35. Kopi Darat

424 41 1
                                    

Tak terasa, tiga hari sudah berlalu, semenjak kepergian Adel kembali ke Surabaya. Hari ini adalah hari di mana aku akan mengikuti kopi darat alias kopdar. Sebelumnya, kami sudah janjian akan bertemu pada jam tiga sore di suatu cafe yang jaraknya lumayan jauh dari posisi kosku. Kemarin aku berkomunikasi dengan salah satu penghuni kos yang telah mudik untuk meminjam sepeda motornya.

Sebenarnya dari kemarin aku berencana untuk pulang ke rumah orangtuaku. Tapi aku menundanya, sebab aku ingin mengikuti kopdar terlebih dahulu. Saat aku sudah bersiap-siap untuk berangkat, tiba-tiba Steven muncul keluar dari kamarnya.

"Wih, mau kemana lo?" tanya Steven.

"Mau nongkrong di cafe doang," jawabku singkat.

"Nongkrong? Sejak kapan lo punya temen nongkrong?" tanyanya kebingungan.

"Banyak tanya lo, gua mau pergi dulu, nih."

"Alah, paling lo mau nyari cewe di sana kan, hehehe," balas Steven sambil tersenyum nyengir.

"Sotoy lo! Jangan lupa, besok kita baliknya bareng," ucapku lalu keluar dari pintu kos.

Setelah percakapan singkat dengan Steven, aku langsung pergi menuju lokasi yang telah disepakati. Perjalanan ke lokasi memakan waktu sekitar setengah jam. Sesampainya di sana, aku melihat kondisi cafe yang tidak terlalu ramai akan pengunjung.

Hanya terisi lima meja dari belasan meja yang ada. Saat kuperhatikan satu-persatu, sepertinya orang yang paling mencolok adalah orang yang duduk di posisi sudut belakang.

Orang itu mengenakan setelan yang cukup mencolok, sebab mulai dari atasan sampai bawahan yang digunakannya, semuanya serba hitam, dengan aksesoris gothic di sekujur tubuhnya. Dari wajahnya, dia terlihat seperti orang yang berumur kisaran dua sampai tiga puluh tahunan. Jika dilihat secara keseluruhan, dia masih tampak muda.

Aku mengatakan dia sangat mencolok, sebab saat aku mengaktifkan mata ketigaku. Aku melihat aura berwarna kuning yang menyelimuti keseluruhan tubuhnya. Bisa dibilang, energi yang dikeluarkannya cukup besar dan mendominasi.

Di sana dia tampak sedang berbicara dengan seorang pria yang tampak seumuran dengannya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung pergi mendekati mereka berdua, karena aku merasa, hanya pria itu yang paling sesuai dengan kriteria paranormal di tempat itu.

"Permisi, ini Mas Putra ya?" tanyaku dengan sopan.

Dia menoleh dan memandangku dengan seksama lalu tersenyum kecil.

"Iya, kalo masnya? Maaf sebelumnya, soalnya saya ga hapal nama pesertanya," balasnya dengan ramah.

Aku menjulurkan tanganku ke arahnya lalu berkata, "Nama saya Rama, mas."

Dia tersenyum seraya membalas uluran tanganku. "Salam kenal, silakan duduk mas."

"Oh iya, kalo mas?" tanyaku kepada pria satunya lagi.

Sembari tersenyum dia menjawab, "Robby, mas. Salam kenal, ya."

Sambil menunggu peserta yang lain datang, kami hanya berbincang-bincang santai. Tetapi aku lebih banyak diam saja. Aku hanya mengamati dan mendengarkan pembicaraan mereka berdua.

Dari pembicaraan mereka berdua, Robby lebih banyak menceritakan masalah asmara yang dialaminya. Mulai dari dia melakukan pendekatan alias PDKT. Lalu perjuangan yang dilakukannya agar bisa menjalin hubungan dengan wanita yang disukainya. Hingga sampai pada kisah perselingkuhan yang dilakukan kekasihnya.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang