18. Memori yang Indah

533 54 2
                                    

"Kamu udah siap, Del?" tanyaku dengan serius.

Adel mengangguk lalu berkata, "Udah Ram, tapi jangan sampai lengah ya, Ram."

Malam itu aku dan Adellia berkunjung ke rumah Riska sebelum tengah malam tiba. Menggunakan sisa waktu untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu. Sebelumnya Adellia meminta untuk disiapkan sebuah ruangan kosong, yang hanya bisa dimasuki oleh kami berdua saat sedang melakukan prosesi pembersihan. Jadi Riska dan orangtuanya hanya bisa menunggu di luar saja agar tidak mengganggu konsentrasi dari Adellia.

Sebelum melakukan raga sukma, Adellia mengingatkanku untuk berhati-hati karena tidak menutup kemungkinan akan adanya serangan balik dari si dukun. Oleh sebab itu Adellia membuat perlindungan pagar ghoib di luar rumah dan di dalam ruangan untuk mengantisipasinya. Hingga akhirnya bertepatan pada pukul 12 malam, aku mulai berbicara dengan Adellia.

"Lala aku suruh ngikut kamu ya, Del?" tanyaku.

"Ga usah, Ram. Aku sendiri udah cukup, kok. Kamu bantu jaga di sini aja," jawabnya.

"Ya udah, Del. Tapi hati-hati ya, kalo udah ga sanggup jangan dipaksa," ucapku khawatir.

Adellia hanya tersenyum melihat responku. Dia mulai mengambil posisi meditasi dan duduk bersila di lantai. Aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apa pun karena aku mengerti, untuk melakukan raga sukma membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi. Suara hembusan nafas yang teratur mengisi ruangan yang kami tempati. Adellia tampak sedang melakukan olah nafas untuk membangkitkan energinya.

Tak terasa puluhan menit waktu sudah berlalu, perlahan-lahan suasana ruangan berubah menjadi hening total. Saat aku memandang Adellia, tampaknya dia bernafas dengan sangat pelan. Saking halusnya, aku sampai tak bisa mendengarnya. Wajahnya tampak tenang serasa tak memiliki beban. Jika diperhatikan lebih seksama, dia tampak seperti orang yang sedang tertidur.

"Dia sudah berangkat pergi," ucap Lala yang tiba-tiba muncul disampingku.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan hanya bisa berdoa agar tidak terjadi apa-apa saat dia melakukan raga sukma. Detik demi detik waktu berjalan, tapi Adellia belum terbangun juga dari meditasinya. Semakin lama waktu berjalan, aku menjadi makin khawatir.

Saat aku tenggelam di dalam pikiran dan imajinasiku sendiri, suara geraman dan teriakan dari luar rumah berhasil membangunkanku. Sepertinya apa yang diprediksi Adellia benar-benar terjadi. Serangan balik dari dukun itu akhirnya tiba, aku langsung mendekat ke tubuh Adellia sambil mempersiapkan diri.

Suara diluar semakin kuat dan ramai, tanda bahwa mereka memiliki jumlah yang cukup banyak. Aku langsung memerintahkan Lala untuk menjaga tubuh Adellia sebagai prioritas utama, sebab aku tahu, si pria berjubah merah pasti akan muncul jika makhluk kiriman si dukun itu mencoba untuk menyerangku.

Satu jam waktu sudah berlalu sejak Adel berhasil melakukan raga sukma. Makhluk-makhluk di luar sepertinya menjadi makin ganas menyerang pagar gaib yang dipasang Adellia. Hawa mereka terasa sudah semakin mendekat, artinya pagar ghoibnya sebentar lagi akan tertembus oleh mereka. Tubuhku mulai terasa makin tegang beriringan dengan hawa ruangan yang berubah menjadi panas. Tanpa bertatapan langsung pun aku bisa merasakan hawa negatif yang mereka pancarkan.

Beberapa saat kemudian, suara tawa dan teriakan yang menggelegar muncul dari luar ruangan. Beriringan dengan suara panik para manusia penghuni rumah ini. Sepertinya pagar ghoib diluar sudah tertembus. Makhluk-makhluk itu juga sudah mulai merasuki para penghuni rumah.

Awakening - Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang