."

"Ok deh, Ram. Yang penting jangan sampe berantem lagi, ya. Kalau pun ada masalah, jangan sungkan buat minta bantuan dari aku," ucap Riska.

"Iya, Kak." Walau dalam hati sebenarnya aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak merepotkannya.

Setelah memberitahu nomor handphone dan alamat rumah David, Riska tiba-tiba bertanya, "Kamu sama Adellia udah baikan belum, Ram?"

Aku bingung menjawab pertanyaan Riska.

Dengan canggung aku menjawab, "Gak tau, Kak."

"Lah, kok malah ga tau. Pasti kalian masih belum baikan, ya."

Aku hanya diam tak bisa berkata apa-apa.

"Tapi tenang aja, Ram. Kamu masih punya aku, kok." Riska tiba-tiba langsung mematikan telponnya.

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku sembari tersenyum kecut. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, Melissa muncul dengan rambutnya yang masih tampak basah. Dia mengibaskannya lalu melirikku sesaat sambil tersenyum dengan aneh.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang